Pasca Kematian Qassim Soleimani, Bagaimana Konflik AS-Iran?
08 Januari 2020 by LukyaniPengamat khawatir perang terbuka AS-Iran akan terjadi
Setelah serangan drone Amerika Serikatt menewaskan Panglima Garda Revolusi Iran, Qassim Soleimani di Bandara Internasional, Baghdad, konflik antara Iran dan Amerika Serikat pun semakin genting.
Pengamat khawatir perang terbuka AS-Iran
Dilansir oleh Merdeka, serangan yang diluncurkan AS ini masih berhubungan dengan peristiwa sebelumnya, yakni demonstran pro Iran yang menyerbu dan membakar Kedutaan Besar AS di Baghdad.
Para demonstran tersebut sangat geram dengan serangan udara AS yang menewaskan 25 milisi Irak dukungan Iran. AS pun melancarkan serangan tersebut sebagai balasan setelah seorang kontraktor AS tewas karena serangan milisi pro Iran.
Para pengamat pun semakin ketar-ketir setelah kematian Sulaimani. Para pengamat khawatir dengan skenario terburuk, yakni perang terbuka antara Iran dan AS atau balasan terhadap warga Amerika di Timur Tengah.
Baca Juga: Ngeri! Perang Dunia 3 Di Depan Mata Usai Amerika Sikat Jenderal Iran
Penyerangan terhadap pasukan AS dan fasilitasnya kini menjadi keniscayaan. Selama 15 tahun terakhir, Teheran membangun jaringan di antara kelompok milisi dan politisi Irak.
Respons Irak atas konflik AS-Iran
Dikutip dari New York Magazine, kelompok Irak Sunni dan beberapa kalangan yang anti pengaruh Iran tampak gembira dengan kabar ini. Saat ini, pemerintah Irak masih bergantung pada sokongan finansial dan politik Iran. Di sisi lain, Irak pun berusaha mengatur keseimbangan antara pengaruh AS dan Iran di negaranya.
Jika salah satu, antara Iran dan AS, lebih dominan, maka kekerasan pun mungkin tidak bisa lagi dihindari. Beberapa pihak menduga Irak akan meminta AS untuk menarik pasukannya. Jika hal tersebut terjadi, maka pemerintahan Trump jelas mengalami kemunduran.
Baca Juga: Menhan Minta Damai Soal Polemik Natuna. Emang Kalau Perang sama China, Kita Bisa Apa?
Pasalnya, selama ini Trump berusaha menekan Iran secara militer sekaligus campur tangan dalam hal memerangi ISIS yang masih aktif di perbatasan Irak dan Suriah.
Iran beri balasan untuk AS
Sepertinya tidak ada pilihan lain bagi Iran, selain memberikan balasan atas kematian Sulaimani, sebagaimana dilansir oleh Merdeka. Anggota proksi Iran bisa saja menyerang AS dan sekutunya, seperti Arab Saudi dan Israel.
Hizbullah, sekutu Iran ini dianggap sebagai kelompok bersenjata non-negara yang paling efektif dan bisa menyerang Amerika di kawasan. Mengenai hal ini, Israel bahkan telah mengumumkan bahwa mereka mengerahkan pasukan ke utara untuk mengantisipasi balasan dari Iran.
Baca Juga: China Merengsek Masuk Indonesia, Prabowo: Kita Cool Aja, Santai!
Adapun selama beberapa dekade ini, Hizbullah telah melancarkan berbagai serangan di berbagai wilayah di luar Timur Tengah. Serangan Hizbullah yang paling parah adalah pengeboman pusat komunitas Yahudi di Argentina.
Serangan yang dilakukan di tahun 1994 tersebut menewaskan 85 orang. Selain itu, pada tahun 1983, Hizbullah meledakkan kedutaan AS di Beirut dan barak marinir yang menewaskan hingga 220 marinis dan puluhan warga AS.
Menurut Profesor Daniel Byman dari Universitas Georgetown, kematian Sulaimani ini membuat AS mengalami dilema. Mereka rentan serangan Iran dan bisa berusaha bertahan dengan pasukan yang terbatas di Irak, Suriah, dan Afghanistan.