Anaknya Gagal Jadi Ketua Kelas, Ibu Ini Lapor ke Kementerian Pendidikan
10 Mei 2019 by Amadeus BimaPemilihan ketua kelas berasa caleg
Untuk anak-anak yang aktif, mengikuti berbagai organisasi saat bersekolah adalah sesuatu yang menyenangkan. Mereka bisa mendapatkan teman baru dan juga belajar pengalaman-pengalaman yang tidak akan ditemukan di ruang kelas.
Mereka juga akan belajar pentingnya tanggung jawab. Kalau tidak ikut organisasi, menjadi perangkat kelas adalah salah satu cara yang bisa ditempuh untuk belajar mengenai kepemimpinan.
Biasanya, posisi ketua kelas, sekretaris, dan bendahara akan dipilih secara demokratis di dalam kelas, atau langsung ditunjuk oleh guru.
Seperti pemilihan lainnya, pasti ada yang kalah dan menang. Namun, seorang ibu di Malaysia justru tak bisa menerima anaknya yang tidak terpilih menjadi ketua kelas.
Saking kesalnya, ibu ini sampai mengadu ke komite pengawas pemilihan ke Departemen Pendidikan Malaysia.
Wanita bernama Kalaichelvi Nadarajan itu memiliki seorang anak yang berusia 11 tahun dan bersekolah di SRI KDU. Buat yang belum tahu, SRI KDU itu adalah salah satu sekolah itnernasional di Malaysia.
Menurut Kalaichelvi, anaknya sangat pantas menjadi ketua kelas karena mempunyai prestasi baik dalam bidang akademik maupun ko-kurikulum.
Dia juga menambahkan bahwa pada tahun lalu anaknya berada di peringkat teratas. Makanya, dia tidak terima anaknya tak terpilih sebagai ketua kelas. Kementerian Pendidikan setempat akhirnya menyerahkan kasus ini kepada pihak sekolah untuk diselesaikan.
Pihak sekolah lalu memberikan penjelasan kenapa mereka tidak memilih anak Kalaichelvi sebagai ketua kelas.
Dalam evaluasi komite di sekolah Sri KDU, siswa yang terpilih menjadi ketua adalah kandidat yang lebih baik untuk posisi itu. Pemilihan didasarkan pada hasil dari seluruh proses pemilihan," ungkap AK Chan, Chief Operating Officer (COO).
Jadi, pemilihan ketua kelas ini tidak hanya memperhatikan voting, tapi juga berdasarkan pada pengamatan komite terkait sikap siswa sehari-hari, kesabaran, komitmen, ketekunan, dan terutama rasa hormat yang ditunjukkan pada badan pengawas. Menurut sekolah, ada pelajar lain yang lebih memenuhi semua kriteria tersebut dibandingkan anak Kalaichelvi.
Sayangnya, tidak ada informasi apakah anak itu memang benar-benar ingin menjadi ketua kelas atau hanya mengikuti keinginan ibunya saja. Kalau emang dia pengen menjadi ketua kelas, maka ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki diri sehingga tahun depan bisa terpilih sebagai ketua kelas.
Menang kalah dalam kompetisi itu seharusnya hal yang biasa. Jangan cuma mempersiapkan diri merayakan kemenangan, tapi juga harus berbesar hati dan lapang dada ketika kalah.
Kalau cuma diajari untuk menang doang, bisa-bisa anak akan menghalalkan segala cara karena tidak terbiasa kalah dan tak tahu bagaimana cara menerimanya. Gimana nih menurutmu dengan tindakan ibu ini?