Rumah Dijual Mertua, Keluarga Ini Harus Tinggal di Gubuk Reyot
05 Februari 2021 by LukyaniGubuk tersebut dibangun dari seng bekas kandang ayam
Sepasang suami istri harus berusaha keras menghidupi keempat anaknya di sebuah gubuk yang mirip kandang ayam di Jalan Tani, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Kisah keluarga ini pun sempat viral dan menarik perhatian publik.
Bangun rumah dengan bantuan warga
Keluarga ini merupakan warga asli Siantan Hulu, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Mereka terpaksa pindah ke sebuah gubuk karena rumah lama mereka telah dijual oleh bapak mertuanya dua bulan yang lalu.
Lena, sang ibu, sungkan menceritakan kisah tersebut. Ia mengatakan bahwa alasan ia dan keluarga menetap di gubuk itu adalah keterbatasan ekonomi.
“Suami kerja serabutan. Anak 4 orang. Jadi saya bersama suami buat rumah di sini,” ujar Lena, dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Jurus Medsos Do Your Magic, Perempuan Ini Ungkap Sendiri Pelaku Perampokan Dirinya!
Lena mengatakan tempat tinggalnya ini dibangun dengan bantuan warga-warga lain. Ia pun menumpang tanah milik warga dan mendapatkan seng bekas kandang ayam untuk membangun tempat tinggalnya.
“Untuk kayu-kayunya, saya sama suami mencari pohon di hutan,” tambah Lena.
Lena mengatakan saat ini keempat anaknya masing-masing berusia 15 tahun, 14 tahun, 5 tahun, dan 1 tahun. Anak pertama Lena sudah berhenti sekolah sejak dua tahun lalu karena ketiadaan biaya. Sementara anak keduanya pun kini terancam berhenti sekolah karena masalah yang sama.
Baca Juga: Dituding Pelatih Tak Perawan, Atlet Senam SEA Games 2019 Dipulangkan Paksa!
Kondisi kesehatan yang memburuk
Lena menceritakan kegiatannya saat ini adalah pergi ke hutan untuk mencari ubi dan sayur pakir. Hasilnya bisa ia gunakan untuk makan keluarga dan dijual. Hal yang paling dikhawatirkan Lena adalah musim hujan seperti saat ini. Anak-anaknya harus bisa mencari posisi tidur yang tidak terkena hujan.
Kondisi keluarga Lena semakin diperparah dengan kondisi kesehatan anak pertamanya. Anak pertama Lena sering mengalami demam karena ia pernah terjatuh. Lena pun mengaku sudah 4 hari mengalami diare dan tidak bisa mengakses obat karena tidak ada biaya maupun BPJS Kesehatan.
“Saya berharap pemerintah memberi perhatian dan bantuan unntuk sekolah anak dan biaya kesehatan mereka,” harap Lena.
Baca Juga: Gerindra Dukung CPNS LGBT di Kejaksaan Agung, Netizen: Inget Kaum Sodom Min!
Tanggapan DPRD Kota Pontianak
Salah satu anggota DPRD Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Yandi, mengatakan bahwa kejadian yang dialami oleh keluarga Lena ini merupakan dampak dari buruknya komunikasi serta koordinasi aparatur pemerintah, mulai dari tingkat RT hingga pemerintah kota.
“Mengenai personalan ini, semoga bisa cepat dicarikan solusi,” ujar Yandi, dikutip dari Kompas.com.
Yandi mengakui selama ini pemerintah belum bisa menerapkan kebijakan dengan baik. Padahal, Pemkot Pontianak memiliki program yang menegaskan bahwa anak-anak tidak boleh berhenti sekolah karena kesulitan ekonomi.
Bahkan, kebijakan tersebut pun menyatakan bahwa jika ditemukan keluarga miskin dan anak yang putus sekolah, maka lurah setempat akan dicopot dari jabatannya.
“Kejadian ini jadi kado buruk bagi Kota Pontianak yang akan merayakan ulang tahunnya yang ke-248 tahun,” ungkap Yandi.
Yandi berharap agar seluruh dinas terkait bisa aktif melakukan pendataan warga. Bisa jadi keluarga Lena bukanlah satu-satunya yang mengalami kesulitan semacam ini.
“Sekarang kita minta untuk segera dicarikan solusi bersama,” tutup Yandi.