5 Film Ini Dibenci Kritikus Tapi Dicintai Mati-matian oleh Penontonnya
22 November 2020 by Disfira IkaBertolak belakang!
Berselisih paham itu hal yang biasa dan manusiawi. Selera dan preferensi orang satu dan yang lain memang tidak bisa disamakan. Apalagi menyoal film. Jika ada yang suka genre romantis, pasti akan ada golongan penonton yang anti dengan adegan yang menurut mereka terlalu cringe.
Antara penonton dan kritikus sendiri juga banyak yang sering tidak sependapat ketika menilai bagus tidaknya sebuah film. Sama-sama penikmat cerita, mereka punya aspek penilaian dan standar tersendiri saat menentukan rating ke beberapa judul film.
Ketika sebuah judul film dibenci oleh kritikus, bukan bebarti penonton awam setuju dengan pendapat tersebut. Tidak sedikit juga kok yang malah suka banget dengan film yang mendapat nilai rendah oleh kritikus.
Pada akhir 2018, Venom dikata kurang karena efek komputer yang kurang mumpuni
Sebagai salah satu villain dari Spider-Man yang mendapat cerita di film khusus, banyak penonton yang puas dengan laya lebar dari Marvel ini. Sayangnya, beberapa kritikus menganggap film ini tidak bagus. Apa yang membuat film ini dianggap kurang oleh standar mereka?
Katanya, alur film dari film yang tayang pada paruh akhir 2018 ini dianggap membosankan. Faktor utamanya adalah karena efek komputer yang buruk. Tapi para penonton tidak mempermasalahkan hal itu. Walaupun dikata buruk, tapi ceritanya tidak membuat kualitasnya ikutan berkurang.
Rampage versi film dan serial video games yang cukup berbeda
Film yang diadaptasi dari serial video games dengan judul sama ini menuai rating yang kurang memuaskan dari kiritikus. Plotnya yang dinilai murahan, visualnya juga dirasa tidak bagus, ditambah lagi dengan dialog antar pemerannya yang terkesan diulang-ulang adalah alasannya.
Meski begitu, film bergenre sci-fi bikinan Warner Bros ini mendapat review baik dari penonton di Rotten Tomatoes. Ekspektasi yang nggak memenuhi harapan penonton yang membandingkan dengan versi games adalah salah satu faktor yang membuat beberapa penonton kecewa juga.
Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald yang katanya nggak seseru saat ada Harry Potter
Kelanjutan dari petualangan Newt Schmander dan makhluk dunia sihir ternyata mendapat respon yang kurang bagus dari para kritikus. Mereka memberi rating 38% karena dinilai terlalu membosankan dan tidak menunjukkan sisi menyenangkan dari dunia sihir Harry Potter.
Para penonton banyak yang tidak setuju dengan anggapan ini. Dunia sihir yang jauh sebelum generasi Harry Potter lahir ini memang menyuguhkan suasanya yang berbeda. Karakter serta latar tempat yang berbeda ini tetap menyuguhkan benang merah antara Tom RIddle dan Albus Dumbledore yang berhubungan erat dengan Harry Potter puluhan tahun mendatang.
Skyscraper dinilai terlalu membosankan bagi kritikus
Alur cerita Skyscraper yang mirip dengan Die Hard (1988) membuat kritikus merasa film ini membosankan. Namun, banyak orang yang tetap menyukai film yang dibintangi oleh Dawyne Johnson ini dan memberi review baik.
Mereka merasa film yang tayang pada Juli 2018 ini tetap worth untuk ditonton dan dinikmat oleh penggila genre drama dan thriller.
Batman v Superman: Dawn of Justice sebagai pertarungan dua manusia super berotot
Mengisahkan tentang dua superhero, para kritikus menilai kekuatan cerita dalam film ini kurang dan mengecewakan. Walaupun dari segi cerita dinilai biasa saja, tapi jumlah penonton yang sudah menikmati layar lebar ini di bioskop mencapai angka yang fantastis.
Alih-alih bakalan sepi sepi, film ini justru berhasil meraup pendapatan sekitar Rp 12,9 triliun. Bisa dibayangkan ‘kan berapa banyak penonton yang suka dan penasaran dengan pertaruham kedua manusia super nan berotot ini.
Jika dilihat dari satu sisi, mungkin film di atas akan dinilai jelek, Tapi dengan menghitung pertimbangan dari penonton, film di atas tetap disukai. Menepis fakta tentang dialognya yang diulang atau efek CGI-nya yang kurang canggih, sebagai penikmat apa salahnya mengikuti ceritanya dan layak untuk dinikmati dari layar lebar ini?