Tewaskan 58 Orang di Papua, Ini Fakta Terkini Banjir Bandang Sentani
18 Maret 2019 by Titis HaryoDampak gundulnya pegunungan Cycloops
Banjir bandang dan longsor terjadi di Sentani, Jayapura pada Sabtu (16/3) malam menewaskan 58 orang. Kejadian ini menjadi salah satu bencana terparah Sentani dalam satu dekade terakhir.
Bencana banjir bandang bisa terjadi diduga karena tingginya intensitas curah hujan dan sedikitnya jumlah pohon resapan di pegunungan Cycloops.
Berikut fakta terkini terkait banjir bandang dan longsor di Sentani, Jayapura!
Alami hujan dengan intensitas tinggi dan lama
Dilansir dari Detikcom, Senin (18/3), banjir bandang bermula dari cuaca buruk berupa hujan deras yang menerjang daerah Sentani pada Sabtu (16/3) sore.
Hujan ini membuat longsor di bagian hulu sungai yang membuat aliran sungai tersumbat dan membuat air meluap. Air lalu meluap ke luar area sungai dan menerjang daerah pemukiman disekitarnya.
“Karakteristik banjir bandang yang terjadi di Indonesia diawali adanya lonsor di bagian hulu kemudian membendung sungai sehingga terjadi badan air atau bendungan alami,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Gedung BNPB, Minggu (17/3).
Korban tewas sementara mencapai 58 orang
Banjir bandang ini menghantam daerah Sentani dengan cepat. Sebanyak 58 orang dikabarkan menjadi korban tewas baik itu dari banjir bandang maupun longsor.
“Korban meninggal 58 orang, 51 di Kabupaten Jayapura karena longsor dan banjir, 7 orang di Kota Jayapura karena tertimbun longsor,” ucap Sutopo.
Namun dari versi kepolisian, jumlah korban tewas dikabarkan mencapai 70 orang yang 17 diantaranya sudah teridentifikasi.
“Korban meninggal 70 orang, korban luka-luka 43 orang,” kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Musthofa Kamal pada Minggu (17/3).
Banjir membuat Pesawat Twin Otter rusak berat
Banjir Sentani tidak hanya menghantam pemukiman warga, tetapi juga membuat satu pesawat Twin Otter yang diparkir di Lapangan Terbang Adventis Doto rusak.
Namun, banjir bandang ini tidak membuat kegiatan penerbangan Bandara Sentani terganggu dan tetap bisa beroperasional seperti biasa.
Akibat kejadian ini juga sebanyak 4 ribuan warga harus mengungsi karena dampak banjir bandang yang cukup parah.
Dampak gundulnya pegunungan Cycloops
Pegunungan Cycloops merupakan salah satu tanggul alam yang dimiliki daerah Sentani. Namun, banyaknya pohon yang ditebang dan beralihnya fungsi hutan diduga menjadi sebab terjadinya banjir bandang.
Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa lahan hutan yang memang sudah berubah menjadi ladang dan kebun yang membuat rawan longsor.
“Kemudian digunakan untuk beberapa kebun, ladang dan sebagainya sehingga kerusakan hutan sudah berlangsung beberapa tahun sebelumnya,” ucap Sutopo.
Baca Juga: Jalan Tol Madiun Terendam Banjir Sedalam 1 Meter, Diduga Karena Salah Perhitungan!
Banjir terakhir terjadi 12 tahun silam
Banjir bandang di Sentani ini mengulang luka banjir bandang yang pernah terjadi pada 2007, tepatnya 12 tahun silam.
Banjir bandang kala itu juga diketahui membuat beberapa warga menjadi korban jiwa dan bangunan banyak mengalami kerusakan.
“Tahun 2007, di wilayah Sentani di sini pernah mengalami banjir bandang juga yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan yang ada disana,” terang Sutopo.
Semoga Sentani dan Papua bisa segera bangkit setelah bencana banjir bandang ini. Kita juga berharap jumlah korban jiwa tidak semakin bertambah.
Peduli pada lingkungan dan ekosistem juga harus menjadi salah satu hal yang diperhatikan pemerintah dan seluruh warga Indonesia. Karena, jika bukan kita yang menjaga alam, lalu siapa?