Membantai Ratusan Paus Tiap Tahun, Tradisi Masyarakat Ini Disebut Barbar!

Tradisi Grindadrap
Tradisi Grindadrap | www.flickr.com

Tradisi Grindadrap merupakan tradisi dari Kepulauan Faroe.

Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi masing-masing dengan praktik dan maknanya yang unik. Salah satu tradisi masyarakat yang populer di dunia adalah tradisi Grindadrap. Tradisi Grindadrap merupakan tradisi dari Kepulauan Faroe yang dilakukan dengan memburu dan membantai ikan paus.

1.

Tradisi Grindadrap dianggap barbar

Tradisi Grindadrap
Tradisi Grindadrap | www.flickr.com

Tradisi berburu dan membantai ikan paus baru saja dilaksanakan beberapa waktu yang lalu di Kepulauan Faroe. Dalam tradisi ini, sekitar 300 ekor ikan paus tewas dibantai hingga menyebabkan lepas pantai tersebut berubah warna menjadi marah. Dilansir dari AFP, tradisi Grindadrap ini merupakan tradisi kuno yang sudah ada sejak 1.000 tahun lalu dan hingga saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Denmark.

Baca Juga: Viral 9 Kerbau di Cilegon Disembelih Maling, Daging Diambil, Pemilik Cuma Disisakan Jeroan!

Tradisi Grindadrap ini menjadi andalan di Kepulauan Faroe. Pasalnya, daging paus merupakan makanan pokok di wilayah otonom Denmark tersebut. Tradisi Grindadrap telah mengundang banyak protes dan kritik dari LSM Lingkungan, Sea Shepherd, namun masih terus dilakukan hingga saat ini.

Sea Shepherd menyebut tradisi Grindadrap sebagai aksi yang barbar karena membantai hewan-hewan laut. Mereka menyerukan agar masyarakat berhenti membunuh paus dan menghentikan tradisi Grindadrap.

2.

Dilaksanakan di tengah pandemi

Tradisi Grindadrap
Tradisi Grindadrap | www.seashepherdglobal.org

Pada Rabu, 15 Juli 2020, sekitar 250 ekor paus pilot bersirip panjang dibantai dengan beberapa lumba-lumba sisi putih Atlantik. Tradisi ini dilakukan di lepas Pantai Hvalba di sebuah desa di bagian paling selatan Pulau Suduroy.

Pelaksanaan tradisi Grindadrap tahun ini pun menuai masalah karena dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Pasalnya, tradisi Grindadrap akan mengundang kerumunan besar, sementara Kepulauan Faroe dengan populasi hampir 50 ribu orang telah mencatat kasus infeksi virus corona sebanyak 188 kasus, sebagaimana dilaporkan oleh AFP.

Baca Juga: Kekurangan Bahan Pangan, Korea Utara Anjurkan Warganya Makan Kura-Kura!

Sebelumnya, Menteri Perikanan Denmark, Jacob Vestergaard, telah menyetujui pelaksanaan tradisi Grindadrap pada 7 Juli 2020. Jacob Vestergaard pun mengizinkan perburuan ikan paus dengan syarat setiap orang yang hadir harus menghindari kerumunan besar untuk mencegah infeksi virus corona.

3.

Laut berubah menjadi merah

Tradisi Grindadrap
Tradisi Grindadrap | local.fo

Perburuan ikan paus dan lumba-lumba ini membawa pemandangan kapal-kapal yang menggiring hewan laut tersebut dalam kondisi tak bernyawa. Sebelumnya, mamalia laut ini sudah dibantai oleh para nelayan di sebuah teluk. Darah paus dan lumba-lumba yang menggenang seketika mengubah warna air laut menjadi merah.

Adapun pada tahun 2014 LSM Sea Shepherd telah mengacaukan tradisi Grindadrap. Namun, aksi mereka tetap terhalang karena UU yang berwenang pada kapal militer Denmark memastikan Sea Shepherd tetap berada di luar jangkauan perairan Faroe ketika pembantaian berlangsung.

Baca Juga: Sultan Abis! Pria Ini Buat Masker N95 dari Emas Murni

Masyarakat Kepulauan Faroe pun telah meminta media asing dan LSM lingkungan agar menghargai tradisi mereka yang telah bertahan selama ratusan tahun ini. Mereka menganggap memburu dan membunuh mamalia laut adalah tradisi utama yang akan terus mereka lestarikan.

Artikel Lainnya

Tradisi Grindadrap ini memang cukup problematis. Di satu sisi, masyarakat Kepulauan Faroe berusaha mempertahankan tradisi nenek moyang mereka namun di sisi lain perburuan dan pembantaian paus dan lumba-lumba tentu akan berpengaruh pada ekosistem laut.

Tags :