Larangan Import Berimbas Kelangkaan, Kunyit di Sri Lanka Bisa Ditebus dengan 1Kg Emas

Kunyit
Kunyit | unsplash.com

Jadi alasan terbentuknya pasar gelap.

Rempah-rempah memang tak bisa dipisahkan dari hidangan dan juga kehidupan masyarakat berbagai negara terutama di Asia. Beragam jenis olahan baik makanan maupun minuman, mencampurkan rempah sebagai penyedap ataupun pemikat hidangan dari segi warna.

Salah satu rempah populer dengan segudang manfaat ialah kunyit. Selain kaya dengan anti oksidan dan anti inflamasi yang mampu meningkatkan imunitas seseorang. Warnanya yang khas menjadi salah satu pewarna alami bagi sejumlah hidangan maupun di industri tekstil sekalipun.

BACA JUGA: 7 Film Thailand Terbaik: Paling Lucu, Romantis, dan Baper

Di Indonesia sendiri masyarakat tak perlu merasa khawatir dengan ketersediaan bumbu dapur tersebut. Harganya pun terbilang terjangkau. Akan tetapi lain cerita di Sri Lanka, yang justru mengalami kelangkaan di tengah meroketnya permintaan akan si mungil oranye tersebut di tengah pandemi. Kelangkaan itu pun, sukses ciptakan pasar gelap dengan keuntungan fantastis.

1.

Kebutuhan kunyit meningkat setelah pandemi

Kunyit
Kunyit | m.klikdokter.com

Wabah COVID-19 sukses membuat panik hampir seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali Sri Lanka yang ikut terkena efek virus asal Wuhan, China. Beragam cara dilakukan warga setempat agar tak tertular corona.

Salah satu cara tak tertular ialah dengan meningkatkan imunitas tubuh, agar kebal dari berbagai serangan virus. Selain melalui vaksin dan pengobatan medis, nyatanya obat-obatan herbal pun masih jadi primadona lainnya sebagai obat ampuh penguat imunitas tubuh.

BACA JUGA: 7 Aplikasi Prank Terbaik Buat Kamu yang Suka Jahil

Beragam rempah seperti jahe hingga kunyit menjadi incaran para warga. Sehingga kebutuhan akan rempah tersebut melonjak tajam dari konsumsi normal sebelum pandemi mewabah. Sayangnya, kebutuhan yang kian naik itu tidak dibarengi dengan produksi lokal yang jauh dari kata mencukupi.

2.

Larangan impor jadi alasan utama

Kunyit
Pelabuhan Laut Colombo, Sri Lanka | m.kumparan.com

Melambungnya harga sejumlah rempah terutama kunyit tak lain lantaran kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Sri Lanka itu sendiri. Dikutip dari kumparan (23/11) dilansir dari media South China Morning Post (SCMP), pemerintahan Presiden Gotabaya Rajapaksha melarang impor berbagai rempah sejak Desember 2019 lalu. Meski pada saat itu belum terjadi wabah corona. Tujuan utama kebijakan tersebut diterapkan ialah demi mendongkrak produksi lokal.

Alhasil harga kunyit pun naik tajam. Menurut laporan SCMP seperti dikutip dari kumparan (23/11), harga kunyit di Sri Lanka sebelum masa pandemi yakni 350 Rupee Sri Lanka atau setara USD 1,9 (Rp 26.700) per kilogram. Tapi sejak pandemi mewabah, permintaan meningkat, harga pun langsung meroket hingga sentuh angka USD 27 per kilogram (Rp 382.000).

BACA JUGA: Mengerikan! 10 Situs Terlarang Ini Masih Eksis di Internet, Bocil Jangan Buka!

3.

Imbasnya terciptalah pasar gelap rempah

Kunyit
Kunyit | m.cnnindonesia.com

Larangan impor tentu berimbas pada kelangkaan rempah berwarna oranye tersebut. Di tengah lonjakan kenaikan harga akibat banyaknya permintaan paska pandemi menyerang Sri Lanka, akhirnya digunakan oknum-oknum tertentu untuk ciptakan pasar gelap.

Dikenal dengan tak adanya batasan harga yang dipatok penjual kala menjajakan dagangannya di pasar gelap. SCMP kemudian menyebutkan bahwa seseorang rela menebus 100 kg kunyit dengan 1 kg emas.

Kejadian tersebut tentunya merupakan imbas dari kelangkaan yang terjadi. Dimana jumlah konsumsi kunyit di Sri Lanka capai 7500 ton per tahun, tak diimbangi dengan produksi lokal yang hanya sanggup penuhi 2000 ton per tahunnya. Sehingga hal tersebut menciptakan kesenggangan yang cukup signifikan.

4.

Pemerintah bersikukuh, penyelundupan mewabah

Kunyit
Sri Lanka Goverment | www.wired.com

Kelangkaan serta lonjakan harga kunyit yang kian melejit itu pun. Nyatanya pemerintah tetap bersikukuh menerapkan kebijakan tersebut. Buntutnya, penyelundupan pun kian menjamur. Bahkan pemerintah pernah menyita lebih dari 4 ton kunyit, di sebuah distrik di wilayah sekitar perbatasan dengan India.

"Sulit untuk menangkap pelakunya karena kunyit merupakan produk yang umum digunakan dan tidak ada batasan pergerakannya di Tamil Nadu. Jadi, para penyelundup dengan mudah memindahkan rempah-rempah dalam jumlah banyak dari daerah penghasil kunyit ke pesisir dengan dalih untuk keperluan rumah tangga," ujar RKV Ravishankar, Presiden Asosiasi Pedagang Kunyit India. Dikutip dari kumparan (23/11).

Lebih lanjut, Ravishankar menambahkan bahwa betapa menjanjikan nya keuntungan yang didapat seorang penyelundup kunyit jika mereka berhasil menjualnya di Sri Lanka.

"Kami menjual sekantong kunyit dengan harga 60 rupee India per kilo dan harga di Sri Lanka adalah 4.000 rupee Sri Lanka per kilo," pungkas Ravishankar seperti yang dikutip dari kumparan (23/11).

Artikel Lainnya

Meski kondisi kenaikan harga rempah sempat terjadi di Tanah Air. Nyatanya, pasokan bahan utama pembuatan beragam obat herbal itu tak sampai pada posisi kelangkaan.

Tags :