Lembaga ini Sebut Prabowo Cuma Pion, Aktor Utama 22 Mei Diduga Dua Kelompok ini!
03 Juni 2019 by refa dewaWah diduga kuat dua kelompok ini!
Sebuah lembaga independen, Setara Institue mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan, menurut sang ketua, Hendardi, pihaknya menduga jika aktor utama alias dalang dari aksi 21 - 22 Mei 2019, bukanlah Pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tapi dua kelompok utama, yakni pensiunan tentara dan kelompok radikal.
Aktor utamanya atau mastermind aksi 21-22 Mei 2019 hanya ada dua kemungkinan; pensiunan tentara dan jaringan kelompok radikal, yang pada dasarnya simpatisan dan pendukung yang menunggangi paslon 02, untuk kepentingan politik mereka masing-masing. Kalau preman-preman bayaran itu pion saja, hanya dipakai untuk kepentingan mereka, ujar Hendardi di Jakarta, Jumat (31/5/2019).
Dilansir dari beritasatu.com, Senin (3/6/2019), Hendardi menilai jika mantan pentolan Kopassus, Prabowo sebenarnya tidak sepenuhnya mampu mengendalikan aksi-aksi yang dirancang sedemikian rupa dari kedua kelompok tersebut, bahkan, Hendardi menjelaskan jika tidak ada faktor yang cukup kuat untuk menghentikan atau mengendalikan aksi massa 21 - 22 Mei 2019 tersebut.
Karena mereka pada dasarnya punya agenda masing-masing. Prabowo juga tidak. Di tengah-tengah kelompok itu, Prabowo bukan solidarity maker. Prabowo adalah figur elite yang juga sesungguhnya 'dipionkan' sebagai simbol oleh mereka, bahwa ini seakan-akan kontestasi elektoral dalam kerangka demokrasi, terang dia.
Pernyataan yang cukup mencengangkan ialah, saat Hendardi menjelaskan skenario atau tujuan terbesar dari aksi yang rusuh di depan kantor Bawaslu tersebut ada dua, diantaranya, memaksa kemenangan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Pasangan Nomor Urut 02, Prabowo Subianto - Sandiaga Uni, dan memaksakan kepada Bawaslu selaku badan pengawas pemilu agar mendiskualifikasi Paslon nomor urut 01, atau Jokowi - Ma'ruf.
Kedua, politik jalanan dan inkonstitusional. Mereka memaksakan tindakan rusuh dengan berharap ini akan melahirkan efek domino politik seperti di Suriah. Ada martir yang dikorbankan, harapannya memicu instabilitas politik skala besar, dan diharapkan presiden tidak bisa mengendalikan situasi, ungkap dia.
Perihal kekhawatiran masyarakat terkait jelang sidang Mahkamah Konstitusi, sebenarnya sudah bisa diantisipasi oleh aparat TNI dan Polri. Hendardi menambahkan, kedepannya, saat ekskalasi kembali meningkat, narasi aksi dari dua kelompok ini tidak akan banyak berubah seperti yang sudah-sudah,
Begitu juga tujuan politiknya. Kelompok-kelompok itu pun demikian. Tapi situasinya sekarang akan berbeda. Banyak pihak sudah membedah serta menyesalkan terjadinya rusuh 21 dan 22 Mei itu. Aksi dua hari itu gagal total, tidak rapi, dan terlalu telanjang. Kedaulatan rakyat hanya dijadikan mainan label mereka saja. Di samping itu, aparat keamanan jauh lebih siap. Dua hari itu aparat menangani dengan baik, dan ke depan pengendalian sidang di Mahkamah Konstitusi pastinya lebih baik lagi, pungkas Hendardi