Pilu! Inilah 5 Tragedi Genosida Paling Brutal dalam Sejarah Indonesia

Pilu, Inilah 5 Tragedi Genosida Paling Brutal dalam Sejarah Indonesia | historia.id

Sejarah kelam bangsa Indonesia.

Apa itu genosida? Genosida merupakan tindakan pembantaian yang dilakukan terhadap suatu kelompok masyarakat. Dunia internasional mengenal Adolf Hitler sebagai tokoh genosida paling keji yang pernah ada. Di bawah tangan besinya, jutaan kaum Yahudi dibantai habis-habisan. Jangan tanya bagaimana cara Hitler dan pasukannya membantai mereka karena sudah pasti menyedihkan.

Aksi pembantaian atau genosida ini nyatanya pernah terjadi juga di Indonesia. Sejarah mencatat setidaknya terdapat lima kasus genosida yang terjadi di bumi yang katanya gemah ripah loh jinawi ini. Penasaran seperti apa sejarah genosida yang pernah terjadi di Indonesia? Melansir dari berbagai sumber, berikut ini ulasannya.

1.

Pembantaian anggota PKI (1965-1966)

Pembantaian anggota PKI (1965-1966) | www.tribunnewswiki.com

Kasus genosida terparah dan terburuk dalam sejarah berdirinya Indonesia adalah kasus pembantaian anggota anggota PKI pada kurun waktu 1965 hingga 1966. Setidaknya 500 ribuan nyawa melayang akibat pembantaian ini.

Aksi ini sendiri menyasar siapa saja yang dianggap memiliki hubungan dengan PKI, entah itu sebagai anggota, simpatisan, dan sebagainya. Pembantaian ini dianggap sebagai kasus genosida paling mengerikan yang pernah terjadi di abad ke-20.

Baca Juga: Peristiwa Mengerikan Tunguska, Ledakan Terbesar dalam Sejarah hingga 'Langit Terbelah'

Peristiwa ini sendiri masih menimbulkan banyak perdebatan bahkan hingga saat ini. Banyak kelompok yang menyebutkan jika dalang di balik pembantaian ini semua adalah Soeharto. Ia bersama pasukannya membantai seluruh anggota PKI karena ada muatan politik di dalamnya.

Di depan dunia internasional, korban dari peristiwa ini hanya dikatakan sebanyak 78 ribu. Padahal kenyataannya, masih banyak lagi korban yang berjatuhan mengingat banyak dari mereka yang hilang ataupun dibuang ke kamp konsentrasi.

2.

Pembantain Westerling (1946-1947)

Pembantain Westerling (1946-1947) | www.dictio.id

Indonesia baru saja merdeka pada saat itu. Namun, Belanda masih belum mau mengakui kedaulatan Indonesia. Oleh sebab itu, pasukan Belanda terus menekan rakyat sipil dengan berbagai cara agar tetap tunduk pada pemerintahannya. Salah satunya adalah dengan melakukan pembantaian terhadap siapa saja yang diduga akan membelot.

Baca Juga: Dancing Plague, Wabah Mengerikan yang Membuat Penderitanya Menari Sampai Mati

Pada bulan Desember 1946 hingga Februari 1947, pasukan Belanda di wilayah Sulawesi Selatan melakukan aksi keji dengan membantai lebih dari 40 ribu rakyat sipil.

Menurut beberapa saksi mata yang masih hidup, aksi yang dikomandoi oleh Jenderal Raymond Pierre Paul Westerling ini dilakukan dengan cara yang amat sadis. Pria dewasa dikumpulkan di tengah lapangan dan disuruh membuat galian.

Setelah galian selesai dibuat, mereka akan langsung ditembak di tempat sehingga tubuh yang sudah tak bernyawa itu akan ambruk ke lubang galian. Dengan begini, para tentara akan lebih mudah mengubur orang-orang yang diduga sebagai penjahat dan para pejuang tersebut.

3.

Pembantaian massal jalan Anyer-Panarukan (1808-1809)

Pembantaian massal jalan Anyer-Panarukan (1808-1809) | republika.co.id

Gubernur Jenderal Herman William Daendel dikenal sebagai pemimpin yang bertangan dingin dan kejam. Di bawah kekuasaannya, para penduduk pribumi dipaksa untuk membangun jalan sepanjang 1.000 km.

Baca Juga: Selain Ditelan Lava Gunung Berapi, Inilah Kisah Tragis 5 Kota Mati yang di Dunia

Puluhan ribu orang yang dipaksa bekerja pun hanya diberikan makan seadanya sehingga banyak dari para pekerja yang sekarat saat bekerja. Mengetahui bahwa ada pekerja yang sekarat, pasukan Belanda tidak segan-segan langsung membunuh pekerja tersebut dan membuangnya di jalanan.

Jalan yang membentang dari Anyer hingga Panarukan ini setidaknya memakan korban lebih dari 12 ribu nyawa penduduk pribumi. Dengan komando tangan besinya, Daendels mampu menyelesaikan proyek pembangunan jalan ini hanya dalam waktu satu tahun.

