Pemerintah Sri Lanka Keluarkan 200 Ulama Islam yang Langgar Hukum
12 Mei 2019 by LukyaniKondisi Sri Lanka pasca teror bom masih belum stabil
Peristiwa teror bom di Sri Lanka pada Minggu Paskah, 21 April 2019, menyisakan trauma yang begitu mendalam. Tak heran pemerintah Sri Lanka pun melakukan berbagai cara untuk mencegah peristiwa serupa terulang kembali. Baru-baru ini, pemerintah Sri Lankka mengusir lebih dari 600 warga asing. Termasuk sekitar 200 ulama Islam.
Sri Lanka keluarkan 200 ulama Islam
Menteri Dalam Negeri Sri Lanka, Vajira Abeywardena mengatakan sekitar 200 ulama Islam masuk ke wilayah Sri Lanka dengan cara resmi. Aparat keamanan kemudian melakukan pemeriksaan menyusul tragedi bom di Sri Lanka. Aparat lantas menemukan bahwa 200 ulama ini tinggal di Sri Lanka melebih waktu yang sudah ditetapkan dalam visa.
Pelanggaran hukum ini akhirnya segera ditindak tegas oleh pemerintah Sri Lanka. Otoritas di Sri Lanka menjatuhkan hukuman bagi mereka berupa pembayaran sejumlah denda dan mengeluarkan mereka dari wilayah Sri Lanka.
Situasi Sri Lanka yang belum stabil pasca teror bom, membuat pemerintah Sri Lanka mengambil langkah memperketat pengawasan visa bagi guru-guru agama di Sri Lanka. “Mempertimbangkan situasi negara saat ini, kami telah mengkaji sistem visa dan mengambil keputusan untuk memperketat pengawasan visa bagi guru-guru agama. Dari mereka yang dikeluarkan, sekitar 200 orang ulama Islam,” jelas Menteri Abeywardena, dikutip dari Channel News Asia.
Menteri Abeywardena tidak memberikan keterangan terkait kewarganegaraan para ulama yang dikeluarkan. Seorang polisi memberikan informasi bahwa beberapa ulama tersebut berasal dari Bangladesh, India, Maladewa, dan Pakistan.
Kebijakan pengajuan visa dirombak
Tidak hanya memperketat pengawasan visa, pemerintah Sri Lanka juga melakukan perombakan pada kebijakan pengajuan visa karena kekhawatiran ulama asing meradikalisasi warga Sri Lanka untuk melakukan teror seperti yang terjadi sebbelumnya.
Ledakan bom bunuh diri di Sri Lanka ini merenggut 257 jiwa dan hampir 500 warga mengalami luka. Sri Lanka memberlakukan status darurat nasional sejak teror bom yang menyerang tiga gereja dan tiga hotel dengan memberikan kewenangan pada tentara dan polisi agar menahan tersangka untuk waktu panjang.
Aparat keamanan Sri Lanka pun melakukan sejumlah pemeriksaan terhadap warganya. Mereka menggeledah dari rumah ke rumah untuk mencari bahan peledak dan mengidentifikasi warga yang esktrimis Islam.
Bentrokan umat Kristen dan Islam di Sri Lanka
Pada tanggal 5 Mei terjadi bentrokan antara umat Kristen dan Islam di Sri Lanka. Puluhan toko, rumah, dan kendaraan milik umat Islam dirusak dalam bentrokan ini. Menangani kejadian tersebut, pemerintah Sri Lanka memberlakukan jam malam dengan mengirim ratusan aparat keamanan ke Negombo.
Gereja Katolik Roma Sri Lanka pada Senin (6/5) meengimbau agar semua pihak tenang. Pihak gereja meminta agar pemerintah melarang alkohol pasca bentrokan umat Kristen dan Islam. Gereja menyerukan agar warga Sri Lanka tidak saling menyakiti guna menciptakan hubungan yang harmonis.
“Saya mengimbau semua saudara dan saudari Katolik dan Kristen untuk tidak melukai satu pun orang muslim karena mereka adalah saudara kita karena mereka adalah bagian dari budaya agama kita,” ujar Kardinal Malcom Ranjith, Uskup Agung Colombo, dikutip dari Channel News Asia.
Kardinal Ranjith sudah mengunjungi Negombo untuk bertemu dan berdiskusi dengan beberapa ulama Islam. Mereka meminta pemerintah Sri Lanka untuk menutup bar. Pasalnya, perwira tinggi polisi Sri Lanka mengatakan bentrokan tersebut dipicu alkohol yang kemudian merembet pada bentrokan dua kelompok.