Nggak Diakui Anak, Pemuda Cerdas ini Nangis di Acara Wisudanya!

ilustrasi
ilustrasi | google.com

Ia menangis karena ortunya tidak pernah perduli!

Berjuang untuk mendapatkan prestasi mentereng tentu tidak semudah membalikkan tangan, hal itulah yang dialami seorang pemuda asal Filipina, Jeric R Rivas.

Namun kali ini bukan apresiasi yang ia dapat, ia malah menelan pil pahit lantaran perjuangannya selama ini tidak pernah dianggap oleh orang tuanya.

Alih-alih hanya formalitas saja hadir demi menemani Jeric wisuda, orang tuanya justru tidak melakukannya, prestasi akademik yang Jeric raih tidak mampu membuat orangtuanya menerima kehadirannya sebagai anak.

Mulai dari masa ia menginjak sekolah dasar, menengah hingga perguruan tinggi, lagi-lagi Jeric harus menghadirinya seorang diri.

Saat menerima penghargaan, Jeric harus menerimanya seorang diri tanpa didampingi kedua orangtuanya.

Dilansir dari tribunstyle, Sabtu (14/12/19), pemuda asal Filipina itu sukses mendapat gelar suma cumlaude atau lulusan terbaik di in Criminology sebuah universitas di Filipina.

Namun keberhasilan Jeric ini tidak serta merta membuat orangtuanya luluh, sejak kecil orangtuanya sekalipun tidak mau berurusan dengan pendidikan anaknya.

Karena hal inilah, Jeric kemudian mencurahkan perasaan sedihnya hingga menjadi viral. Curhatan Jeric diunggah di Facebook pada 14 April 2019 lalu.

Baca juga : Ironis! Pria Ini Putuskan Bunuh Diri di Hari Wisuda, Diduga Atas Permintaan Pacarnya

Berikut bunyi curhatan lengkapnya:

Saya merasa sedih dan senang jelang hari wisuda saya.

Sedih karena ingat apa yang terjadi ketika masih sd dan sma.

Ketika sd saya mendapat nilai tinggi, tapi di hari spesial itu tak ada kerabat atau orangtua naik ke panggung untuk menggantungkan medali di leher saya.

Begitu pula ketika SMA, saya lagi-lagi emndapat nilai tinggi, tapi tak ada yang datang.

Bahkan saya sampai meminta tolong orangtua teman sekelas agar mau menggantung medali menggantikan keluarga saya, tulis Jeric mengawali cerita.

Cerita sedih Jeric itu terus berlanjut hingga ia duduk di universitas.

Hari berikutnya, kita wisuda, kita semua yang lulus dan orang tua teman sekelas Aku ada di sana kecuali aku.

Aku melihat depan, belakang, di sebelah kiri, di sebelah kanan, aku berharap melihat sekilas kehadiran mereka (orangtua), tapi tidak ada.

Aku sudah menunggu beberapa menit, sampai waktu telah berlalu, kita semua diatur dan nama kita dipanggil satu-satu.

Salah satu teman sekelas aku naik panggung dengan orang tua untuk menerima ijazah.

Sampai aku mendengar namaku, dan ini aku lagi, aku bisa kembali ke entblado sendirian.

Saat aku sedang berjalan (ke panggung) air mataku menetes, karena saat wisuda, orangtuaku tidak bisa hadir.

Aku merasa iri karena orang lain didukung oleh orang tua, sedangkan saya, tidak ada.

Ketika saya berjalan, salah satu profesor saya berdiri di panggung menunggu saya dan memeluk saya.

Pada saat itu, beberapa kesedihanku menghilang tetapi aku masih menangis di depan semua orang.

Kepada orangtuaku, yang sampai hari ini tidak bisa menerimaku dalam hidup mereka, jika kamu membaca ini, ini aku sekarang dan aku harap aku membuatmu bangga tutup Jeric.

Artikel Lainnya

Padahal, pemuda yang kini tinggal di Pulau Sibuyan, Romblon itu nekat keluar pulau demi bisa berkuliah sambol bekerja dan akhirnya diterima di kampus bergengsi San Jose Del Monte, Bulacan.

Tags :