Miris! Di Iran Hukuman Mati Jadi Hiburan dan Tontonan Banyak Orang hingga Anak Kecil

Hukuman mati jadi tontonan
Hukuman mati jadi tontonan | amuse.vice.com

Anak kecil pun menonton hukuman mati di Iran.

Meskipun sekilas tampak sederhana dan sudah tidak terkesan ekslusif lagi di zaman nirteks seperti sekarang ini, foto merupakan salah satu medium yang dapat berbicara tentang banyak hal dalam kehidupan ini.

Sama halnya seperti lukisan, musik, dan bahkan karya sastra, foto tidak hanya memberikan informasi tertentu, tapi juga dapat mengasah perasaan orang yang berinteraksi dengannya.

Hukuman mati jadi tontonan
"Pengamat Kematian" | www.nikon-photocontest.com

Para fotografer biasanya senang menjelajahi sudut-sudut kehidupan yang sekiranya dapat menjadi objek yang dapat menggugah pikiran dan perasaan orang yang melihat hasil foto mereka.

Ebrahim Noroozi adalah seorang fotografi asal Iran yang memiliki kepekaan cukup tinggi dalam pemilihan objek fotografinya. Bahkan, dia adalah fotografer yang dikenal cukup berani untuk memilih objek foto yang biasanya dihindari oleh fotografer lain.

Hukuman mati jadi tontonan
"Pengamat Kematian" | amuse.vice.com

Ebrahim seringkali memilih kehidupan masyarakat pinggiran di negaranya sebagai objek karyanya. Baru-baru ini, dia membuat sebuah seri dokumentasi yang memperlihatkan potret masyarakat Iran yang sedang menonton hukuman mati yang berlaku di sana.

Seri dokumentasi ini diberi judul “Pengamat Kematian”.Tidak seperti potret-potret hukuman mati yang biasanya, Ebrahim tidak mengarahkan lensanya ke terpidana, melainkan ke orang-orang yang menonton hukuman mati tersebut.

Hukuman mati jadi tontonan
"Pengamat Kematian" | amuse.vice.com

“Untuk seri ini, saya memotret kerumunan orang yang berbeda-beda, di tempat yang berbeda-beda, dan berukuran berbeda-beda. Kadang proses memotretnya mudah; kadang sulit; kadang saya diusir dari lokasi oleh polisi. Semua orang tahu hukuman mati merupakan praktik wajar dalam hukum di Iran. Bedanya dibanding negara lain, barangkali adalah skala penonton yang hadir untuk menontonnya. Beberapa hukuman mati 'hanya' dihadiri 400 orang, ada yang sampai seribuan, bahkan lebih dari itu. Banyak sekali laki-laki dan perempuan dari semua usia dan kelas sosial, sengaja berkumpul pagi-pagi hanya untuk menyaksikan eksekusi,” ujar Ebrahim (Sumber:VICE).

Hukuman mati jadi tontonan
"Pengamat Kematian" | amuse.vice.com

Menurut kesaksian Ebrahim, biasanya para penonton akan menikmati “pertunjukan” dengan asyik sampai-sampai mereka tidak sadar dengan situasi di sekitarnya. Pikiran mereka tampak hanya fokus kepada proses kematian yang dijatuhkan kepada terpidana. Tidak hanya ada perasaan girang yang menyeruak di antara penonton, terkadang Ebrahim melihat penonton yang digotong keluar dari kerumunan karena pingsan.

"Pengamat Kematian"
"Pengamat Kematian" | www.nikon-photocontest.com
Artikel Lainnya

Ebrahim menangkap momen-momen tersebut dengan pencahayaan yang suram karena bagi Ebrahim, fenomena yang dia jadikan sebagai objek fotonya adalah hal yang meresahkan.

“Saya ingin menampilkan potret-potret ini dengan harapan peristiwa serupa semakin jarang terjadi. Hukuman mati di ruang terbuka sangat menyakitkan untuk disaksikan. Mengamati kematian makhluk hidup selalu jadi pengalaman buruk, apalagi jika makhluk itu manusia yang sama seperti kita semua,” pungkasnya.

Tags :