Ditabrak Mobil Malah Dimintai Ganti Rugi, Bocah Yatim Piatu Penjual Cilok Ini Punya Kisah Pilu
16 Februari 2019 by Ririh DirjaBerjualan cilok untuk membiayai kebutuhan keluarganya
Walau masih kecil dan tinggal tanpa kedua orangtua, bocah berusia 12 tahun ini tetap semangat menjalani hari-harinya. Dia adalah Muhammad Saputra yang sempat menjadi perhatian masyarakat karena di usianya yang masih anak-anak, ia harus rela banting tulang untuk bertahan hidup.
Putra panggilannya, tinggal di Jalan Cikini Dalam, Juramangu Barat, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan bersama dengan 3 saudaranya. Jika biasanya, bocah seusianya sibuk bermain, Putra malah sudah mencari nafkah.
Setiap hari ia berkeliling berjualan cilok menggunakan sepedanya. Dilansir dari laman Kompas.com, Putra mengaku berjualan cilok setiap sore hari, seusai dia pulang dari sekolah.
"Jualan setiap hari, sore (setelah) pulang sekolah," katanya.
Pernah diusir hingga diserempet mobil
Putra memang sudah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya, tapi ia tak pantang menyerah untuk menghidupi dirinya dan keluarga. Walaupun menemukan banyak rintangan, bocah ini tetap terus berjualan.
Putra juga sering mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan saat berjualan cilok. Pasalnya, bocah ini kerap kali diusir oleh pedagang cilok lain karena dianggap mengambil wilayah jualannya.
Tidak hanya itu saja, bocah ini juga pernah diserempet oleh mobil. Tapi bukannya minta maaf, ia malah disuruh ganti rugi dan membayar uang kepada sang pemilik mobil.
"Diomelin suruh ganti rugi, tapi ada yang belain juga. Kalau disuruh ganti rugi mah nanti uang cilok habis semua," ceritanya lugu.
Penghasilannya untuk membayar rumah kontrakan dan kebutuhan sehari-hari
Bocah 12 tahun ini tinggal di rumah kontrakan kayu yang berukuran kurang lebih 3x5 meter. Ia tinggal di rumah tersebut bersama dengan 3 saudaranya. Kakak Putra, Siti Juleha (17), dan 2 adiknya yang masih TK serta yang baru berumur 10 bulan.
Uang hasil jualan ciloknya digunakan untuk membelikan susu dan popok sang adik serta membiayai sekolahnya. Sekaligus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dalam sehari, Putra bisa menjual sampai 250 tusuk yang dihargai Rp 2.000 per tusuknya. Ia juga mengaku terkadang ada orang yang merasa iba, sehingga saat membeli ciloknya Putra sering mendapat uang lebih.
"Ada lumayan dikasih buat jajan Rp 20.000, Rp 30.000," ujarnya.
Putra dibantu tetangganya untuk membuat cilok
Karena merasa kasian dengan nasib bocah berusia 12 tahun ini, salah satu tetangganya yang bernama Ratini membantu Putra untuk membuat cilok. Biasanya ia yang membuatkan, kemudian Putra yang menjualnya.
"Putra yang jualin, saya yang bikinin doang. Kasihan enggak ada yang bantuin," ungkap Ratini.
Putra sendiri juga punya cita-cita bisa beli rumah dari jualan ciloknya. Ratini juga ingin nantinya Putra menjadi orang yang sukses, bisa membantu keluarga dan adik-adiknya.
"Semoga jadi orang sukses, sudah berjuang berat begini enggak ada emaknya enggak ada bapaknya, kasihan," pungkas Ratini.
Jika biasanya bocah seusia Putra sedang asyik-asyiknya bermain atau sibuk dengan gadget, anak ini justru rela banting tulang demi keluarganya. Semoga kisah Putra ini bisa menjadi inspirasi untuk kita semua agar lebih bersyukur lagi. Dan ke depannya, diharapkan pemerintah dan masyarakat turut bersimpati serta memberikan perhatian lebih kepada anak-anak lain seperti Putra.