Muncul Soal Tentang Perkosaan di PR Biologi, Orangtua Murid Geram!
22 Januari 2020 by Mabruri Pudyas Salim
Itu bukan bagian dari kurikulum!
Wajar rasanya jika dalam pelajaran biologi, seorang guru memberikan soal terkait hubungan seksual dan organ reproduksi. Kenyataannya, pendidikan tentang seksualitas dan organ reproduksi memang diperlukan bagi siswa setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun siswa Sekolah Menegah Atas (SMA).
Pendidikan tentang seks dan organ reproduksi penting untuk diajarkan kepada siswa pada tingkat tersebut, karena itu adalah masa-masa anak tengah dalam masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.
Pada masa itu organ reproduksi anak sudah mulai berkembang, sehingga tidak mengherankan jika di usianya, anak SMP maupun SMA mulai memiliki ketertarikan terhadap lawan jenisnya.
Sayangnya, guru biologi yang satu ini tampaknya terlalu jauh dalam memberikan PR pada siswa-siswanya yang pada akhirnya membuat para orangtua murid marah. Bagaimana tidak, dalam sebuah PR yang diberikan kepada siswa, ada satu soalnya yang dianggap tidak pantas.
Baca juga: Perkosa dan Bunuh Gadis di Bawah Umur, Pelaku Dibakar Hidup-hidup Sampai Mati
Dilansir dari Metro.co.uk (14/01/2020), bahkan salah satu pejabat sekolah pun mengakui bahwa ada salah satu tenaga pengajar di SMA Klein Collins, yang memberikan PR dengan pertanyaan yang menampilkan tentang sebuah peristiwa pemerkosaan.
Kira-kira bunyi soal tersebut seperti berikut: "Suzy diserang di gang dan menjadi korban perkosaan. Polisi mengumpulkan sampel sperma yang ditinggalkan di tempat kejadian dan sekarang memiliki tiga tersangka yang ditahan. Manakah dari para tersangka yang memperkosa Suzy?"
Dalam kunci jawaban, para siswa kemudian diberi profil DNA dari tiga tersangka, yang mereka rujuk silang dengan profil DNA penjahat. Melihat ada soal seperti itu dalam PR yang diberikan kepada anaknya, sejumlah orangtua pun terkejut dan marah.
Baca juga: Bela-belain Jual Rumah, Remaja Ini Akhirnya Berhasil Jadi Pilot Pesawat Komersial Termuda
"Ini menjengkelkan dan saya mengenal gadis-gadis seusia ini, hanya berpikir - mereka tahu bahwa pemerkosaan melakukan hubungan seks non-konsensual yang dipaksakan, dan membuat mereka kesal. Itu sebabnya saya tidak dapat membayangkan seorang guru memberikan tes itu," ujar Cookie VonHaven, yang putrinya adalah siswa kelas sepuluh di SMA Klien Collins.
Rasa keberatan terhadap soal PR yang kontroversial itu juga diungkapkan oleh orangtua murid lainnya yang bernama Dana Duplantier. Duplantier memiliki seorang putra yang sekarang duduk di kelas sembilan.
Meski begitu, Duplantier tetap mempertanyakan sikap guru yang tidak meminta izin kepada dewan sekolah dan guru terkait soal yang dia berikan kepada siswa.
Baca juga: Dituduh Selingkuh, Penis Pria Ini Dipasang Penjepit Logam oleh Istrinya hingga Bengkak
"Tidakkah (guru) harus mendapatkan persetujuan dewan sekolah atau guru atau sesuatu untuk meletakkannya (soal) di sana?" ujar Duplantier.
Menanggapi kejadian itu, dewan sekolah pun merilis sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa soal tersebut bukan bagian dari kurikulum sekolah.
"Tugas tersebut bukan bagian dari kurikulum yang disetujui Distrik dan sama sekali tidak mewakili filosofi pengajaran Distrik," bunyi pernyataan tersebut.
"Dewan Distrik telah melakukan penyeidikan terkait sumber bahan soal, serta melakukan tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut," lanjutnya.
Menurut sekolah yang bersangkutan, setidaknya ada 90 siswa yang disinyalir diberi tugas yang memuat satu soal menyinggung tentang kasus pemerkosaan.
