Pasukan Jomblo Silakan Borong! Kini Para Ilmuwan Tengah Membuat Obat Anti-Kesepian

Ilustrasi | encrypted-tbn0.gstatic.com

Perjuangan melawan sepi adalah perjuangan sehari-hari

Banyak temuan suram yang menunjukkan bahwa generasi milenial adalah generasi yang rentan kesepian. Menurut studi, dilansir dari Vice (14/08/2019), seperempat kaum milenial katanya merasa tidak punya teman, milenial menjadi generasi paling kesepian di dunia.

Laporan lain membandingkan dampak isolasi sosial dengan bahaya merokok, hasilnya menyimpulkan bahwa isolasi sosial lebih 'merusak' daripada merokok sebungkus per hari. Merespons kegawatan ini, para ilmuwan pun kini meracik obat pencegah kesepian.

ilustrasi | www.vice.com

Pengujian dilakukan oleh peneliti Universitas Chicago terhadap sejumlah sukarelawan yang mengaku terjangkit kesepian kronis dan isolasi sosial. Selama satu setengah tahun, mereka harus minum obat selama delapan minggu secara acak.

Baca juga: Lantaran Punya Ekor, Anak Ini Disembah Bak Dewa Hanuman

Sebagian diberi pil plasebo, ada juga yang mendapat dosis obat hormon pregnenolon, yakni obat yang teruji mampu mengurangi kecemasan tikus lab yang terisolasi secara sosial.

Peneliti utama, Stephanie Cacioppo, menjelaskan bahwa obat yang tengah diracik sebetulnya bukan berfungsi mengusir kesepian. Tapi meningkatkan keberanian seseorang untuk membuka diri dalam pergaulan, hingga akhirnya ia terhindar dari rasa sepi.

Ia berharap obatnya ampuh meredam ketakutan akan penolakan yang mampu mengurungkan niat seseorang untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

Baca juga: Viral Pria Punya Kentut Mematikan hingga Bunuh Nyamuk dari Jarak 6 Meter

“Pikiran sepi selalu membohongimu (...) Ibaratnya seperti ketika kalian mengemudi mobil saat musim dingin dan pandangannya kurang jelas. Obat ini nantinya akan mencairkan es di kaca depan, supaya kalian bisa melihat dunia apa adanya tanpa perlu takut sama semua orang. Kalian menjadi lebih terbuka untuk mendengarkan orang lainlain,” terang Stephanie dalam wawancara The Smithsonian, seperti dikutip Vice.

Walaupun begitu, tak sedikit yang merasa risi dengan prospek mengurangi kesepian pakai obat. Dikhawatirkan, bukannya menjadi solusi tepat, pengobatan semacam ini dianggap malah membuka peluang akan ketergantungan dan meningkatkan penyalahgunaan obat.

Artikel Lainnya

Dalam hal ini, Stephanie pun setuju. Ia mengaku obatnya bukanlah jawaban untuk mengentaskan kesepian. Mereka menilai obat tersebut hanya bagian dari terapi tambahan yang bisa dibarengi dengan latihan berinteraksi secara sosial setiap hari.

Obat ini mungkin kedengarannya seperti sebuah keajaiban, tetapi sebenarnya hanyalah solusi sementara yang tidak benar-benar menyembuhkan kita.

Tags :