Dianggap Sering Ganti Pernyataan Seputar Covid-19, Prof Wiku: WHO Aja Bingung

Prof Wiku Adisasmito dan Deddy Corbuzier
Prof Wiku Adisasmito dan Deddy Corbuzier | unsplash.com

Prof Wiku juga mengajak kita untuk senantiasa menjaga alam!

Penyampaian Prof Wiku Adisasmito selaku Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19 dalam podcast di kanal YouTube Deddy Corbuzier menyita perhatian warganet. Pasalnya, penyampaiannya seputar Covid-19 dikemas dengan apik dan mudah dipahami. Bahkan dalam obrolan yang serius namun santai tersebut, beberapa kali Prof Wiku menyampaikan pernyataannya dan diselingi dengan guyonan.

Video yang diunggah pada Senin (15/6/2020) itu sukses ditonton oleh lebih dari 900 ribu warganet dan disukai sebanyak 31 ribu kali lebih. Dalam podcast tersebut, Wiku menyampaikan betapa pentingnya menerapkan protokol kesehatan, sebab tidak dapat dipungkiri bahwa virus memang terdapat di mana-mana.

Baca Juga : Kota Surabaya Jadi Zona Hitam Pertama di Indonesia, Ini Penjelasan Gugus Tugas Covid-19!

Prof Wiku Adisasmito dan Deddy Corbuzier
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19 Prof Wiku Adisasmito | www.suara.com

Ia juga mengatakan bahwa seluruh dunia saat ini sedang bingung dalam menghadapi Covid-19, sebab virus ini bear-benar baru. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saja juga bingung dalam menghadapi Covid-19.

Semua orang lagi bingung menghadapi virus ini karena baru. Seluruh dunia, bukan hanya Indonesia aja yang bingung. WHO aja bingung, ungkap Wiku.

Sebagaimana dikutip dari Suara.com (15/6/2020), Wiku menegaskan bahwa siapapun yang paling cepat belajar serta beradaptasi akan menang dalam melawan pandemi ini. Menurutnya, kita tidak perlu menunggu vaksin untuk bisa menyelesaikan masalah. Bahkan, jika vaksin telah ditemukan pun masalah belum tentu akan selesai begitu saja.

Yang paling penting berhadapan dengan virus ini, kan selalu saya bilang, kenali musuhmu, dirimu, seribu kali kau perang, seribu kali kau menang, tegasnya

Kita tahu cara bekerjanya virus ini seperti apa, kita bisa menang. Ngapain kita nunggu vaksin? imbuhnya.

Baca Juga : Cewek Pingsan di Bank Madiun Dikira Corona, Ternyata Karena Hutang!

Artikel Lainnya
Prof Wiku Adisasmito dan Deddy Corbuzier
(Tangkapan layar) Prof Wiku Adisasmito | youtu.be

Selama wabah melanda, banyak sekali kabar yang muncul seputar Covid-19, termasuk isu yang menyebutkan bahwa 98 persen orang Indonesia yang terinfeksi Covid-19 adalah mereka yang kekurangan vitamin D3. Menurut Wiku, hal yang seperti itu harus dibuktikan secara ilmiah, sebab kabar palsu mengenai Covid-19 memang sering tersebar dan menakuti masyarakat.

Kalau yang ngomong itu scientist harusnya berbasis bukti. Buktikan dulu, hari gini banyak sekali orang ngomong hoaks, ucap Wiku.

Masker aja kan pertama (WHO) bilangnya yang sehat nggak usah, yang sakit aja. Nah sekarang kan berubah lagi, makanya kita marahin juga WHO ini gimana sih kok maju mundur maju mundur, kita ikuti gurunya, lho, ragu dia, ungkap Wiku kepada Deddy.

Wiku menambahkan bahwa semua ini terjadi lantaran alam kehilangan keseimbangannya, dan alam tengah berusaha untuk mengembalikan keseimbangannya sampai seimbang kembali. Ia mengajak masyarakat untuk saling menjaga dan mencintai alam.

Jaga alam, maka alam akan menjaga kita, ucapnya.

Baca Juga : ‘Dokter Cantik’ Reisa: Strategi Jitu Pemerintah Biar Masyarakat Lebih Adem dan Taat Aturan Penanganan Covid-19?

Prof Wiku Adisasmito dan Deddy Corbuzier
Ilustrasi virus corona | manadopost.jawapos.com

WHO diketahui meralat pernyataan bahwa Orang Tanpa Gejala (OTG) tidak mendorong penyebaran virus corona (Covid-19). Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Unit penyakit dan zoonosis dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Maria Van Kerkhove pada Senin (8/6/2020).

Pernyataan tersebut menimbulkan kontroversi sebab dikatakan berbanding terbalik dengan fakta yang terdapat di lapangan. Sampai akhirnya ia memberi klarifikasi dan mengakui hasil sebuah studi pemodelan yang mengungkapkan OTG berpotensi menularkan virus hingga 40%.

Mengenai komentarnya saat konferensi pers pada Senin itu didasarkan pada dua atau tiga studi yang menindaklanjuti kontak dengan OTG, serta data yang tidak dipublikasikan atau pakar dengan organisasinya.

Saya menggunakan frasa ‘sangat langka’ dan saya pikir itu adalah kesalahpahaman untuk menyatakan transmisi asimptomatik secara global sangat jarang. Apa yang saya maksudkan adalah subset studi. Saya juga merujuk pada beberapa data yang tidak dipublikasikan, ungkapnya sebagaimana dikutip dari The Guardian.

Tags :