Kreator #2019GantiPresiden Kini Menyesal dan Haramkan Tagar Ganti Presiden!
06 Mei 2019 by refa dewaWah kok bisa? Ada apa gerangan?
Masih ingat tagar 2019 ganti presiden? Tagar yang ditulis #2019GantiPresiden itu dulu sempat booming menjelang Pilpres 2019.
Tagar yang berujung pada gerakan masif itu dulunya sempat dielu-elukan sebagai selogan suara rakyat yang kabarnya kurang puas dengan kinerja presiden ke-7 RI, alias Presiden Joko Widodo.
Usut punya usut, tagar tersebut ternyata digagas oleh salah satu pentolan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera pada Maret 2018, dari yang sebuah tagar lambat laun berubah menjadi sebuah gerakan dan berujung pengkaderan relawan, dan sebulan berikutnya tepatnya pada 6 Mei 2018 relawan 2019GantiPresiden dideklarasikan di Jakarta.
Kala itu, relawan 2019GantiPresiden tak hanya membagikan buku pedoman saja, tapi juga membungkus aspirasi para khayalak yang intinya menjadi pengawal jalannya Pemilu 2019 agar lancar dan tertib. Berikut isi lengkap aspirasi nasional tersebut:
Aspirasi Nasional
Relawan Nasional 2019GantiPresiden
Kami relawan nasional 2019GantiPresiden, dengan ini menyatakan sikap keprihatinan atas kemiskinan, ketidakadilan, ketidakberpihakan dan ancaman terhadap kedaulatan serta krisis kepemimpinan yang terjadi saat ini di bumi NKRI. Karena itu, kami bertekad akan terus berjuang bersama seluruh rakyat untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik, berdaulat, bermartabat, adil, makmur dan berakhlak mulia.
Dengan memohon rida Allah SWT dan dukungan dari seluruh rakyat, kami siap mengawal jalannya proses pemilu yang jujur, adil, dan bebas dari segala bentuk kecurangan hingga terwujudnya 2019 ganti presiden dan konstitusional pada tanggal 17 April 2019.
Jakarta
6 Mei 2018
Relawan Nasional 2019GantiPresiden
Tak cuma sebatas gerakan di dunia nyata, gerakan ini pun juga turut meramaikan dunia maya dengan tagar yang sama, #2019GantiPresiden. Bahkan tagar itu juga merembet ke berbagai atribut, seperti kaus, pin, gantungan kunci, takjil untuk yang tengah menjalankan ibadah puasa, dan tentu menjadi jinggle alias lagu yang kemudian dinyanyikan oleh para pentolannya, Mardani, Fadli Zon, dan politikus pro-Prabowo lainnya.
Namun yang namanya gerakan oposisi tentu menjalankannya tak semudah membalikkan telapak tangan, gerakan ini sempat mendapat penolakan di sejumlah tempat, seperti di Jawa Barat, Serang, Surabaya, maupun Riau.
Banyaknya kecaman dan penolakan di beberapa daerah, membuat sang founder, Mardani Ali Sra meminta agar #2019GantiPresiden dilakukan dengan elegan dan santun.
Gerakan #2019GantiPresiden harus tetap menjaga karakter gerakan yang elegan, santun, dan cerdas. Karena ini gerakan mencintai negeri dengan cara mendidik masyarakat untuk berani, cerdas, dan tetap santun, kata Mardani lewat keterangan tertulisnya, Senin (27/8/2018).
Ketika Prabowo ditetapkan sebagai cawapres, gerakan 2019 ganti presiden akhirnya bermetamorfosis, tidak mengusung ganti presiden lagi, tapi lebih lugas menjadi 2019PrabowoPresiden.
Setelah hasil Pemilu 2019 berujung kegetiran bagi pecinta gerakan ganti presiden, Mardani juga mendadak berubah, menurut Mardani, #2019GantiPresiden sudah tutup buku dan dia juga tak lupa menegaskan kalau gerakan tersebut haram. What?!
Saya dikenal penggagas hashtag 2019GantiPresiden. Per 13 April saya sudah mengharamkan diri tidak boleh teriak lagi ganti presiden. Sudah selesai. Kenapa? Karena itu sudah hari terakhir kampanye. Sekarang apalagi, sudah selesai kompetisinya. Kita kembali normal, kata Mardani di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (3/5).
Ganti presiden sudah tutup buku. Saya nggak mau nyanyiin lagi, nggak mau hashtag lagi, karena itu pada masa kampanye, ujar Mardani.