9 Film Lokal Rasa Internasional yang Justru Redup di Negeri Sendiri
18 Desember 2020 by Trifena PutriFilm lokal terbaik yang sayang untuk dilewatkan.
Dibandingkan dengan Hollywood, kepopuleran film lokal berada jauh di bawahnya. Bahkan, penayangannya sering diabaikan dan tidak banyak mendapat tempat di bioskop Tanah Air. Padahal kalau dilihat secara kualitas, deretan film lokal ini nggak kalah dibandingkan film internasional.
Beberapa di antaranya mendapatkan penghargaan dari berbagai ajang festival film internasional. Hal ini menunjukkan bahwa kualitasnya mumpuni dan bisa bersaing di pasaran. Jalan cerita yang unik dan seringkali mengangkat kearifan lokal membuat film ini semakin keren.
9 film lokal rasa internasional yang redup di dalam negeri
Meski nggak populer, tapi kamu pasti tidak akan menyesal setelah menonton beberapa film lokal ini. Jalan ceritanya bagus dan sangat mengena di hati penonton Indonesia.
Foxtrot Six (2019), film action teranyar yang kualitasnya setara film Hollywood
Banyak yang mengira bahwa Foxtrot Six merupakan garapan Hollywood. Padahal, film ini murni film lokal buatan anak bangsa. Dengan tambahan efek dan bertabur bintang film populer, Foxtrot Six punya kualitas layaknya film barat.
Penggarapan yang nggak main-main dan dialog berbahasa Inggris, membuat film ini semakin punya nilai plus. Adegan laganya juga nggak ecek-ecek. Diperkirakan film ini mampu menyaingi The Raid yang sudah populer terlebih dahulu.
Dread Out (2019), film horor dengan tambahan efek CGI
Di awal 2019 ini, kamu disuguhkan film horor yang beda dari yang lain. Dread Out adalah film horor adaptasi game dengan jalan cerita yang nggak pasaran. Layar lebar ini sekaligus jadi film horor Indonesia adaptasi gim pertama yang tayang di layar lebar.
Dread Out menceritakan tentang kehidupan anak SMA yang haus akan popularitas. Demi followers, mereka rela melakukan berbagai hal yang diinginkan oleh netizen. Termasuk menjelajahi tempat angker dan penuh misteri.
Mereka mengunjungi rusun kosong di malam hari dan merekam kegiatannya di sana. Namun, tanpa sengaja mereka justru membuka portal ke dunia gaib. Jarang banget 'kan ada daftar film lokal Indonesia terbaik yang memiliki alur cerita seperti ini?
Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 (2018) yang mengangkat kisah masa lalu
Film lokal lainnya yang punya kualitas bagus adalah Wiro Sableng. Dibintangi Vino G Bastian, film ini remake dari film lawas yang cukup populer. Seorang pendekar dengan senjata Kapak Naga Geni 212 berguru pada gurunya yang sangat kocak bernama Sinto Gendeng.
Dari gurunya, ia belajar ilmu bela diri yang bisa membuatnya jadi pendekar tak terkalahkan. Kapak 212 yang digunakannya sangat melekat pada sosok Wiro Sableng. Film yang diangkat dari buku silat legendaris ini berhasil membuat penggemarnya bernostalgia dan mengenang kisah masa lalu.
Link download film Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Baca juga: Film yang Digadang-gadang Jadi yang Terlaris 2019
Banda, the Dark Forgotten Trail (2017) membuat penonton belajar sejarah Maluku
Banda The Dark Forgotten Trail adalah film daerah sekaligus daftar film lokal Indonesia terbaik yang menceritakan tentang sejarah masyarakat Maluku. Bergenre dokumenter, kamu akan melihat bagaimana kehidupan zaman dulu di Kepulauan Banda yang sudah mulai terlupakan.
Penonton diajak berlajar sejarah dengan cara yang asyik melalui film ini. Banyak pesan mendalam yang mengajari generasi muda agar tidak mengulang kesalahan yang sama seperti di masa lalu.
Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) yang kisahnya keren banget
Bisa dibilang, Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak adalah salah satu film lokal terbaik. Selain ditayangkan di dalam negeri, film ini juga sukses mendapat banyak penghargaan dari festival film di luar negeri.
