Shutdown Terlama Sepanjang Sejarah Amerika Berakhir, Trump Masih Ngeyel Akan Bangun Tembok!
29 Januari 2019 by LukyaniKerugian shutdown lebih besar dari biaya pembangunan tembok perbatasan!
Selama 35 hari pemerintahan Amerika Serikat ditutup dan kini telah dibuka kembali. Akhirnya, para pegawai yang bekerja di pemerintahan bisa kembali bekerja dan mendapatkan gaji. Penutupan pemerintahan federal terlama sepanjang sejarah AS ini tidak hanya merugikan para pegawai, tetapi juga mendatangkan kerugian ekonomi yang besar bagi AS.
Meski shutdown telah diakhiri, Presiden Trump mengatakan bahwa dirinya tidak kalah dan tidak mau berdamai, sebagaimana yang ia sampaikan sebelumnya. Ia pun mengancam akan kembali menutup pemerintahan jika anggota parlemen tidak kunjung sepakat untuk pendanaan pembangunan tembok perbatasan.
Berikut beberapa fakta yang terjadi setelah Presiden Trump membuka kembali pemerintahan AS
Respons para pegawai pemerintahan atas penghentian shutdown di AS
Shutdown ini menyebabkan sekitar 800.000 pegawai di pemerintahan AS terpaksa cuti. Tidak sedikit dari mereka yang mencoba mencari pekerjaan baru selama dirumahkan. Ada yang bekerja di bank, kontraktor, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar mereka tetap mendapatkan penghasilan selama shutdown berlangsung.
Salah satu pegawai pemerintahan AS, Deepan Patel, mengaku gembira dengan berakhirnya shutdown. Meski demikian, ia mengaku masih khawatir jika sewaktu-waktu Presiden Trump akan kembali menutup pemerintahan. “Saya pikir ini baik karena saya bisa mendapatkan gaji kembali. Mudah-mudahan tidak ada lagi shutdown di AS,” ujar Patel, sebagaimana diberitakan oleh Reuters, Sabtu (26/1).
Dulce Hernandez, seorang pemimpin serikat kerja, mengatakan bahwa dirinya kerap ditelepon oleh para pegawai pemerintahan. Menurut Hernandez, para pegawai tersebut bingung dengan shutdown yang tidak juga berakhir. Mereka khawatir tidak bisa membayar tagihan karena tidak ada penghasilan yang didapat.
Perasaan kecewa pun diungkapkan oleh seorang perwakilan serikat pekerja, Monte Engler. Ia merasa sebagai pekerja dirinya ditelantarkan oleh pemerintah AS. Engler merasa dilupakan dan mengaku tidak senang bekerja di pemerintahan saat ini, meski dirinya sudah mengabdi untuk negara selama 30 tahun.
Shutdown mendatangkan kerugian ekonomi yang sangat besar
Penutupan pemerintahan selama lima pekan bukannya tanpa kerugian. Perekonomian AS mendapatkan dampak langsung dari shutdown ini. Kantor Anggaran Kongres (CBO) mengatakan bahwa shutdown menghabiskan US$ 11 miliar dari perekonomian AS. Angka kerugian ini lebih besar dua kali lipat dibandingkan dana pembangunan tembok perbatasan yang diminta oleh Presiden Trump.
CNBC, Senin (28/1), melaporkan bahwa kerugian yang besar ini diakibatkan oleh tidak adanya produksi dari pekerja federal, penundaan belanja pemerintahan, serta kurangnya permintaan. Meski kerugian tersebut akan digantikan setelah shutdown berakhir, namun US$ 3 miliar hilang permanen, sebagaimana yang dilansir oleh CBO.
Trump mengancam keluarkan status darurat untuk membangun tembok perbatasan
Shutdown telah diakhiri, namun Presiden Trump tidak melunak dan justru bersikukuh akan tetap membangun tembok perbatasan meski Kongres AS tidak memberikan dukungan. Hal tersebut diungkapan oleh Mick Mulvaney, Kepala Staf Gedung Putih sementara. Mulvaney juga mengatakan Trump akan menggunakan wewenang darurat nasional untuk melancarkan rencananya ini.
Pada hari Jumat pekan lalu, Trump sepakat untuk menandatangani anggaran belanja sementara pemerintahan federal agar shutdown bisa diakhiri. Keputusan ini bagi Trump bukanlah sebuah konsesi dan dirinya berjanji akan membuat kesepakatan untuk anggaran tembok sebesar US$ 5,7 miliar yang ditolak oleh DPR AS.
Mulvaney mengatakan bahwa Trump bersedia menandatangani anggaran belanja sementara karena orang-orang Partai Demokrat mengatakan mereka sepakat dengan perlindungan perbatasan yang direncanakan oleh Trump, tetapi jika pemerintahan tetap ditutup mereka tidak bisa bekerjasama.
Gedung putih kini sudah memerintahkan korps insinyur angkatan darat untuk merancang pembangunan tembok perbatasan, termasuk memakai dana tanggap bencana yang tidak digunakan dan menggunakan wewenang presiden untuk mendeklarasikan undang-undang darurat nasional.
Undang-Undang Nomor 33 Pasal 2293 tentang darurat nasional salah satunya berisi, “Pemrograman ulang elama keadaan darurat nasional memungkinkan presiden untuk menggunakan sumber daya dari program pekerjaan sipil Departemen Angkatan Darat, termasuk dana, peralatan, dan personel, guna membantu pembangunan, operasi, pemeliharaan, serta perbaikan pekerjaan sipil resmi, konstruksi militer, dan proyek pertahanan sipil yang penting bagi pertahanan nasional”.
Undang-Undang Keadaan Darurat Nasional ini memungkinkan Presiden Trump memiliki wewenang luas untuk menyataan keadaan darurat nasional. Beberapa undang-undang federal pun akan memuluskan jalan Trump untuk membangun tembok perbatasan sepanjang Meksiko-AS.
Pada akhirnya, Trump selaku Presiden Amerika Serikat memang punya kuasa yang cukup untuk memaksa terjadinya pembangunan tembok raksasa di perbatasan. Shutdown terlama AS kemarin sudah membuktikan betapa kuatnya tekad Trump untuk mewujudkan kebijakannya tersebut. Kini tinggal tunggu waktu hingga AS jadi negara di balik tembok.