Jadi Konsumen Tertinggi ke-2 di Indonesia, Sampai Ada Jagal Kucing di Medan

Ilustrasi kucing
Ilustrasi kucing | unsplash.com

Nggak tega lihat kucing dijagal.

Meski dinyatakan sebagai hewan peliharaan yang tidak boleh dikonsumsi, nyatanya konsumen daging anjing dan kucing masih saja banyak. Bahkan, di Indonesia sendiri, Solo menempati urutan pertama konsumen daging anjing tertinggi, disusul oleh Medan pada urutan kedua dan Jakarta di urutan ketiga.

Dikutip dari Kompas.com (3/2/2021), selain anjing, kucing juga dibunuh untuk dikonsumsi. Bahkan, di Medan terdapat jagal kucing. Fakta miris tersebut disampaikan oleh Ketua Animal Defenders Indonesia Doni Herdaru saar bertemu wartawan di Mapolsek Medan Area pada Selasa (2/2/2021).

BACA JUGA: Miris! Tak Hanya Stres Sering Diperkosa, Gadis di Depok Ini Juga Dipaksa Jual Narkoba

1.

Peminat daging anjing dan kucing

Ilustrasi kucing
Ketua Animal Defenders Indonesia Doni Herdaru | regional.kompas.com

Doni menuturkan bahwa tingkat konsumsi daging kucing memang tinggi, tetapi masih tetap di bawah peminat daging anjing. Memang tidak ada angka pasti yang bisa disebutkan, namun ia memberikan gambaran mengenai jagal kucing yang ada di Jalan Tangguk Bongkar yang juga memiliki usaha katering.

"Bisa dibayangkan kalau minimal sehari dia kan jualnya 1 kg Rp70 ribu. Untuk 1 kg daging kucing yang dihilangkan kepala dan isi perutnya, 1 kucing beratnya paling banyak 300 gram. Maka, untuk 1 kg kucing butuh 3,5 ekor," ungkapnya.

Dengan perhitungan tersebut, jika 1 hari membutuhkan 1 kg kucing, maka dalam 1 bulan ada hampir 100 ekor kucing yang dikonsumsi.

"Dalam setahun ada 1.200 ekor yang dijagal," lanjutnya.

BACA JUGA: Ngeri! Jadi Korban Perkosaan Massal, Wanita Ini Dibakar Hidup-Hidup Saat Akan Sidang

2.

Jagal kucing dan usaha katering

Ilustrasi kucing
Ilustrasi anjing dan kucing | www.istockphoto.com

Bahkan ternyata sang jagal kucing tersebut juga memiliki usaha katering.

"Informasi tambahan, rumah terlapor adalah katering. Buat apa dagingnya. Apakah dagingnya dibuat untuk masakannya. Walaupun jadi bola liar di pikiran kita. Kita bisa saja duga hal itu terjadi. Dengan penegakan hukum, maka yang dilindungi adalah masyarakat," tuturnya.

Meski konsumen daging kucing tidak terlalu banyak, namun Doni berpendapat bahwa masyarakat berhak mendapatkan asupan daging yang aman dari pasar yang jelas. Bukan dari pasar yang tidak jelas.

BACA JUGA: Memilukan! Kehabisan Biaya, Gadis Cantik Ini Rela Jual Ginjal Demi Kesembuhan Adiknya

3.

Perda larangan konsumsi kucing

Ilustrasi kucing
Ilustrasi kucing | www.istockphoto.com

Menurut Doni, makan daging kucing adalah perilaku yang dilakukan oleh kalangan masyarakat yang kurang terdidik dan percaya bahwa daging kucing memiliki khasiat. Padahal itu merupakan mitos. Selanjutnya, ia berharap akan ada larangan untuk makan daging kucing.

"Apa yang harus dilakukan Pemko Medan, saya belum tahu langkahnya apa. Tapi besok kami akan audiensi dengan Komisi A DPRD Kota Medan yang membidangi hukum dan pemerintahan. Kami akan dorong Medan mengeluarkan perda larangan perdagangan, pendistribusian, dan konsumsi daging kucing," jelasnya.

Selain larangan makan daging kucing, Doni berharap suatu saat akan ada larangan makan daging anjing juga.

Artikel Lainnya

Daging anjing sendiri memiliki banyak peminat karena rasanya dianggap enak. Bahkan, dalam proses penyajiannya, anjing yang disiksa atau dianiaya terlebih dahulu sebelum diolah dan dimakan dipercaya akan menghasilkan olahan yang lebih enak.

Namun tetap saja kucing dan anjing sama sekali bukan makanan. Dan seharusnya makin banyak peraturan yang melarang mengonsumsi dua binatang tersebut.

Tags :