Ketika Menikah Segampang DM "Assalamualaikum"!

Ilustrasi pernikahan
Ilustrasi pernikahan | www.kedaipena.com

Perjalanan menuju pernikahan itu sangat kompleks kawan-kawan

Kenapa sih kita nyinyir banget sama pasangan yang menjadikan pernikahan sebagai hal simpel untuk ditunaikan? Nggak apa-apa dong pernikahan dianggap enteng. Kenapa juga nikah dibilang ribet, wong cuma ijab kabul saja kok! Masalah siap-siap tak siap, itu bisa dipikir nanti. Yang penting halal dulu!

Ya, menikah itu mudah. Tapi asal tahu saja, memutuskan untuk menikah tidak bisa sesederhana itu. Saat ini bisa dibilang menikah muda adalah sebuah tren. Menikah adalah ajang perlombaan. Menikah itu keren melebihi apapun di dunia ini, tanpa tahu bahwa menikah membutuhkan komitmen besar dan kesiapan dari kedua belah pihak.

Yang lebih miris lagi dari tren menikah ini yaitu banyak yang baru kenalan sehari dua hari sudah mantap mau diajak berumah tangga. Itu sih bukan yakin, tapi cuma modal nekat. Ya kalau pasanganmu itu orang “bener”, tapi kalau ternyata suka main tangan atau genit sana-sini gimana dong?

1.

Viral pernikahan berawal dari DM Assalamualaikum

Ilustrasi pernikahan
Heni dan Rosi | makassar.tribunnews.com

Menikah itu nggak gampang! Nggak sesimpel menyapa orang asing terus langsung bisa diajak ke pelaminan. Pendekatan, saling mengetahui karakter masing-masing dan kedewasaan sangat dibutuhkan sebagai modal menuju pernikahan.

Baca Juga: Komisioner KPAI Sebut Renang Bareng Pria Bisa Hamil, Netizen: KPAI Itu Lembaga Lawak?

Tampaknya, hal tersebut tak berlaku dari pasangan muda asal Lampung yang pernikahannya diawali hanya dengan DM "Assalamualaikum". Dibalik kisah romantis tersebut ada seorang pemuda bernama Rosi Abimanyu yang memberanikan diri untuk mengirim Direct Message (DM) ke akun Instagram @Heni.kn dengan menyapa ‘Assalamualaikum’. Kata sederhana itu tak disangka mengantarkan keduanya ke pelaminan dua bulan setelahnya.

Dilansir dari Detik.com, Minggu (16/02/20), Heni yang tinggal di Pesawaran, Lampung ini menjelaskan bahwa Abimanyu menyapa dirinya melalui kiriman DM Instagram dengan kalimat "Assalamualaikum mba". Heni dibuat tak bisa berkata-kata karena tak lama setelah ia membalas "Waalaikumsalam", pria tersebut langsung berniat melamarnya.

Heni yang saat itu telah memiliki pasangan akhirnya lebih memilih Rosi yang baru saja ia kenal. Sebulan setelah perkenalan, keduanya akhirnya melangsungkan lamaran hingga sampai ke pelaminan. Raut bahagia terpancar dari wajah keduanya. Pasangan muda ini langsung dibanjiri ucapan selamat dari netizen, bahkan dijadikan sebagai panutan.

Tak hanya Heni dan Rosi, beberapa waktu lalu sebuah akun anonim Twitter @be_TED mengungkap kisah cintanya yang berakhir karena kekasihnya dilamar oleh pria lain. Padahal, kekasih @be_TED itu sudah dilamar terlebih dahulu olehnya.

Baca Juga: Berkat Tarik Kemaluan Remaja, Tante-tante di Blitar Berhasil Selamat dari Perkosaan!

@be_TED mengunggah tangkapan layar berisi percakapan dirinya dan kekasihnya dalam aplikasi perpesanan. Dalam unggahannya itu, ia menuliskan keterangan “Dilarang kepada seorang lelaki untuk melamar seorang wanita sebelum lamaran yang lalu ditolak atau dikembalikan”. Ia kecewa terhadap kekasihnya yang lebih memilih pria lain dibanding dirinya.

