Gara-gara Skullbreaker Challenge, Seorang Remaja Alami Gegar Otak

Challenge yang mengancam nyawa kok diikutin sih, dek

Di media sosial, beragam tren datang silih berganti. Para pengguna juga terus memunculkan challenge terbaru agar bermain medsos semakin mengasyikkan. Sayangnya, beberapa challenge tersebut justru sangat berbahaya dan bisa mengancam nyawa. Salah satu tren yang tengah populer di plafform Tik Tok adalah Skull Breaker Challenge.

Cara memainkan tantangan ini adalah, tiga orang berdiri berderet dan kemudian dua orang yang paling pinggir akan melompat lebih dahulu. Setelah itu, orang di tengah akan melompat. Saat itulah, kedua orang di pinggir tadi akan menjegal kakinya sehingga target terjatuh membentur tanah. Bagi mereka, ini adalah aksi lucu-lucuan semata, padahal bahaya banget.

Baru-baru ini, seorang remaja bernama Ke'Avion Hearn, dari Pine Bluff, Arkansas mengalami cedera serius setelah melakukan Skull Breaker Challenge. Dia langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Ke'Avion menuturkan bahwa dia dibujuk oleh dua orang temannya agar mau melakukan tantangan tersebut. Setelah itu, yang dia ingat hanyalah "putih".

Aku melompat dan mereka semacam menendang kakiku sehingga aku tidak bisa mendarat (di lantai). Yang aku ingat adalah berada di lantai" tutur Ke'Avion.

Baca Juga: Vans Challenge Ramai, Netizen Bingung Kenapa Selalu Bisa Mendarat dengan Sempurna

Ke'Avion langsung tak sadarkan diri dan teman-temannya pun panik. Mereka membawa dia ke rumah sakit. Di sana, dokter mendiagnosis Ke'Avion menderita gegar otak. Dia harus dirawat intensif selama 7 jam. Mengetahui kondisi buah hatinya, ibu Ke'Avion yang bernama Kimberly Hearn merasa begitu sedih dan jengkel pada saat yang bersamaan.

Dia tidak pantas mendapatkannya. Tidak ada anak yang pantas untuk itu," ujar Kimberly.

Mirisnya, Ke'Avion bukanlah korban pertama dari tantangan tersebut. Tantangan viral nan berbahaya tersebut telah diikuti oleh banyak orang hanya karena ngetren di media sosial. Seorang psikolog klinis yang bernama Nicole Beurkens mengatakan bahwa dalam pergaulan remaja, pertemanan adalah di atas segalanya dibandingkan risiko yang mungkin dihadapi.

Mereka juga berhadapan dengan interaksi sosial yang lebih kompleks pada saat korteks prefontal mereka (bagian otak yang bertanggung jawab atas pemikiran tingkat tinggi, pengambilan keputusan dan kendali impuls) belum sepenuhnya berkembang," jelas Nicole.

Baca Juga: Challenge Angkat Kursi Ini Katanya Hanya Bisa Dilakukan Wanita. Udah Nyobain?

Artikel Lainnya

Seharusnya sih ya kamu sudah bisa memilah dan memilih konten atau tren mana yang baik untuk diikuti di media sosial. Jangan semuanya juga diikuti kalau membahayakan orang lain dan diri sendiri. Setuju?

Tags :