Kemarau Tiba, BMKG Prediksi Sejumlah Wilayah Jawa-Bali Alami Kekeringan Ekstrem!

BMKG Prediksi Kekeringan Ekstrem di Jawa dan Bali
Ilustrasi: seorang warga mengambil air disaat musim kemarau eksrem di Jawa Tengah. | nusantara.medcom.id

BMKG menyebut beberapa kawasan di Jawa dan Bali akan mengalami hari tanpa hujan yang begitu panjang pada tahun 2019.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami kekeringan ekstrem pada musim kemarau tahun 2019.

Sejumlah wilayah yang memiliki potensi besar mengalami kekeringan adalah Jawa, Bali, dan juga Nusa Tenggara. Hal ini dikarenakan wilayah-wilayah tersebut akan mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) yang panjang.

Lalu, apa yang harus dipersiapkan masyarakat dan pemerintah terkait resiko kekeringan ekstrem ini?

1.

Kekeringan ekstrem

BMKG Prediksi Kekeringan Ekstrem di Jawa dan Bali
Kondisi kekeringan ekstrem yang melanda Dukuh Jati, Grobogan, Jawa Tengah pada tahun 2017 lalu. | tirto.id

BKMG mencatat ada beberapa wilayah di Indonesia yang akan mengalami kekeringan ekstrem hingga dua bulan lamanya.

“Dari hasil analisis BMKG, teridentifikasi adanya potensi kekeringan meteorologis yang tersebar di sejumlah wilayah,” bunyi rilis resmi BMKG, Kamis (4/7/2019).

Hasil ini didapat setelah BMKG melihat adanya tren intensitas hujan yang semakin berkurang sampai ditemukannya HTH selama 2 bulan pada 30 Juni 2019.

Wilayah-wilayah yang mengalami HTH tersebut kini ditetapkan sebagai wilayah berstatus awas karena hanya memiliki curah hujan kurang dari 20 milimeter.

Wilayah-wilayah yang dimaksud tersebut berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Timur, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Baca Juga: Sampah Impor Mengandung Limbah Beracun dari Australia Ditemukan Bea Cukai!

2.

Masih ada wilayah yang alami musim hujan

BMKG Prediksi Kekeringan Ekstrem di Jawa dan Bali
Staf BMKG saat melakukan monitoring cuaca. | indopolitika.com

BMKG menjelaskan musim kemarau Indonesia kali ini baru dirasakan oleh sebagian wilayah saja karena beberapa wilayah lain masih merasakan musim hujan.

Hal ini disampaikan BMKG setelah melakukan monitoring dan mendapatkan hasil wilayah yang mengalami musim kemarau baru 37 persen saja.

“Selain itu, monitoring terhadap perkembangan musim kemarau menunjukkan berdasarkan luasan wilayah, 37 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau dan 63 persen wilayah masih mengalami musim hujan,” isi pernyataan resmi BMKG.

Baca Juga: Keindahan Gerhana Matahari Total Terjadi Di Berbagai Negara Ini, Kapan Muncul Di Indonesia?

3.

Imbau pemerintah daerah dan masyarakat bersiap

BMKG Prediksi Kekeringan Ekstrem di Jawa dan Bali
Petugas pemerintah provinsi Jawa Tengah tengah menyuplai air bersih ke warga Desa Blimbingrejo, Jepara tahun 2018 lalu. | www.suaramerdeka.com

Atas dasar peringatan tersebut, BMKG mengimbau pemerintah daerah yang akan mengalami kondisi kekeringan ekstrem untuk bersiap dengan potensi kemunculan kebakaran lahan dan kelangkaan air bersih.

Para petani juga diminta untuk beradaptasi agar sektor pertanian tidak benar-benar mengalami kemrosotan. Salah satu yang disarankan yaitu mempersiapkan sistem tadah hujan guna mengatasi keterbatasan air di musim kemarau panjang.

Artikel Lainnya

Masuknya musim kemarau di tahun 2019 ini memang menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan masyarakat luas terutama di kawasan Jawa hingga Bali.

Hal ini tidak lepas dari adanya potensi kekeringan ektrem yang berhasil dimonitoring BMKG dalam dua bulan terakhir yang bisa memunculkan resiko kekurangan air bersih, gagal panen, hingga kebakaran hutan.

Semoga pemerintah bisa menghadirkan solusi jelang datangnya musim kemarau paling kering di tahun ini.

Tags :