Melihat dua kisah cinta di atas, apakah memang menikah dengan pendekatan instan adalah sebuah tren di lingkaran muda-mudi zaman sekarang?

2.

Menikah itu simpel? Benarkah?

Ilustrasi pernikahan
Ilustrasi pernikahan | www.yukepo.com

Tak dipungkiri rasa cinta bisa tumbuh dalam hitungan menit bahkan detik. Tapi memutuskan untuk menikah tidak bisa secepat itu. Bukan maksud ingin menyinyiri pernikahan mbak Heni dan mas Rosi, tapi…. menikah itu memang nggak sesimpel layaknya ngajak hangout ke kafe. Serius deh!

Di balik sebuah pernikahan ada proses panjang dari kedua calon mempelai. Memastikan pasangan bisa menerima kekurangan kita, begitu pun sebaliknya tak bisa dilakukan dalam waktu beberapa jam saja atau dalam hitungan hari.

Apalagi mengamati apakah orang ini memiliki watak yang baik atau tidak. Atau yang setidaknya kekurangannya masih bisa ditolerir. Tidak main tangan, tidak melakukan kekerasan verbal saat marah, atau bukan orang yang hobi selingkuh. Serius, memilih pasangan hidup tidak semain-main itu.

Masih ingat dengan kisah pernikahan yang hanya bertahan 12 hari? Nah, kisah pernikahan Naima, seorang gadis asal Malang ini juga harus menjadi pembelajaran bagi kita semua. Naima yang sudah lebih dari setahun mengenal suaminya saja masih kecolongan. Ternyata sang suami yang selama ini dikenal sangat baik dan sopan itu bisa berubah menjadi sosok mengerikan setelah menikah. Akhirnya pernikahan Naima kandas di hari ke 12.

Mari kita belajar dari kisah pernikahan Naima. Mengenal calon pasangan hidup kita dengan baik itu wajib. Jika merasa sudah cocok, sangat dianjurkan untuk lanjut ke pernikahan. Tapi apabila memang tidak cocok, ya jangan dipaksakan. Orang bilang, pacaran itu adalah proses trial and error. Kalau merasa tidak ada kecocokan dan komitmen, ya sebaiknya segera diakhiri lalu cari lagi sampai dapat pasangan yang tepat. Ingat ya, cari pasangan yang tepat, bukan yang sempurna.

Baca Juga: Kesal Cerai dengan Istrinya, Pria Ini Nekat Bakar Uang Sebanyak Rp14 Miliar!

Berbeda halnya dengan pacaran, ranah pernikahan itu bukan lagi trial and error. Lebih dari itu, menikah itu sebuah komitmen besar dan dibutuhkan kompromi. Kalau merasa tidak cocok di tengah pernikahan, pastinya mengakhiri hubungan sebagai pasangan suami istri tak semudah mengucap kata putus lalu cari yang baru. Banyak proses yang harus dijalani, salah satunya dengan perceraian.

3.

Pernikahan seolah jadi pencapaian terbesar

Ilustrasi pernikahan
Ilustrasi pernikahan | www.liputan6.com

Melihat dari kisah pernikahan mbak Heni dan mas Rosi, banyak netizen yang merasa iri karena mbak Heni bisa bertemu jodohnya dengan cara yang begitu simpel di usianya yang masih muda, di saat banyak para jomblo di luar sana yang setengah mati menemukan calon pasangan hidup. Siapa sih yang tak iri? Perempuan mana yang tak happy saat diberi kepastian?

Sayangnya, kini menikah dikatakan sebagai solusi dari masalah hidup. Solusi saat kamu lelah menghadapi kerasnya hidup ini. Capek kuliah, capek kerja, atau capek nganggur dan pengen ada yang bertanggung jawab atas hidupmu, lalu mengambil jalan pintas dengan menikah. Pokoknya menikah adalah solusi. Titik! Nggak bisa diganggu gugat!

