Terbongkar, ini Sosok Profesor yang Beri Prabowo Info Kemenangan 62%!

Berikut sosok tersebut juga membeberkan sistem penghitungannya

Hasil KPU memang baru akan diumumkan 22 Mei mendatang, namun calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto sudah beberapa kali mengumumkan klaim kemenangannya dengan angka 62 persen.

Hal tersebut memunculkan polemik, salah satunya cuitan Andi Arief yang menyebutkan Prabowo disesatkan dengan info kemenangan 62 persen tersebut.

Sampai akhirnya kini tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga mengungkap siapa sosol di balik perolehan angka 62 persen kemenangan Prabowo.

Vasco Ruseimy, anggota BPN yang melalui vlog nya diketahui mewawancarai tokoh yang melakukan penghutungan suara untuk Prabowo-Sandiaga yang akhirnya jadi dasar klaim kemenangannya.

Diunggah dari channel YouTube pribadinya, Macan Idealis pada Rabu 8 Mei 2019 lalu, Vasco Ruseimy mengungkapkan sosok bernama Prof Laode lah yang ada dibalik perolehan angka 62 persen.

Vasco menjelaskan bahwa Prof Laode adalah salah satu dari antara tim pemenangan Prabowo-Sandiaga bersama dengan koalisi Adil Makmur lainnya. Prof Laode juga adalah sosok yang melakukan penghitungan perolehan suara untuk Prabowo-Sandiaga.

"Biar teman-teman tahu, beliau adalah koordinatornya, otaknya yang mengumpulkan dan mengkolek semua data C1 baik itu dari relawan dan yang lain-lain semua dikumpulkan untuk pemenangan tim Pak Prabowo-Sandi lah intinya dan partai koalisi," jelas Vasco.

Menanggapi cuitan Andi Arief yang menyebut kemenangan 62 persen menyesatkan Prabowo, Prof Laode membantahnya dan menegaskan bahwa yang disampaikannya pada Prabowo-Sandiaga adalah data-data valid.

"Setiap apa yang diucapkan oleh Pak Prabowo dan Sandi itu semuanya disuplai dengan data-data yang valid," ujar Prof Laode.

Prof Laode juga menjabarkan sistem yang digunakannya untuk mengumpulkan data C1. Sistem itu menggunakan pesan singkat atau SMS.

"Misalnya, ini yang dipersoalkan data 62 persen dari mana sih sekian jam," jelas Prof Laode.

"Itu buat kami sudah di jauh hari kita sudah buat sistem pakai SMS saja."

"Jadi setiap orang yang telah menusuk (mencoblos) itu ya, kemudian keluar C1-nya, langsung saja di kirim."

"Nah sistem itu dengan cepat sekali," tegasnya.

Menurut Prof Laode, sistem yang digunakannya sebetulnya sama dengan model quick count atau exit poll.

"Pas hari, sekian jam, kan (sama) sebetulnya model quick count atau exit poll saja itu sebenarnya" jawab Prof Laode.

Ia menjelaskan bahwa langkah selanjutnya yaitu mengumpulkan suara pilpres.

"Kemudian baru belakangan segera kita susuli dengan pekerjaan kita minta dari saksi-saksi, kemudian dari relawan satgas, relawan itu kan banyak, kemudian dari emak-emak juga, kemudian dari partai-partai," papar Laode.

"Semua segera mengumpulkan dan kita kumpulkan," imbuhnya.

Dirinya juga menuturkan bahwa hingga kini pihaknya tetap mengumpulkan data C1 tersebut.

"Jangan lupa empat hari setelah 17 April 2019 itu, orang enggak sadar pentingnya C1," tutur Laode.

"Kami sudah sadari itu, kami kumpulin sampai hari ini kita kumpulin terus-menerus dan pengumpulan itu kita sortir juga tentunya," lanjutnya.

"Nah dari situlah datanya lengkap," ungkapnya.

Artikel Lainnya

Dalam beberapa klaim kemenangannya, hasil Prabowo ini sempat menjadi pertanyaan, lantaran mayoritas lembaga survei yang melakukan quick count merilis hasil bahwa pasangan capres cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin lebih unggul dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Tapi hasil-hasil tersebut bukanlah hasil penentu. Hasil yang akan menentukan siapa presiden Indonesia lima tahun kedepan adalah yang dari KPU. Jadi mari semua bersabar hingga KPU mengumumkan hasil rekapitulasi nasional 22 Mei mendatang.

Tags :