Tersinggung Ditanya Kapan Nikah, Pria Ini Langsung Bacok Tetangga hingga Tewas

tersangka
Pelaku ditanya kapan anaknya menikah hingga tega membacok tetangganya | bali.tribunnews.com

Makanya jangan suka usil nanya hal personal!

Pertanyaan kapan nikah memang termasuk dari salah satu pertanyaan yang bisa sangat sensitif bagi sebagian orang. Bahkan pernah terjadi kasus di awal tahun ini di mana seorang pria mencekik leher tetangganya hingga tewas hanya gara-gara ditanya kapan nikah.

Kasus serupa pun terjadi lagi, kabar tragis datang dari seorang pria di Minahasa yang tega membacok kepala tetangganya hanya karena ditanya kapan anaknya menikah. Pria tersebut mengaku emosi dan tersinggung dengan pertanyaan yang dilontarkan tetangganya.

1.

Berawal dari perbincangan biasa

tersangka
pelaku tega membacok tetangga hingga tewas | koransn.com

Pelaku AM (52) dengan sadis membacok Ari (47) dengan menggunakan parang hingga membuat rekannya yang sama-sama berprofesi sebagai petani tersebut meregang nyawa.

Kejadian berawal dari AM yang mendatangi rumah Ari hendak membeli minuman keras jenis cap tikus. Pada awalnya mereka berbincang akrab seperti layaknya seorang kawan. Namun mendadak AM naik pitam saat Ari menanyakan anaknya kapan menikah mengingat pacar anaknya sudah hamil.

Mendengar pertanyaan Ari, AM emosi hingga adu mulut dengan Ari. AM tersinggung hingga menggertak korban untuk tidak ikut campur urusan keluarganya.

“Jangan ikut campur, itu urusan keluarga saya,” ungkap AM dilansir melalui Tribunnews.

Setelah terjadi adu mulut di rumah Ari, AM langsung pulang ke rumah supaya pertengkarannya tidak berlanjut panjang.

Baca juga: Heboh Pemilih Bacok Petugas KPPS karena Tolak Celup Tinta

2.

Korban tidak terima digertak pelaku

tersangka
pelaku tidak terima lalu mendatangi rumah pelaku | bali.tribunnews.com

Setelah pelaku pulang ke rumahnya, lantas konflik ini masih berlanjut. Ari mendatangi rumah pelaku karena merasa sakit hati sudah digertak oleh AM. Justru pertengkaran semakin menjadi-jadi hingga kepala desa harus turun tangan untuk melerai keduanya.

Namun peristiwa tragis tersebut semakin tak terhindarkan saat AM mengambil parang dan menebaskannya ke korban. Parang tersebut terkena di kepala bagian kiri korban dan langsung dilarikan ke Puskesmas Ratahan.

Kondisi korban sempat kritis dan harus dipindahkan ke RSUD Noongan Langoan. Namun nyawa korban tak bisa diselamatkan hingga menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 01.30 WITA (19/5).

Pelaku sempat melarikan diri setelah melakukan aksi kejinya. Namun polisi berhasil mengamankan pelaku dan kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum.

Dilansir dari Tribunnews.com, tersangka sudah diancam dengan pasal 328 KUHP tentang pembunuhan dan pasal 351 ayat 3 KUHP tentang penganiayaan berat.

"Tersangkanya AM alias Aswin melakukan penganiayaan kepada korban dengan sebilah parang dengan cara sekali menebas korban kena bagian kepala sebelah kiri." Ujar kapolsek Ronny.

3.

Pertanyaan "kapan nikah" dari sudut pandang Psikolog

tersangka
Pertanyaan kapan nikah dapat berdampak besar | faktualnews.co

Dalam kasus ini, pertanyaan kapan nikah menjadi pemicu hingga tersangka tega membunuh temannya sendiri. Memang pertanyaan tersebut tidak ditujukan pada tersangka tetapi tersangka tersinggung karena pertanyaan tersebut menyangkut anaknya.

Dikutip dari Kompas.com, psikolog menyampaikan bahwa pertanyaan itu keluar karena si penanya ingin merasa nasib mereka lebih baik.

“Orang-orang yang suka menjelekan orang lain dengan nanya rese atau kepo, sebenarnya melakukan agar merasa nasib mereka lebih baik,” terang Amel, asisten dosen Social and Personality Psychology Universitas Airlangga.

Terlebih jika pertanyaan ditujukan pada orang yang sedang stress atau depresi bisa memicu konflik yang panjang.

Pertanyaan ‘kapan nikah’ bukan tidak boleh ditanyakan. Tetapi harus bisa menempatkan pada konteks yang tepat dan dengan rasa empati, bukan dengan bermaksud melontarkan ejekan saja.

Artikel Lainnya

Kasus-kasus serupa sudah banyak terjadi hanya karena menanyakan "kapan nikah" yang dianggap sepele tapi dampaknya bisa panjang. Untuk beberapa orang pertanyaan tersebut memang terdengar menyebalkan.

Semoga kasus seperti di atas bisa menjadi pelajaran untuk kita semua, bahwa pertanyaan sensitif harus ditanyakan dengan rasa empati bukan sekedar bahan candaan ataupun basa-basi.

Tags :