Nekat! Viral Ajakan Tantang Nyi Roro Kidul di Parangtritis, Diminta Pakai Baju Hijau
20 Juli 2019 by Dea DezellyndaAjakan serbu pantai parangtritis tantang Nyi Roro Kidul
Pada hari Jumat kemarin viral di media sosial mengenai ajakan untuk menyerbu pantai Parangtritis dengan menggunakan baju hijau. Menurut kepercayaan orang Jawa, memakai baju hijau di pantai selatan adalah terlarang. Namun berdasarkan keterangan dari pembuat acara, ajakan ini hanya untuk seru-seruan saja.
Tak menyangka jika respon masyarakat menyetujui ajakan tersebut. Saat dimintai keterangan, Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Kwintarto Heru Prabowo mengaku tak tahu menahu mengenai acara tersebut.
Menurutnya sampai saat ini belum ada perizinan masuk tentang penyelenggaraan menyerbu pantai Parangtritis yang tertulis akan diadakan pada tanggal 22 September tersebut.
Ajakan menyerbu pantai selatan
Dalam sebuah laman Facebook muncul ajakan kepada ribuan netizen untuk bersama-sama menyerbu pantai Parangtritis. Awalnya ajakan tersebut dibuat oleh Alfi Syahr.
Sampai saat ini terpantau ada 4.000 netizen yang berencana hadir sedangkan 10.000 netizen lainnya tertarik terhadap acara berjudul “Ayo ribuan orang serbu Parangtritis pakai baju hijau” itu.
Dilansir dari Kompas.com, dalam laman tersebut tertulis sebagai berikut;
“Karena area 51 terlalu jauh, kita pilih spot lain yang sama menantangnya. Kita sebut saja area +62. Katanya kalau pakai baju hijau ke Pantai Parangtritis nanti bisa ilang sama Nyi Roro Kidul. Kalau ada ribuan orang nyerbu masa iya ilang missal,” tulis dalam rincian acara tersebut.
Dalam kepercayaan orang Jawa, menggunakan pakaian berwarna hijau adalah terlarang dan bisa hanyut terbawa ombak. Hal ini berhubungan dengan mitos Nyi Roro Kidul yang menyukai warna hijau. Sehingga siapa saja yang nekat menggunakan pakaian berwarna hijau dianggap akan hilang.
Baca juga: 5 Sosok Wanita Penguasa Dunia Gaib di Seluruh Indonesia!
Tanggapan Kepala Dinas Pariwisata Bantul
Saat dimintai keterangan mengenai ajakan menyerbu Pantai Parangtritis, kepala Dinpar mengaku tak mengetahui adanya rencana acara tersebut.
Kwintarto Heru Prabowo mengatakan sampai saat ini belum ada perizinan masuk terkait penyelenggaraan acara yang tertulis akan digelar pada tanggal 22 September tersebut.
“Logikanya ada pemberitahuan. Jangan sampai kalau melibatkan orang banyak di situ space pada waktu bersamaan mungkin digunakan, jangan sampai nanti terus tumpukan,” ujar Heru saat dihubungi oleh Kompas.com.
Heru mengatakan bahwa dirinya tak melarang acara tersebut namun harus ada perizinan. Heru juga menghimbau jangan sampai menyinggung kepercayaan orang sekitar yang mempercayai Nyi Roro Kidul karena ditakutkan akan terjadi gesekan.
“Selama tidak gesekan dengan kelompok tertentu enggak ada masalah. Mitos itu keyakinan mereka. Asalkan tidak ada provokatiflah, kalau sekedar datang tidak ada misi lain. Kalau di sana ada pertentangan, Dinpar tidak mengharapkan itu. Wisatawan di pantai selatan Bantul dari berbagai daerah jangan sampai orang lain dipertontonkan yang tidak pas,” tutup Heru.
Hanya sebagai lelucon saja
Ajakan menyerbu pantai Parangtritis menggunakan pakaian hijau hanyalah lelucon saja. Merujuk pada aksi penyerbuan Area 51 di Amerika. Karena tempat itu terlalu jauh, jadi Alfi Syahr membuat lelucon ajakan serbu Pantai Parangtritis.
"Karena di Indonesia enggak ada fasilitas rahasia semacam itu (Area 51), maka digantilah sama tempat yang sama-sama menariknya. Saya dapat inspirasi dari sebuah tweet untuk pilihkan Parangtritis dengan segala misterinya," kata Alfi melansir Viva.co.
Alfi mengatakan ia sendiri kaget dengan respon netizen dan menjadi viral. Alfi menegaskan bahwa ajakan tersebut tidak serius dan tidak akan digelar.
"Eh tahunya viral. Jadi tidak ada niat serius menggerakkan massa ke sana. Lagi pula, acara semacam ini pasti perlu izin. Dan kan ada Keraton di sana, enggak mungkin tiba-tiba ribuan orang yang tanpa koordinasi bisa aksi di sana. Berisiko," jelasnya.
Dalam kepercayaan orang Jawa, memakai baju hijau di Parangtritis adalah terlarang. Jika memang acara tersebut benar akan digelar ditakutkan akan bergesekan dengan kepercayaan orang Jawa. Dinpar menghimbau untuk tidak melakukan aksi-aksi provokasi yang menyinggung kepercayaan masyarakat setempat.