Fenomena Fans Fanatik: Bukan Hanya Pada Selebritis, Politisi Pun Juga!
27 Maret 2019 by Talitha FredlinaDi Indonesia lagi banyak nih fans fanatik!
Segala sesuatu yang bersifat ekstrem pasti terasa mengerikan. Tidak terkecuali para fans fanatik yang rela melakukan berbagai aksi ekstrem demi mereka yang diidolakannya, baik dari kalangan selebritis hingga politisi.
Kini, kita banyak mendengar mengenai fans fanatik dari idol-idol K-pop. Para fans fanatik ini tidak hanya mengagumi dan mengapresiasi karyanya. Mereka bahkan rela pasang badan guna melindungi idolnya dari sesuatu yang bahkan tidak dipusingkan oleh sang idol sendiri.
Contohnya seperti saat Mimi Peri mengaku jadi kekasih dari Sehun, salah satu member boyban EXO. Para fans Sehun pun tak sedikit yang merasa kesal dan mencaci maki Mimi Peri di kolom komentar instagramnya. Padahal Sehun sama sekali tak meminta dibela atau bahkan mungkin tidak tahu tentang hal ini.
Tidak berhenti di situ, di Korea bahkan terdapat fenomena sasaeng fans atau fans yang terobsesi hingga berperilaku ekstrem. Dilansir dari South China Morning Post, para sasaeng fans ini kerap menguntit dan mengganggu kehidupan pribadi idol mereka hingga taraf yang membahayakan.
Jackson Wang, salah satu member boyband Korea GOT7 bahkan pernah mengalami kecelakaan pada tahun 2016 akibat dikuntit oleh Taxi berisi sasaeng fans. Tidak jarang pula para sasaeng fans ini memasuki rumah para idol secara illegal.
Namun fenomena fans fanatik yang terobsesi tidak hanya terjadi di Korea Selatan saja. Banyak pula selebritis luar negeri yang memiliki fans fanatik berbahaya.
Pada tahun 1981, seorang fans yang terobsesi pada selebriti Amerika Jodie Foster, berupaya menembak Presiden Reagan untuk memikat idolanya. Hal ini tentu sangat membahayakan nyawa Presiden dan kelangsungan negara. Namun semuanya dilakukan karena cintanya pada selebriti yang bahkan tidak mengenalinya.
Selain kepada selebritis, fanatisme juga dapat terjadi pada figur lainnya seperti politisi. Belakangan kita kerap melihat warganet di Indonesia berseteru mengenai capres dan cawapres idolanya. Fanatisme ini membuat diskursus yang berkembang di masyarakat kerap menjadi tidak sehat.
Pasalnya, fanatisme membuat kita menutup mata akan kekurangan politisi idola kita dan kelebihan lawan politiknya.
Padahal, bukankah politik membutuhkan kejernihan pikir dalam melihat dan menimbang seluruh aspeknya? Apakah negara bisa berjalan baik jika hanya dilandaskan pada obsesi terhadap politisi populis?
Yuk buka mata dan gunakan akal sehat. Hindari obsesi berlebihan terhadap politisi. Politik adalah tentang kemaslahatan rakyat, bukan fanatisme terhadap politisi!