Menurut Peneliti, Orang yang Belum Baca Cerita KKN di Desa Penari Punya IQ Tinggi

Ternyata bukan horornya, tapi kecenderungan warganetnya
Ternyata bukan horornya, tapi kecenderungan warganetnya | borobudurnews.com

Menurut peneliti, orang yang tidak membaca cerita "KKN di Desa Penari" punya IQ tinggi?

Beberapa waktu yang lalu, kisah horor yang menceritakan pengalaman mistis yang dialami oleh kelompok mahasiswa yang sedang menjalani program "KKN di Desa Penari" sempat ramai dibicarakan setelah kisah itu viral lewat Twitter. Kisah yang dituturkan melalui dua sudut pandang tokoh Nur dan Widya itu bahkan kabarnya hendak diangkat menjadi film layar lebar karena kehebohan yang ditimbulkannya.

Namun, meskipun cerita horor yang konon diangkat dari kisah nyata ini ramai dibicarakan, bisa jadi ada banyak orang (atau mungkin termasuk kamu yang sedang baca artikel ini) belum pernah membaca atau mendengar cerita ini.

Lantas, apakah kamu termasuk orang yang kudet? Atau jangan-jangan, kamu punya IQ yang tinggi? Memang apa hubungannya?

Ternyata bukan horornya, tapi kecenderungan warganetnya
Tapi, bukan berarti yang senang membaca informasi arus utama adalah orang bodoh | www.sbs.com.au

Kisah horor, apalagi yang dibumbui oleh embel-embel 'diangkat dari kisah nyata', biasanya akan selalu ramai diperbincangkan orang-orang. Didukung dengan perangkat komunikasi yang semakin meluas, kisah semacam ini dapat dengan mudahnya beredar di masyarakat.

Baca juga: Viral Motor Nyangkut di Atas Bambu, Pengendara Tunjukkan Gelagat Aneh Saat Ditolong

Bahkan hal itu bisa menjadi semacam tren yang diikuti orang-orang lantaran tidak mau ketinggalan dengan informasi paling update. Dilansir dari Kompas, Senin (02/09/2019), kecenderungan orang yang tidak mengikuti tren cerita horor "KKN di Desa Penari" bisa saja menunjukkan orang itu memiliki IQ tinggi. Mengapa demikian?

Ternyata bukan horornya, tapi kecenderungan warganetnya
Saking hebohnya, kisah ini menjadi komoditas yang akan diangkat ke layar lebar | www.kaskus.co.id

Penelitian di University of Columbia yang jurnalnya disisipkan dalam Evolution and Human Behaviour pada tahun 2015 menunjukkan bahwa sikap non-konformis bisa jadi pertanda IQ yang tinggi.

Menurut hasil penelitian itu, didapatkan tafsiran bahwa orang-orang dengan IQ tinggi tidak akan membuat keputusan impulsif berdasarkan apa yang terjadi dalam gelombang arus utama atau mainstream.

Mereka biasanya akan lebih bertindak atas kemauan mereka sendiri. Kalau pun mereka harus mengikuti suara mayoritas untuk berbuat sesuatu, mereka biasanya akan mengambil langkah yang strategis dan memiliki segi manfaat bagi mereka sendiri.

Artikel Lainnya

Walau penelitian dari UOC tersebut menunjukkan hasil yang demikian, bukan berarti orang yang mengikuti cerita horor "KKN di Desa Penari" adalah orang-orang yang IQ-nya rendah. Bahkan, dalam kondisi tertentu, mengikuti pemikiran atau tren mayoritas bisa bermanfaat baik juga, lho.

Hal ini bahkan dipaparkan oleh pemimpin penelitian dari UOC sendiri. Ia mengatakan bahwa ada saja orang yang tidak yakin dengan kemampuan sabun dalam membersihkan kuman penyakit.

Namun mereka tetap melakukannya karena kebanyakan orang melakukan itu. Dengan demikian, dia jadi bisa benar-benar terhindar dari kuman penyakit.

Dengan kata lain, bukan soal kisah horornya yang menjadi faktor pembeda IQ antara satu orang dengan yang lainnya, melainkan kecenderungan yang biasa dilakukan dalam kesehariannya.

Nah, apakah kamu termasuk orang yang selalu mudah terbawa arus mayoritas? Atau, kamu lebih memilih pilihan yang kamu rasa lebih selaras dengan pendirian kamu sendiri?

Tags :