Hal itu membuat atasannya, yakni Napoleon Bonaparte memberikan penghargaan kepada Daendels. Di sisi lain, proyek pembangunan jalan ini penuh dengan kepiluan yang amat pahit. Pramoedya Ananta Toer dalam salah satu karyanya mengatakan jika jalan raya ini dibangun dengan darah dan air mata yang tak habis-habis.

Baca Juga: Bukan Sekadar Fiksi, Ritual Sihir yang Berasal dari Agama Tertua Ternyata Pernah Ada!

Meskipun pada akhirnya jalan ini dapat dimanfaatkan oleh para penduduk, namun pada proses pembangunannya, jalanan ini sama saja seperti neraka, tempat puluhan ribu orang yang mati secara perlahan-lahan.

4.

Pembantaian etnis Tionghoa (1740)

Pembantaian etnis Tionghoa (1740) | tirto.id

Peristiwa genosida ini mungkin tidak diketahui oleh sebagian besar masyarakat, bahkan besar kemungkinan tidak diajarkan oleh guru-guru di sekolah. Akan tetapi, peristiwa pilu ini pernah terjadi di tanah Indonesia.

Pada saat itu, biro perdagangan Belanda (VOC) merasa telah kalah bersaing dengan biro perdagangan Inggris (EIC). Terlebih EIC yang berbasis di India mulai mengambil peran utama dalam perdagangan di Benua Asia. Lantas apa hubungannya dengan etnis Tionghoa?

Jadi, etnis Tionghoa kala itu mulai berdatangan dan berkembang di Indonesia. Mereka ini kebanyakan berprofesi sebagai pedagang. Melihat kenyataan ini, VOC lantas mengenakan banyak pungli dan pajak kepada para pedagang dari etnis Tionghoa. Tujuannya tidak lain agar VOC tidak rugi besar-besaran.

Baca Juga: Dikira Kecelakaan Biasa, Ternyata 5 Pesawat Sipil Ini Jatuh Dihantam Rudal

Merasa diperlakukan tidak adil, beberapa pemuda etnis Tionghoa lantas melakukan protes. Namun, protes ini tidak berujung lama karena Belanda membalas dengan tindakan yang lebih gila lagi. Pihak Belanda mulai melakukan provokasi terhadap warga lokal untuk membantai orang-orang Tionghoa.

Bahkan pihak Belanda mengadakan sayembara yang isinya kurang lebih Belanda akan memberikan hadiah kepada siapa saja yang berhasil memenggal kepala orang-orang etnis Tionghoa. Sejak saat itulah situasi mencekam dimulai.

Tentara Belanda juga turut menyisir area tempat orang Tionghoa tinggal. Mereka mendobrak dan menembaki siapa saja yang berada di dalam rumah secara membabi buta. Dalam tragedi ini, setidaknya lebih dari 7.500 jiwa melayang dengan cepat.

Baca Juga: Deretan Misteri Gunung Everest, hingga Sekarang Belum Terungkap!

Setelah kasus pembantaian ini terjadi, pihak Belanda lantas mengultimatum kepada orang-orang Tionghoa untuk membangun daerahnya sendiri. Mereka pun dilarang ke luar kota untuk melakukan perdagangan. Nah, itulah sejarah kenapa di tiap-tiap kota besar selalu ada pojok-pojok pecinan.

5.

Pembantaian Mandor (1943-1945)

Pembantaian Mandor (1943-1945) | www.dictio.id

Dengan misi membuat Jepang kedua, pasukan Jepang mulai mempersiapkan tempat sasaran. Hasilnya mereka memutuskan untuk menjadikan daerah Mandor yang terletak di Kalimantan Barat sebagai lokasi pendirian Jepang kedua.

Untuk melancarkan misinya, pemerintah Jepang mengirim pasukan untuk membantai siapa saja yang ada di wilayah tersebut. Sebanyak 20 ribu jiwa melayang akibat tragedi ini. Mayat para korban sengaja dikubur menjadi satu sehingga sulit untuk diidentifikasi.

Baca Juga: Potret Pilu Kematian Binatang karena Kekejaman Wisatawan

Menurut saksi mata, banyak penduduk yang berusia 12 tahun ke atas dikumpulkan di sebuah tempat. Mereka lalu dieksekusi dengan berbagai cara yang keji, misalnya ditembak, ditutup kepalanya dengan plastik sebelum akhirnya dipenggal dengan samurai, hingga mulut yang dimasuki air dari selang. Sementara bagi mereka yang berusia di bawah 12 tahun akan dididik dengan ajaran Jepang yang keras.

Sejarah mencatat jika tragedi ini dimulai pada 28 Juni 1944. Oleh sebab itu, tiap tanggal 28 Juni, pemerintah setempat melalui Perda yang dibuatnya memperingati tanggal tersebut sebagai Hari Berkabung Daerah. Orang-orang di Kalimantan Barat pun akan mengibarkan bendera setengah tiang sebagai bentuk penghormatan kepada para korban.

Artikel Lainnya

Itu dia deretan aksi pembantaian atau genosida yang pernah terjadi di Indonesia. Semoga sejarah ini menjadi pembelajaran buat kita semua agar tragedi serupa tidak terulang kembali di masa mendatang. Membayangkannya saja udah bikin kita semua ngeri, 'kan?

Tags :