Jadi Korban Bully di Sekolah, Anak Ini Sampai Harus Cium Kaki Temannya Sendiri
11 Oktober 2019 by IdhamDidiskriminasi karena kepercayaan yang dianutnya, anak ini sampai tidak mau kembali ke sekolah.
Kasus penindasan atau bullying yang terjadi di sekolah memang masih menjadi persoalan yang menuntut pengawasan dan tindakan dari banyak orang, khususnya orang-orang dewasa. Dalam kasus bullying, para korban bisa menyimpan memori traumatis yang pada gilirannya dapat membuat mereka merasa depresi dan menutup diri dari lingkungan sosialnya.
Tentunya dampak semacam itu harus diminimalisasi sebisa mungkin, minimal dengan menindaki kasus-kasus bullying yang terjadi di sekolah-sekolah. Seperti halnya yang terjadi di salah satu sekolah di Melbourne, Australia.
Dilansir dari Suar.grid.id (04/10/19), beredar sebuah foto yang memancing perasaan geram dari banyak orang yang melihatnya. Hal itu karena dalam foto memperlihatkan seorang anak laki-laki yang tampak dipaksa membungkuk dan mencium kaki temannya.
Peristiwa itu memang sengaja diedarkan oleh anak-anak lain untuk mempermalukan si anak yang membungkuk dalam foto itu.
Baca juga: Heboh Kabar Bocah Tewas karena Di-bully, Ternyata Menderita Penyakit Ini!
Ibu korban mengatakan bahwa pada hari peristiwa itu terjadi, anaknya hanya mengatakan bahwa ada teman sekelas yang mengajaknya pergi ke taman umum di Melbourne untuk bermain sepak bola. Nahasnya, sesampainya di lokasi, sang anak malah diperintahkan untuk sujud dan mencium kaki anak yang lain.
Akhirnya, sang anak pun memilih untuk mencium kaki temannya karena dirinya diancam akan dipukuli jika tidak mengindahkan perintah itu. Sementara korban mencium kaki temannya seperti yang diperintahkan, anak lain mengambil gambar dan memviralkan di media sosial.
Baca juga: Diduga Jadi Korban Bully Teman Sekelas, Netizen Terharu dengan Perkataan Anak Ini
Saat mengetahui bahwa anaknya menjadi korban penindasan, sang ibu yang enggan disebutkan identitasnya kepada publik itu pun langsung menghubungi pihak sekolah.
Sayangnya, pihak sekolah tidak bisa memberi banyak solusi yang memuaskan bagi sang ibu. Sebab pihak sekolah membela diri dengan mengatakan bahwa kejadian itu tidak terjadi di sekolah sehingga mereka tidak bisa melakukan tindakan apa pun.
Mereka memberi saran kepada sang ibu untuk melapor ke polisi saja bila sang ibu memang tidak terima dengan perlakuan yang diterima anaknya. Apalagi sang anak diketahui sampai harus dirawat di rumah sakit karena dirinya diserang kecemasan akut dan tidak mau kembali ke sekolah.
Menurut kronologi ceritanya, korban tampaknya memang sering ditindas oleh teman-teman sekolahnya yang sering melemparinya dengan umpatan-umpatan rasis. Namun, tampaknya korban tidak bisa berbuat banyak atas hal itu sehingga teman-temannya menjadikannya sebagai 'sasaran empuk' untuk ditindas.
Sementara itu, Menteri Pendidikan setempat, Victoria James Merlino menuntut peninjauan atas kasus ini karena memang sudah menjadi hak bagi semua peserta didik untuk merasa aman di lingkungan akademiknya.