Diduga Termakan Doktrin, Warga Ponorogo Sangkal Tuduhan Eksodus Karena Isu Kiamat

Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadin | www.merdeka.com

Warga Ponorogo mengaku ingin belajar agama di pondok pesantren

Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadin yang terletak di Desa Pulosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang ramai dibicarakan karena banyaknya warga Ponorogo yang hijrah ke pondok tersebut karena isu kiamat.

Beberapa warga Ponorogo pun menolak sangkaan bahwa mereka pindah karena isu kiamat. Mereka mengaku mondok di Miftahul Falahil Mubtadin memang untuk belajar agama Islam.

Berikut adalah beberapa pengakuan dan keterangan dari warga Ponorogo yang datang Miftahul Falahil Mubtadin, dikutip dari Merdeka, Senin (18/3).

1.

Mengaji di pondok

Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadin | regional.kompas.com

Rupanya tidak semua masyarakat Ponorogo yang datang ke Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin termakan isu kiamat. Ada beberapa yang mendatangi ponpes tersebut karena ingin belajar agama Islam seperti Danang Supardi.

Danang mengaku datang ke Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin bukan karena isu kiamat. Ia dan keluarganya mondok di Miftahul Falahil Mubtadin karena ingin belajar ilmu agama. Rencananya Danang dan keluarga akan menetap di ponpes ini sampai bulan Ramadan nanti.

“Di sini ngaji. Bersama warga lain juga berasal dari Ponorogo,” ujar Danang.

2.

Memperdalam ilmu agama

Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadin | www.merdeka.com

Warga Ponorogo lain yang juga datang ke Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin adalah Giyanti (30 tahun) bersama suami dan anaknya yang masih balita. Giyanti mengaku ia dan keluarganya berniat ibadah dan mencari ilmu di Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin.

Giyanti dan keluarga lainnya pun membawa kebutuhan pokok seperti beras dan lauk pauk untuk bekal. Giyanti mengatakan ia ingin merasa lebih tenang saat beribadah. Selama empat hari berada di ponpes, Giyanti banyak melakukan ibadah seperti salat, mengaji, dan berzikir.

Ia juga mengatakan keluarganya yang lain tahu mengenai keberadaannya di Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin ini. Setelah bulan Ramadan ia dan keluarganya pun akan pulang, jadi isu bahwa Giyanti menjual rumahnya adalah tidak benar.

“Ramadan di sini terus pulang. Saya di sini menuntut ilmu, Cuma itu,” ungkap Giyanti.

3.

Penjelasan dari pimpinan Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin

Kepolisian setempat bantu klarifikasi isu kiamat | news.okezone.com

Pimpinan Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin, Muhammad Ramli atau Gus Romli menyebut bahwa ponpes selalu terbuka untuk siapa saja. Siapa pun boleh datang dan mondok di Miftahul Falahil Mubtadin karena memang bersifat umum dan terbuka.

Santri di Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin diketahu berjumlah 573 santri dan 177 kepala keluarga. Dari jumlah tersebut, 132 KK tinggal di dalam ponpes, sedangkan 45 KK di luar ponpes.

Santri pun berasal dari berbagai dari di Jawa Timur, seperti Kediri, Ponorogo, Boyolali, Jember, Blitar, Ngawi, Tulungagung, Surabaya, dan sebagainya.

Setiap harinya kegiatan di Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin pun dipenuhi agenda belajar ilmu agama, sebagaimana ponpes pada umumnya. Mengkaji kitab, membaca Alquran, membaca salawat, dan zikir.

Artikel Lainnya

Jadi, tidak semua warga Ponorogo yang menetap di Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin itu termakan isu kiamat ya. Memang ada beberapa di antaranya yang menjadi santri dan menimba ilmu di ponpes yang dipimpin oleh Gus Romli tersebut.

Tags :