Tidak Memiliki Tiket, Perempuan Hamil Diseret Petugas Keamanan Stasiun. Nggak Pakai Hati!
31 Juli 2020 by LukyaniLangsung tuai kecaman warganet!
Wanita hamil, pada umumnya, selalu diperlakukan khusus di ruang-ruang publik. Misal, transportasi umum selalu menyediakan tempat duduk yang khusus diperuntukan bagi wanita hamil. Para pengguna transportasi pun mengerti dengan aturan ini karena mengingat kesehatan wanita hamil yang rentan serta keselamatan bayi yang dikandung.
Hal yang berbeda justru terjadi di Swedia. Sebuah video memperlihatkan beberapa petugas menyeret seorang perempuan yang sedang hamil besar. Insiden ini pun serta-merta mengundang hujatan dan kritik dari warganet.
Seorang perempuan hamil diseret oleh petugas keamanan
Sebuah video yang memperlihatkan beberapa petugas kereta bawah tanah di Swedia menyeret seorang perempuan hamil tengah ramai diperbincangkan warganet. Beberapa petugas mengatakan bahwa perempuan hamil dan dua putrinya ini diketahui tidak memiliki tiket untuk naik kereta.
Setelah terjadi perdebatan dengan petugas penjaga keamanan stasiun, perempuan itu dipaksa keluar dengan cara diseret dan didudukkan di sebuah bangku. Setelah itu, perempuan tersebut dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, sedangkan petugas keamanan yang menyeretnya dinonaktifkan sembari menunggu hasil penyelidikan.
Polisi mengungkapkan bahwa pihaknya sedang melakukan pengusutan terkait insiden yang terjadi di Stasiun Hotorget, Stockholm, Swedia, sebagai tindakan penyerangan karena korban mengalami luka-luka.
Penyelidikan yang dilakukan masih belum jelas
Henrik Palmer dari SL, otoritas transportasi publik Stockholm, mengatakan bahwa banyak video yang merekam insiden tersebut dan diunggah ke media sosial. Dalam video tersebut banyak yang berkomentar bahwa petugas bertindak berlebihan pada perempuan hamil. Hingga saat ini, masih sulit untuk mengambil simpulan yang sesungguhnya dari kejadian itu.
Palmer pun mengatakan bahwa petugas keamanan tidak berupaya menyelesaikan kasus ini dengan benar. Insiden ini semakin ramai dibicarakan karena perempuan hamil yang mendapatkan perlakuan buruk itu berkulit hitam.
Sementara itu, BBC mendapat keterangan dari perusahaan transportasi publik SL yang mengatakan bahwa insiden ini tengah diselidiki secara menyeluruh. Adapun petugas keamanan memang memiliki hak untuk menahan penumpang yang melanggar aturan.
Juru bicara SL mengatakan, “Apa yang diketahui saat ini adalah perempuan itu tidak mempunyai tiket sah dan dikenakan ongkos tambahan sebagai hukumannya. Ia menolak membayarnya, sehingga petugas harus memintanya meninggalkan kereta”.
Lanjut sang juru bicara, perempuan itu pun menolak untuk dibawa ke luar kereta sehingga petugas harus membawanya secara paksa. Saat itu juga perempuan tersebut mulai berteriak dan melakukan perlawanan.
Tanggapan dari berbagai pihak
Ketika video ini viral di media sosial, warganet terhenyak melihat kedua putri korban yang menangis saat sang ibu diseret oleh petugas keamanan. Lovette, bloger kenamaan asal Swedia, turut memberikan komentar mengenai hal ini. Menurut Lovetter, ia tidak terkejut melihat warga Swedia keturunan Afrika mendapatkan perlakuan yang “berbeda”.
Lovette juga mengatakan bahwa dirinya sudah menghubungi pihak keluarga korban yang kini sudah diizinkan pulang dari rumah sakit. Lovette berharap bayi yang sedang dalam kandungan berusia delapan bulan itu baik-baik saja.
Organisasi feminis anti-rasialisme Swedia, Men for Gender Equality, mengatakan bahwa ini bukan kali pertama petugas keamanan bertindak secara berlebihan. Ketua organisasi, Alan Ali, berpendapat bahwa saat kondisi semacam ini menimpa warga non-kulit putih, petugas keamanan sering menggunakan kekerasan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Alan menambahkan, menonaktifkan kedua petugas keamanan ini hanyalah langkah pertama. Seharusnya, pihak otoritas transpotasi dan perusahaan keamanan memberikan pelatihan kepada para petugas terkait masalah rasialisme dan kesehatan reproduksi.
Para pelanggar aturan seperti lalai membawa atau membeli tiket saat naik kereta memang patut menerima hukuman sebagai konsekuensinya seperti tidak diperbolehkan menaiki kereta. Akan tetapi, apakah hal itu bisa menjadi pembenaran bagi petugas keamanan untuk melakukan tindakan kekerasan, terlebih kepada ibu hamil?
Di sisi lain, bagaimana jika si ibu hamil ternyata memang ngeyel luar biasa dan tidak bisa diminta baik-baik untuk turun dari kereta? Hidup memang nggak hanya hitam dan putih, terdapat banyak ranah abu-abu yang menuntut adaptasi, permakluman dan strategi yang jitu.