Demi Cegah Radikalisme, Pemerintah Bakal Gaet Influencer Akwarin?

ilustrasi
ilustrasi | news.detik.com

Pemerintah diminta gaet influencer seperti Awkarin

Seperti yang diberitakan sebelumnya, pada era kedua Presiden Jokowi, dirinya tidak akan lagi terfokus pada pembangunan infrastruktur, tapi akan menitik beratkan pada pembangunan sumber daya manusia.

Sehingga sangat tak aneh jika kini, lewat jajarannya, Presiden Jokowi terbilang getol memberantas paham-paham radikal yang disinyalir menghambat terciptanya sumber daya manusia Indonesia yang kompetitif dalam skala global.

Sebut saja ada empat faktor yang beberapa waktu lalu dikeluarkan oleh pemerintah, terkait hal-hal yang dapat menjadi tanda seseoran rawan terpapar paham radikal. Keempat faktor itu kini masuk dalam Pasal 22 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 77 Tahun 2019 tentang Pencegahan Tindak Pidana Terorisme dan Perlindungan terhadap Penyidik, Penuntut Umum, Hakim dan Petugas Pemasyarakatan. Berikut diantaranya.

  1. Memiliki akses terhadap informasi yang bermuatan paham radikal terorisme;
  2. Memiliki hubungan dengan orang/kelompok orang yang diindikasikan memiliki paham radikal terorisme;
  3. Memiliki pemahaman kebangsaan yang sempit yang mengarah pada paham radikal terorisme; dan/atau
  4. Memiliki kerentanan dari aspek ekonomi, psikologi, dan/atau budaya sehingga mudah dipengaruhi oleh paham radikal terorisme.

Empat faktor tersebut tentu menimbulkan berbagai macam reaksi di tengah masyarakat, salah satunya dari pengamat terorisme dari Institute Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi.

Fahmi sapaan akrabnya, justru tidak masalah jika pemerintah mengeluarkan kriteria tersebut, tapi dirinya juga perlu memberi peringatan tegas, terkait ukuran dan pengawasan jika empat faktor tersebut benar-benar direalisasikan, hemat kata, Fahmi tidak ingin terjadi pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di dalamnya.

Kita justru akan terbelah jika tak punya ukuran dan kontrol yang jelas, itu yang perlu dikhawatirkan. Karena masyarakat banyak yang tidak tahu ketika kita mengetahui hal itu. Sama seperti penderita AIDS yang dikucilkan, sama seperti bagaimana sikap masyarakat terkait isu komunisme dulu. Itu yang kita takutkan, kata Khairul saat dihubungi, Minggu (24/11/2019) malam.

Baca juga : A Team Awkarin Pengen Make Tempat untuk Promosi Lagu, Tapi Bayarannya Lagi-Lagi Cuma Exposure IG

ilustrasi
ilustrasi | news.detik.com

Lebih lanjut Fahmi menjelaskan jika pada dasarnya orang yang mudah sekali terpapar paham radikal adalah karena mereka sudah tidak memiliki harapan dan pada lingkungan kehidupan sosial, mereka cenderung dikucilkan. Nah, karena hal inilah jika orang tersebut mendapat ruang yang bisa menampung harapan atau aspirasi mereka, orang tersebut sangat mudah sekali terpapar radikalisme.

Pertama poin akses komunikasi. Mereka yang terpapar ini sebetulnya orang yang sudah tak punya harapan, di lingkungan mereka. Itulah yang membuat mereka mencari saluran komunikasi lain, yang walaupun tahu itu hanya menawarkan harapan kosong, ujarnya.

ilustrasi
ilustrasi | news.detik.com

Awkarin bisa mencegah terorisme?

Tak hanya memberikan komentar, Fahmi juga tak lupa memberikan saran kepada pemerintah, hal apa saja yang sangat 'urgent' yang perlu diperhatikan demi menanggulangi radikalisme.

Menurutnya hal yang pertama adalah adanya upaya membangun kesadaran religiositas (kontranarasi) untuk mengembangbiakkan imun atas pemahaman-pemahaman yang selama ini melenceng.

Berikutnya adalah, perlu dibuka ruang sosial di tengah masyarakat, guna menjaring aspirasi dari akar rumput.

Masjid menyelesaikan persoalan masyarakat itu perlu. Kaya dulu di bogor ada 'ruang curhat' warga. Dan kebetulan yang kita perlu sudah lama yaitu kontranarasi agar mencegah orang mengakses informasi yang mengandung radikalisme. Kalau Kontranarasi kita bagus dan kreatif, ketika melihat narasi radikalisme itu dia tidak akan mengakses, bebernya.

Terakhir, Fahmi juga menyebutkan jika dalam hal menanggulangi radikalisme, pemerintah tidak bisa bergerak sendirian, menurutnya agar bisa diterima di tengah masyarakat, pemerintah perlu untuk melirik tokoh-tokoh terkenal misal menggandeng influencer muda.

Awkarin
Awkarin | news.detik.com

Kontranarasi tidak lagi bahasa yang jargonistik, bahasa yang terlalu melangit. Kan kita punya banyak tuh testimoni dari pelaku, yang kemudian bisa kita rumuskan. Sehingga bisa meng-counter radikalisme, ucapnya.

Baca juga : Menilik Kesuksesan Awkarin dari Zodiaknya: Sagittarius!

Artikel Lainnya

Narasi Awkarin lebih efektif daripada narasi yang dilakukan BNPT. Artinya aparat pemerintah ini masih gagal memahami apa yang dibutuhkan orang-orang agar tidak terpapar, sambung Fahmi

Tags :