Diceritakan seorang janda miskin bernama Marlina. Ia yang saat itu tinggal sendirian tiba-tiba dirampok dan diperkosa secara brutal. Marlina yang tidak terima dengan perlakuan mereka memutar otak dan berusaha melumpuhkan mereka.
Akhirnya, ia memutuskan untuk meracuni perampok tersebut. Orang terakhir dari komplotan tersebut dibunuh dengan dipenggal kepalanya. Kepala ini ia bawa ke kantor polisi sebagai barang bukti. Perjalanannya ke kantor polisi tidaklah mudah, tapi sikap Marlina yang tegas membuat sosoknya di film daerah ini jadi sangat menarik.
Ziarah (2016), kisah simbah yang mencari makan suaminya
Film lokal Indonesia Terbaik ini berhasil mengangkat kearifan lokal dengan pemain berkualitas. Meski bukan bintang film ternama, sosok nenek-nenek yang menjadi pemeran utamanya berhasil membuat film ini semakin hidup.
Ia adalah Mbah Ponco yang saat itu usianya sudah 90 tahun dan masih bisa menjadi pemeran utama di Ziarah. Aktingnya sangat bagus saat mencari kuburan suaminya yang tidak pulang selama puluhan tahun. Perjalanannya dalam mencari makam suaminya sangat menyentuh hati.
Turah (2016), film yang menyimpan banyak pesan moral
Turah yang merupakan film lokal terbaik garapan sutradara Wicaksono Wisno Legowo ini menceritakan kisah masyarakat di sebuah kampung pesisir. Mereka yang aktivitasnya hanya di sekitar kampung memiliki pola pikir pesimistis. Sampai-sampai tidak mau mengubah jalan hidupnya karena sangat "nrimo".
Di antara warga kampung tersebut, ada seorang pria bernama Turah yang punya jiwa optimis. Ia membuka mata warga kampung agar mandiri dan tidak bergantung pada tuan tanah. Dalam film ini terdapat banyak pesan moral tantang kehidupan bermasyarakat.
Dengan kualitas yang apik, film ini hanya bertahan selama dua minggu saja di layar lebar. Padahal, Turah pernah masuk dalam seleksi nominasi Oscar.
Istirahatlah Kata Kata (2016), memprotes pemerintah dengan puisi-puisinya
Istirahatlah Kata-kata adalah biopik yang menceritakan kisah Wiji Thukul. Ia adalah seorang seniman dan penyair yang hobinya membuat puisi. Namun, puisi ini justru mengancam nyawanya karena berisi kritik untuk pemerintahan Orde Baru.
Meski sering membuat telinga beberapa orang panas dan nyawanya dipertaruhkan, ia tidak gentar dan tetap lantang berpuisi. Hingga suatu hari ia dikabarkan hilang dan tidak pernah ditemukan hingga saat ini.
Film yang mendapat penghargaan film terbaik di Bangkok Asean Film Festival 2017 ini hanya dapat 50 ribu penonton saja. Padahal jalan cerita filmnya bagus dan sinematografinya juga tidak mengecewakan.
Siti (2014), film hitam putih yang berhasil masuk dalam nominasi Oscar
Saat melihat warnanya, mungkin kamu mengira ini adalah film jadul. Padahal, film garapan Eddie Cahyono ini baru dirilis pada 2014 lalu. Secara garis besar, Siti berkisah tentang seorang pemandu karaoke di pesisir Yogyakarta bernama Siti.
Ia terpaksa menjalani pekerjaan ini untuk melunasi utang keluarganya serta membiayai keluarganya. Hingga suatu hari, ia kepincut dengan polisi yang jadi pelangganan tetapnya. Sayangnya, film yang dapat penghargaan di luar negeri ini hanya bertahan selama empat hari di bioskop Indonesia.
Deretan film lokal ini membuktikan bahwa industri film Indonesia bisa menciptakan karya yang berkualitas. Meski gaungnya tidak terdengar nyaring di dalam negeri, tapi penikmat film dunia sudah mengakui kehebatan anak bangsa. Dari semua film yang disebutkan di atas, mana nih yang pernah kamu tonton?