Kisah Para Petugas KPPS, Kerja Sampai Pagi Honor Tak Sampai 500 Ribu. Pejuang Sesungguhnya!
19 April 2019 by Titis Haryo
Nggak sedikit yang akhirnya meninggal.
Proses pemungutan suara dalam Pemilu 2019 mungkin telah usai, namun tidak bagi para petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di seluruh Indonesia.
Perjuangan mereka demi tercapainya demokrasi di Indonesia masih terus berlanjut sampai sekarang, bahkan tidak sedikit yang harus gugur karena mengalami kelelahan setelah melakukan penghitungan suara hingga pagi hari.
Lalu, bagaimana kisah mereka yang berjuang demi suksesnya demokrasi ini?
Honor tidak lebih dari 500.000

Dilansir dari Tempo.co, Kamis (18/4), beberapa petugas KPPS di beberapa daerah mengeluhkan sedikitnya honor yang mereka terima setelah melaksanakan tugas.
Belum lagi tanggung jawab yang begitu besar agar proses pemungutan suara berjalan lancar selama Pemilu 2019 berlangsung. Salah satunya adalah Ketua KPPS 06 Desa Palakkang, Takalar, Sulawesi Selatan bernama Nisa.
Sebagai ketua dirinya hanya mendapatkan honor sebesar Rp 550.000 dengan potongan pajak sebesar 3%. Sedangkan petugas KPPS akan mendapatkan honor bersih Rp 470.000 setelah tugasnya selesai.
Padahal tugas mereka bisa berlangsung lebih dari 24 jam tanpa henti dan istirahat. Angka tersebut pun dirasa begitu kecil untuk para petugas KPPS.
“Tak sebanding dengan honor, kerjanya banyak sekali,” ucap Nisa.
Meninggal saat antar surat suara

Dilansir Kompas, Kamis (18/4), kisah pejuang demokrasi para petugas KPPS juga datang dari Kota Malang, Jawa Timur.
Seorang petugas KPPS bernama Agus Susanto dikabarkan meninggal dunia setelah diduga mengalami kelelahan dalam proses Pemilu 2019 yang berlangsung hingga larut malam.
Namun satu jam sebelum meninggal, Agus masih sempat menyelesaikan tugasnya sebagai petugas KPPS dengan mengantarkan kotak suara ke kelurahan.
“Satu petugas kami di TPS 4, kelurahan Tlogomas habis menyelesaikan tugasnya, dan sudah pengiriman kotak suara di tingkat kelurahan, kemudian istirahat di rumah dan beliau dipanggil oleh Allah,” jelas Ketua KPU Kota Malang Zaenudin.
Agus pun dinyatakan meninggal saat berada di rumahnya, RT 06 RW 01 Kelursahan Tlogomas, Kamis (18/4) sekitar pukul 03.00 WIB dini hari.
Kisah para petugas KPPS ini mungkin hanya sebagian kecil dari ribuan orang lain yang sedang bertugas melancarkan pesta demokrasi di Indonesia.
Tanggung jawab yang begitu besar mungkin tidak sebanding dengan honor yang mereka terima. Apalagi dengan adanya isu kecurangan yang begitu masif beredar membuat tekanan pada petugas KPPS semakin besar.
Melihat hal ini, sosok mereka pun sangat layak untuk mendapatkan gelar pejuang demokrasi karena sudah berjuang keras dalam Pemilu 2019.