Anggota DPRD Ini Ngamuk Banting Meja Gara-Gara Penanganan COVID-19 Tidak Sigap!

Anggota DPRD Maluku Tengah banting meja saat sidang | youtube.com

Untung aja nggak sampai baku hantam, ya

Ketika masyarakat butuh kepastian soal penanganan Covid-19, para pemimpin negara ini justru terus melakukan tindakan kontroversial. Yang terbaru, salah seorang anggota DPRD Maluku Tengah, Sukri Waillisa, ngamuk saat rapat. Dia sampai melempar mik dan membanting meja pada rapat tersebut.

Rupanya, Sukri kesal gara-gara Bupati Maluku Tengah Abua Tuasikal tidak hadir dalam rapat yang membahas COVID-19 itu. Sukri merasa miris karena DPRD dan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Maluku Tengah, telah rapat sebanyak 3 kali. Tapi, pertemuan hanya berakhir sia-sia tanpa hasil yang jelas. Dia berharap agar Bupati dan jajaran lainnya serius menyikapi masalah ini.

Artinya jujur mau bilang kalau kondisi ini eksekutif tidak ikhlas lihat daerah ini, saudara Bupati tidak ikhlas lihat masyarakat di daerah ini, kalau saudara Bupati ikhlas tidak mungkin langkah yang diambil seperti Bupati seperti ini pimpinan?

Hari ini kita sudah melakukan pertemuan ke 3 kali tapi apa hasil pertemuan kita buang-buang energi, kita tahu regulasi, kita datang ke sini, kita panggil tim gugus bukan untuk diceramahi, pimpinan, tapi bagaimana kita mencari solusi dan menjawab harapan apa yang menjadi harapan masyarakat kita ini sudah model bagaimana ini, kata Sukri.

Baca Juga: Tak Peduli Wabah Corona, Dua Anggota DPRD Malah Asyik Pesta Sabu di Diskotek Jakarta

Anggota DPRD Maluku Tengah banting meja saat sidang | youtube.com

Sukri yang berasal dari partai PKB ini kemudian membalikkan meja dan menuduh DPRD adalah parlente (tukang tipu). Tidak ada kerja nyata dari anggota dewan yang bisa dinikmati oleh masyarakat.

DPR ini barang parlente, ini semua parlente-parlente saja, ini kerja model apa ini, masyarakat butuh sentuhan tapi apa yang kita berikan buat mereka, Pak Sekda buka mata, buka hati jangan karena ada kepentingan, makanya pimpinan hadirkan saudara bupati, ujarnya.

Melihat Sukri ngamuk-ngamuk, anggota dewan lain hanya menyuruh pegawai untuk memperbaiki meja. Melihat itu, Sukri semakin emosi dan membanting kembali meja tersebut. Dia meminta agar rapat dibubarkan saja karena pasti tidak akan menghasilkan apapun gara-gara bupati Abua Tuasikal tidak hadir.

Boleh atur kepentingan kita tapi jangan sampai korbankan kepentingan masyarakat di luar, jangan. Ini kalau atur seperti begini tunggu masyarakat mati dulu. Mudah-mudahan yang diam ini keluarga semua kena virus biar kalian sadar, jadi kalau kayak begini setop dengan cara-cara ini lebih baik bubar, bubar, bubar. bubar, ujarnya.

Baca Juga: Viral Anggota DPRD Blora Ngamuk Tolak Cek Kesehatan Usai Kunker: Kita Ini Setingkat Bupati!

Ketua DPP PKB Daniel Johan membenarkan kejadian ini dan mendukung aksi Sukri. Menurutnya, Sukri mewakili kemarahan masyarakat Maluku yang lelah melihat lambannya langkah pemerintah daerah.

Sementara itu, Ali Tuahahan yang merupakan teman dari Sukri membeberkan alasan Sukri marah-marah. Selain karena ketidakhadiran bupati, Sukri mengkritisi anggaran Rp 14 miliar untuk penanganan wabah Covid-19 di Malteng. Sukri merasa dana ini tidak jelas realisasinya, karena masyarakat Maluku Tengah justru tidak merasakan manfaatnnya.

Anggaran Rp 14 miliar ini salah satunya digunakan untuk membiayai kebutuhan di RSUD Masohi, RSUD Saparua dan RSUD Banda. Tapi, hasil investigasi di lapangan mengungkap bahwa justru tenaga medis yang membeli obat dan vitamin dengan uang sendiri. Bantuan ke puskesmas juga hanya berupa 1 thermo gun dan masker medis 3 dus.

Baca Juga: Viral Anggota DPRD Medan Ngamuk ke Polisi: Aku nggak Takut Mati, Mana Corona Biar Kutelan!

Sukri Waillisa yang ngamuk saat sidang | facebook.com
Artikel Lainnya

Diprediksikan, dari anggaran belasan miliar itu, yang terealisasi di lapangan hanyalah senilai ratusan juta saja. Sementara itu, sisa belasan miliar lainnya mengendap entah ke mana.

Tags :