Yakinlah kawan-kawan, perjalanan kisah cinta itu tak sesimpel FTV atau seindah drama korea. Menjalani hubungan itu sangat kompleks. Selalu ada saja masalahnya. Bahkan, seringkali lebih pelik daripada sekadar deadline kerjaan atau skripsi.

Baca Juga: Istri Sakit Keras Suami di Jambi Malah Perkosa Putri Kandung, Polisi: Lebih dari 100 Kali!

Masalah tetap bakal muncul tak ada habisnya meskipun sudah menikah. Memangnya kalau sudah menikah itu sudah pasti hidup akan bahagia dan baik-baik saja? Hey, tidak semudah itu ya kawan-kawan! Menikah bisa dibilang sebagai langkah besar dalam hidup seseorang. Jadi kalau memang belum bertemu yang cocok, jangan dipaksakan ya.

4.

Menikah lah kalau merasa sudah siap

Ilustrasi pernikahan
Ilustrasi pernikahan | www.kedaipena.com

Tak apa-apa jika teman-temanmu berbondong-bondong menikah. Kalau memang belum punya pasangan, jangan berkecil hati. Masih banyak pencapaian yang bisa dilakukan selain menikah. Kalau sedang mengerjakan skripsi, ya segera diselesaikan. Kalau sibuk mengejar karir, ya nikmati prosesnya. Atau untuk yang sedang nganggur, jangan pernah menyerah untuk mencari kerja. Jadilah versi sebaik-baiknya dirimu saat ini tanpa membandingkan dengan pencapaian orang lain.

Yang terpenting, selesaikan apa yang sudah dimulai atau yang memang harus diselesaikan. Masalah skripsi atau pekerjaan saja belum bisa bertanggung jawab dengan baik, lalu sudah pengen menjadikan pernikahan sebagai pelarian. Bagaimana jadinya nanti kalau ternyata kehidupan rumah tangga tak sesuai ekspektasi? Mau ditinggalkan juga? Hadeeeh. Jangan sampai ya.

Menikah saat sudah siap itu bukan omong kosong belaka lho. Yang dimaksud di sini adalah siap baik dari segi fisik maupun mental. Dua faktor itu sangat penting sekali. Selain terkait kematangan secara finansial. Bukan kemapanan ya, tapi kematangan.

Pasangan yang memasuki jenjang pernikahan baiknya sudah memiliki literasi finansial yang baik dan tahu bagaimana mereka akan mengatur persoalan finansialnya. Karena salah satu alasan terbesar di balik perceraian adalah permasalahan finansial. Jadi, sangat penting bagi pasangan untuk memiliki pemahaman terkait bagaimana keluarga mereka akan menghasilkan pendapatan dan bagaimana mengaturnya bersama.

Artikel Lainnya

Artikel ini bukan untuk menakut-nakuti kalian semua. Hanya ingin menekankan bahwa proses menuju kehidupan rumah tangga itu tak bisa simpel dan instan. Memang benar lama tidaknya kita menjalin hubungan dengan seseorang tak menjamin seberapa bahagia kehidupan rumah tanggamu. Tapi bijak dalam memilih pasangan hidup itu penting sekali.

Silahkan menjadikan mbak Heni dan mas Rosi sebagai panutan, tapi kita juga harus sadar bahwa memutuskan untuk menikah tidak pernah semudah itu. Saling mengenal kepribadian satu sama lain menjadi hal yang penting dalam sebuah hubungan. Kedewasaan dalam menyelesaikan masalah bersama pun tak kalah penting. Untuk itu, kenali siapa yang akan menjadi pasanganmu. Apabila memang tidak cocok, jangan dipaksakan.

Satu hal lagi yang perlu direnungkan para pria di luar sana, mengutip kalimat dari budayawan, Sujiwo Tejo, “Perempuan suka es krim dan cokelat, tapi perempuan lebih suka kepastian.” Kalau sudah saling mengenal satu sama lain, sudah sama-sama siap berumah tangga, jangan buat kekasihmu menunggu terlalu lama ya.

Tags :