Hobi Favorit Warga +62: Nanyain Agamanya Rina Nose
22 April 2020 by Boy N.Bagiku Agamaku, Bagimu Belum Tentu
Rina Nose kembali menuai cemoohan dan hujatan terkait ketidakjelasan agama yang dianutnya. Ia dituding pindah agama gara-gara menikah dengan seorang pria bule non-muslim hingga dihakimi tidak pernah sholat gara-gara memelihara anjing di rumahnya.
Komedian kelahiran 16 Januari 1984 ini juga pernah menuai kontroversi akibat jawaban ‘ngawur’-nya saat ditanyai warganet tentang apa agama yang dianut. Sejak pernikahan di Belanda tahun 2019 lalu, ia memang sering menjadi sasaran komentar melalui akun instagramnya. Apalagi sewaktu ia memutuskan melepaskan hijab.
Nampaknya, istri Josscy Aartsen ini juga punya energi ekstra untuk meladeni banjir komentar warganet. Namun, segala respon dan argumentasi akan tetap salah di mata warganet yang maha benar jika sudah menyangkut isu paling sensitif di negeri ini; yakni agama.
Baca Juga: Kesal Diusik Pertanyaan Netizen Soal Agama Mana yang Dianutnya, Rina Nose: Atur Aja Bagusnya
Dunia Maya sebagai Wahana Penyaluran Hobi Meributkan Agama
Kehadiran media sosial sebagai penyambung komunikasi antara pesohor dengan penggemar (dan juga haters-nya) semakin memfasilitasi hobi favorit warganet untuk menanyakan agama apa yang dianut mereka.
Jika seorang pesohor beragama sama dengan apa yang dianut warganet, beragam pujian dilontarkan. Terlebih jika ia tampil berbusana agamis atau setidaknya nampak alim dengan citra religus yang dipajang di unggahan akun media sosialnya.
Sebaliknya, kalau sang pesohor kelihatan nyeleneh atau menyimpang dari agama yang dianut, entah itu dari busana, perilaku, atau hal-hal lainnya, siap-siap saja jadi sasaran pergunjingan dan hinaan.
Bukan hanya Rina Nose yang ketiban sial mengalami penghakiman warganet akibat isu agama. Jejak-jejak digital warganet yang heboh soal agama yang dianut para pesohor tersebar mulai dari tahun-tahun silam hingga hari ini. Agama istri mendiang Glenn Fredly sempat dipertanyakan hanya karena pernah menunjukkan kegiatannya menyiapkan santap sahur tapi kok menikah dengan pria non-muslim. Setelah Deddy Corbuzier resmi masuk Islam, giliran agama anaknya yang diributkan warganet. Chef Arnold bahkan sempat menyemprot warganet yang mengomentari agama yang dianut dua rekannya, Chef Juna dan Chef Renata.
Baca Juga: Ditanya Soal Pernikahan, Akad atau Pemberkatan? Rina Nose Punya Jawaban Sendiri
Sistem algoritma Google nampaknya sudah hapal tabiat warganet Indonesia yang gemar mencari tahu agama orang lain. Coba deh, tiap googling nama pesohor atau tokoh terkenal, kolom pencarian otomatis menampilkan suggested keyword semisal ‘agamanya apa’, ‘pindah agama’, dan sejenisnya.
Masih ada lagi:
Semoga saja nggak sampai ada yang seperti ini:
Tentunya suara warganet itu tidak bulat sepenuhnya menanyakan atau meributkan agama orang-orang terkenal itu. Sudah dari dulu banyak juga yang mengolok-olok dan bahkan mendebat secara serius kelakuan konyol tersebut.
Baca Juga: Meski Beda Agama, Selebriti Indonesia Ini Tetap Harmonis dengan Orangtuanya
Namun, yang mayoritas dan sensasional pastinya selalu menang. Sia-sia juga rasanya menanggapi manusia yang merepotkan dirinya sendiri dengan hal yang seharusnya masuk ke ranah privat.
Kenyataannya di Indonesia, Agama Itu Urusan Publik
Seorang pesohor, entah itu bintang film, seniman, tokoh politik, atau siapa saja yang dianggap punya pengaruh di masyarakat, harus merelakan ranah privatnya menjadi konsumsi publik, termasuk urusan agama. Apa betul demikian?
Sayangnya, ada kesamaan signifikan saat membandingkan nasib agama sebagai urusan privat antara pesohor dan masyarakat biasa. Mau kamu rakyat biasa atau tokoh politik papan atas, kalau agamamu tidak jelas, itu bukan lagi urusan privatmu. Setidaknya, lingkaran sekecil apapun dalam pergaulan sosial biasanya ada yang meributkan urusan agama.
