Kisah Wiji Fitriani, Perempuan Asal Kediri yang Memakan Jari Tangannya Sendiri

Wiji Fitriani
Wiji Fitriani | jatimnow.com

Wiji Fitriani dinyatakan mengalami gangguan kejiwaan

Kebiasaan makan yang tidak lazim kerap dialami oleh beberapa orang. Bukannya memakan makanan sebagaimana orang pada umumnya, orang-orang tersebut justru gemar mengonsumi sesuatu yang tidak seharusnya dimakan. Hal demikian terjadi pada Wiji Fitriani (28 tahun). Wiji adalah perempuan asal Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang memiliki kebiasaan yang aneh dan mengerikan, yakni memakan jari tangannya sendiri.

Wiji Fitriani
Wiji Fitriani | www.inews.id

Kebiasaan menggigit dan memakan jari tangan yang dilakukan Wiji ini kabarnya dipengaruhi oleh halusinasi karena adanya gangguan kejiwaan. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Plt Kepala Puskesmas Ngadi, Kabupaten Kediri, dr. Rindang Fariha Idana, pada Sabtu, 20 April 2019.

“Dari sisi media ini pasien ODGJ, nama penyakitnya skizofrenia. Jadi dia ada halusinasi, suara, hingga ia menggigit jari dan sebagainya,” ujar dr. Rindang Fariha Idana kepada beritajatim.com.

Halusinasi yang dialami Wiji membuatnya bertindak di luar nalar. Wiji tidak kuasa menahan dorongan dari halusinasi yang muncul di dalam kepalanya, sehingga ia bisa melakukan tindakan yang mengerikan seperti memakan jari tangannya sendiri.

Menurut dokter, skizofrenia bisa dicegah dengan pengobatan dan perawatan yang rutin, baik dengan obat maupun terapi. Sayangnya, hal tersebut kerap ditolak oleh pihak keluarga Wiji. Termasuk saat Wiji akan dirujuk oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur ke RSJ Lawang di Kabupaten Malang serta RSUD Pare untuk menjalani operasi.

Artikel Lainnya
Wiji Fitriani
Wiji Fitriani | jatimnow.com

“Karena digigiti itu jadinya tambah luka dan lukanya menjadi gangren, yaitu luka yang sudah membusuk. Kami sudah melakukan rujukan ke RSJ Lawang, tetapi pihak keluarga menjemput kembali. Itu sudah beberapa kali. Karena lukanya sudah berat, kita juga pernah merujuk ke RSUD Pare. Kemudian sudah diacarakan untuk operasi amputasi, tetapi pada waktu akan dioperasi, Mbahnya tidak mau lalu diminta menjemput kembali pasien,’’ jelas dr. Rindang.

Kemudian dr. Rindang pun mengatakan bahwa Wiji sudah berobat secara teratur di Puskesmas Ngadi. Pihak Puskesmas juga sudah memberikan suntikan secara teratur sekaligus pengobatan untuk Wiji. Wiji pun mengikuti pengobatan di Posyandu jiwa yang dilakukan oleh pihak Puskesmas satu bulan sekali.

Saat ini kedua tangan Wiji yang mengalami luka membusuk sudah diobati oleh Rumah Sakit dr. Iskak Tulungagung. Sama seperti sebelumnya, keluarga Wiji tetap menolak perawatan intensif dan memilih pulang setelah mendapatkan pemeriksaan ringan.

Kondisi yang dialami oleh Wiji ini tentunya harus ditangani dengan serius. Apalagi, Wiji kerap melakukan tindakan yang menyakiti dirinya sendiri. Entah alasan apa yang menahan pihak keluarga untuk membiarkan Wiji mendapatkan perawatan yang intensif. Sangat dikhawatirkan kondisi Wiji akan semakin parah jika tak segera ditangani dengan tepat.

Tags :