Eksotisme Gladiatrix, Gladiator Wanita yang Bertarung Tanpa Busana di Arena

Eksotisme Gladiatrix, Gladiator Wanita di Arena Pertarungan
Eksotisme Gladiatrix, Gladiator Wanita di Arena Pertarungan | www.liputan6.com

Para gladiator wanita ini bertarung tanpa mengenakan busana

Kamu penggemar kebudayaan Romawi mungkin sudah tidak asing dengan Gladiator, bukan? Para sukarelawan pria yang melakukan pertarungan melawan sesama Gladiator, binatang buas, atau narapidana untuk menghibur para penonton masa kekaisaran Romawi. Para Gladiator sebagian besar direndahkan sebagai budak, mendapat didikan yang keras, tersisih dari kehidupan sosial.

Masyarakat Romawi mengapresiasi mereka ketika bertarung, mereka mendapat kekaguman dan pujian, imejnya banyak dituangkan dalam berbagai karya seni seperti patung atau lukisan. Tetapi pernahkah kamu menyangka bahwa petarung wanita juga sering ditampilkan di arena?

Di dalam benak kita tentu bertanya-tanya, bagaimana sejarah kemunculannya, tipe wanita seperti apa yang diperbolehkan untuk bertarung, dan gaya bertarung seperti apa yang mereka tampilkan di arena. Simak ulasannya berikut!

1.

Eksistensi Petarung Wanita

Eksotisme Gladiatrix, Gladiator Wanita di Arena Pertarungan
Eksistensi Petarung Wanita | theswordlibrary.blogspot.com

Para cendekiawan di Romawi Kuno menyebut para petarung wanita sebagai Gladiatrix. Istilah ini disebut sebagai kata modern karena mulai diterapkan pada 1800 M. Gladiatrix sering disebut keberadaannya dalam teks-teks kuno sebagai wanita yang berpartisipasi dalam festival atau event hiburan lainnya.

Baca Juga: Dikira Kecelakaan Biasa, Ternyata 5 Pesawat Sipil Ini Jatuh Dihantam Rudal

Pertarungan yang diikuti oleh Gladiatrix memang jarang terjadi, tetapi banyak bukti tentang eksistensinya. Kemunculan yang langka dari para Gladiatrix ini menyebabkan tontonan di arena sebagai hiburan yang eksotis dan benar-benar mewah.

Misalnya, pada 66 M, Kaisar Nero memerintahkan tak hanya pria, tetapi juga wanita, dan anak-anak Ethiopia untuk bertarung untuk mengesankan Raja Tiridates I dari Armenia.

2.

Kontroversi Gladiatrix

Eksotisme Gladiatrix, Gladiator Wanita di Arena Pertarungan
Kontroversi Gladiatrix | www.ancient.eu

Dalam praktiknya, Gladiatrix sering dikritik oleh para penulis Romawi dan mereka berusaha mengatur batasannya dengan membuat undang-undang. Kentalnya budaya patriarki di Roma membuat para cendekiawan sulit menerima Gladiatrix. Mereka menganggap perempuan sebagai aktris semata dalam festival.

Baca Juga: Berstatus Gunung Tertinggi Kedua di Dunia, Ini Deretan Misteri Gunung K2

Pada 11 M Senat Romawi mengeluarkan undang-undang yang melarang perempuan merdeka di bawah usia 20 tahun untuk berpartisipasi dalam pertarungan di arena. Keputusan tersebut menyiratkan bahwa perempuan budak masih diperbolehkan bertarung.

3.

Penampilan dan Gaya Bertarung Gladiatrix di Arena

Eksotisme Gladiatrix, Gladiator Wanita di Arena Pertarungan
Penampilan dan Gaya Bertarung Gladiatrix di Arena | www.ancient.eu

Tidak banyak literatur ilmiah yang mengatakan adanya pelatihan bertarung bagi para wanita. Pada masa Romawi Kuno terdapat organisasi resmi bagi para pemuda yakni Collegia.

Satu di antara ketentuan organisasi ini adalah para pemuda di atas 14 tahun dapat belajar keterampilan yang menampilkan kegagahan, misalnya seni dasar berperang. Gladiatrix disebut mengikuti pelatihan, aturan, dan jalur karier yang sama dengan teman- teman pria mereka.

Baca Juga: 5 Tempat Ini nggak Kalah Misteriusnya dengan Segitiga Bermuda, Ilmuwan pun Dibuat Bingung

Sebuah Relief yang dibuat Halicarnassus menunjukkan dua gladiatrix dengan nama panggung Amazon dan Achillia bertarung tanpa topi, memakai cawat, sabuk, tameng persegi panjang, pelindung lengan dan membawa belati, sepasang benda bulat di kaki yang menandakan bahwa mereka dibebaskan.

Gladiatrix bertarung telanjang dada layaknya Gladiator pria. Sedangkan bagian bawahnya hanya ditutup dengan kain agar mudah tersingkap dan leluasa bergerak saat mereka bertarung.

4.

Moral Kesetaraan Pria dan Wanita

Eksotisme Gladiatrix, Gladiator Wanita di Arena Pertarungan
Moral Kesetaraan Pria dan Wanita | www.historyextra.com

Para Gladiatrix sebagian besar memilih jalannya sendiri sebagai petarung di arena, mereka termotivasi oleh keinginan untuk merdeka, mendapatkan kemasyhuran, imbalan uang, atau remisi atas utang-utang mereka. Oleh karena itu, apresiasi dan kehormatan yang diberikan masyarakat bagi para Gladiatrix, sama tingginya dengan yang diberikan pada Gladiator.

Baca Juga: Fenomena Hum Worldwide, Suara Dentuman Misterius yang Sempat Gegerkan Warga Jakarta-Bogor

5.

Pemakaman Gladiatrix yang Gugur

Eksotisme Gladiatrix, Gladiator Wanita di Arena Pertarungan
Pemakaman Gladiatrix yang Gugur | www.regionzapad.cz

Sebuah area pemakaman di Southwark, London pada 2001 diduga digunakan sebagai tempat pemakaman para Gladiatrix, hal ini diperkuat dengan penelitian sisa tulang belulang khas wanita yang ditemukan selama penggalian oleh para arkeolog Credenhill di Herefordshire.

Pemakaman dilengkapi dengan lampu tembikar Anubis yang diyakini akan menuntun mereka ke alam baka, lampu dengan relief Gladiatrix yang jatuh, dan sisa batu pinus yang terbakar. Batu ini mengeluarkan asap yang harum, dan biasa digunakan untuk membersihkan arena pasca Gladiatrix bertarung.

Artikel Lainnya

Wah, di zaman Romawi Kuno ini berat juga ya upaya untuk mempertahankan nyawa, kehormatan dan kesetaraan bagi kaum perempuan. Buat kamu para wanita, silakan teladani ketangguhan para Gladiatrix ini ya, gunakan kekuatanmu untuk hal-hal yang positif.

Tags :