Isu agama sering menjadi sumber kegaduhan di masyarakat. Kalau kamu sedang menjalin hubungan spesial dengan orang yang berbeda agama, sia-siap saja menghadapi risiko cibiran. Dipimpin oleh orang yang agamanya beda atau tidak jelas? Kita sudah sering menyaksikan konsekuensinya. Sialnya lagi, meskipun agamanya sama, kalau ada yang menjalankan mahzab atau aliran berbeda saja kerap mengalami pengucilan.
Baca Juga: Tak Anut Agama Apapun, 7 Selebriti Ternama Dunia Ini Pilih Jadi Atheis
Menanyakan “Agamanya Apa” Sudah Jadi “Hal Biasa” dalam Pergaulan Masyarakat
Beruntunglah kamu yang sedari lahir dididik atau dibiasakan untuk tidak mengurusi agama orang lain. Masalahnya, urusan agama ini seolah menjadi common sense yang sampai harus melibatkan warga sekitar dan pak RT.
Sebuah bukti kenapa agama jadi hal penting untuk diketahui ada di KTP (Kartu Tanpa Penduduk) kita. Semua warga Indonesia wajib mencantumkan keterangan agama di KTP-nya. Jadi, otomatis kalau mau mengurus dokumen apapun yang mewajibkan data sesuai KTP, keterangan agama juga disertakan.
Mengenaskan lagi, yang harus dicantumkan dalam kolom keterangan itu adalah agama yang diakui negara. Konsekuensi logisnya adalah untuk mendapatkan KTP diharuskan pula mengisi salah satu dari agama-agama yang mendapatkan pengakuan pemerintah. Jika tidak, pembuatan KTP tidak dapat diproses. Betapa kasihannya mereka yang agamanya menyembah PS4 atau TikTok, ‘kan?
Adanya klaim asersif bahwa pencantuman kolom agama dalam KTP untuk tujuan pendataan terkesan menafikan fakta sejarah di balik aturan tersebut. Penting untuk diketahui, sejak Indonesia merdeka sampai berdirinya rezim Orde Baru, tidak ada kolom agama di KTP.
Kolom agama baru muncul pada KTP berdasarkan Penetapan Presiden No.1/PNPS/1965 jo. Instruksi Presiden No.14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat-Istiadat Cina Jo. Undang-Undang No.65 Tahun 1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan Agama.
Di zaman sekarang, hal paling penting adalah memastikan bahwa semua orang Indonesia yang agama dan kepercayaan spiritualnya beragam itu mendapatkan perlindungan dari pemerintah.
Menurut Wakil Ketua Setara Institute, Bonar Tigor Naipospos, pencantumkan kolom agama waktu itu dimaksudkan rezim Orde Baru untuk menekan dan menekan paham komunisme yang dianggap berbahaya dan tidak bertuhan (Kompas, 10/11/2014). Cara termudah mengidentifikasi seseorang apakah berpaham komunis atau tidak bisa dengan melihat kolom agama atau kepercayaan di KTP-nya.
Baca Juga: KTP Versi Baru, Kini "Kepercayaan" Bisa Gantikan Kolom "Agama"!
Begitu Soeharto dilengserkan, rezim yang didirikannya pun ikut tumbang. Semestinya segala bentuk peraturan pemerintah yang lahir dari sejarah kelam masa lalu juga ikut dikoreksi. Sayangnya, selepas gerakan Reformasi 1998, masih banyak aturan-aturan ganjil yang malah dilestarikan, salah satunya kolom agama KTP ini.
Kolom agama dalam kartu identitas penduduk itu menjadi semacam surat sakti yang melegitimasi tindakan dan ucapan menghakimi agama orang lain. Puluhan tahun masyarakat dicuci otak dan dibentuk pandangannya bahwa (menunjukkan) agama adalah hal penting. Jika jawaban soal agama tidak sesuai yg dikehendaki penanya, akan auto-hujat atau paling digunjingkan.
Kontroversi yang dialami Rina Nose dan para pesohor lainnya di Indonesia merupakan cermin hipokritas sebagian masyarakat kita. Agama orang lain diributkan, akhlaknya sendiri digadaikan. Paling sok sibuk membela agama dan Tuhan, tapi lupa bahwa Beliau dan segenap kebesaran-Nya tidak membutuhkan pembelaan kita manusia yang super hina dina ini.
Lagipula, Tuhan, malaikat, dan para Dewa juga tidak akan meminta KTP-mu sebagai bukti agama yang kamu yakini. Jadi, agamamu apa?