SBY Blak-Blakan Bahas Sosok yang Akan Lawan Setiap Presiden Indonesia! Sempat Dekat dengan SBY
12 Maret 2019 by MoseslazSempat dekat dengan SBY, jadi sensi sejak tak dipilih jadi cawapres
Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Presiden Indonesia yang menjabat selama dua periode ini pernah menulis buku yang berjudul "SBY Selalu Ada Pilihan". Dalam buku tersebut SBY mengungkapkan adanya sosok atau tokoh yang kerap menentang siapapun. Bahkan disebutkan bahwa menentang adalah bagian dari kebahagiaan tokoh tersebut.
Selama menjabat Presiden selama dua periode di 2004-2009 dan 2009-2014, ia sering mendapatkan kritikan di beberapa aspek. Kritikan tersebut datang dari masyarakat, pengamat, sampai para politisi. Kritikan yang diterima SBY tersebut diantaranya megenai gaya kepemimpinannya sampai kebijakannya. Tak jarang kritik juga menyasar kepada hal-hal yang bersifat pribadi.
Di bukunya "SBY Selalu Ada Pilihan" disebutkan bahwa tokoh yang kerap mengkritik tersebut lebih dari satu. Tokoh tersebut juga akan melawan siapapun yang sedang menjadi pemimpin Indonesia.
"Ada juga tokoh, lebih dari satu, yang memiliki kebahagiaan untuk menentang dan melawan siapa pun yang sedang memimpin negeri ini," tulis SBY (Tribunnews.com).
SBY membicarakan tokoh yang dimaksudnya dengan para sahabatnya, salah satu teman SBY pun menyeletuk terkait kelakuan tokoh yang dibicarakannya. Sahabat SBY bahkan sampai menanyakan kapan tokoh tersebut akan berhenti melawan semua presiden di Indonesia.
Menurut pendapatnya, tokoh tersebut mungkin akan berhenti memiliki kelakuan semacam itu jika ia sendiri yang menjadi presiden. Sayang menurut SBY, Tuhan tak memberikan jabatan kepada tokoh yang sedang dibicarakan.
"Dia akan berhenti bertingkah laku dan berkata sengit seperti itu, jika dia sendiri yang jadi presiden. Cuma, Tuhan tidak kasih. Mengapa Tuhan tidak kasih, ya hanya Tuhan sendiri yang tahu," tulis SBY menirukan ucapan sahabatnya.
SBY menceritakan kejadian tersebut berawal saat pemilihan cawapresnya di Pilpres 2009 lalu. Beberapa tokoh sangat ingin menjadi cawapres dari SBY. SBY pun harus memilih karena jabatan tersebut hanya ada satu.
"Saya mengamati bahwa bagi yang tidak saya ajak, meskipun ada rasa kecewanya, pada prinsipnya bisa menerima," kata SBY dalam buku itu.
Namun, ada juga orang yang sudah terlanjur menganggap dirinya sebagai tokoh besar, dan merasa lebih dari pantas untuk menjadi wakil presiden.
"Beberapa kali memang ada kegiatan saya bersama yang bersangkutan," ungkap SBY.
Bahkan, SBY melanjutkan, hingga saat-saat akhir pemilu legislatif, meskipun yang bersangkutan tidak ada kontribusi, dan keringatnya bagi perjuangan politik SBY di Pemilu 2009, hubungan keduanya masih terjalin baik.
"Nah, sejarah berulang. Ketika tokoh yang amat ambisius itu tidak saya ajak, langsung ia balik kanan. Marah besar. Selanjutnya, dalam rangkaian Pilpres 2009 secara demonstratif menempatkan dirinya sebagai lawan. Hingga sekarang pun yang bersangkutan masih sengit terhadap saya," tulis SBY.
Dalam politik sendiri harus disadari bahwa perubahan keputusan sangat dinamis dan kapan saja. Seperti beberapa waktu lalu, Mahfud MD yang mengaku telah dipastikan menjadi cawapres dari Jokowi namun ternyata yang diumumkan adalah Ma'ruf Amin. Sisi positifnya Mahfud MD menyadari bahwa dalam politik insiden seperti itu tak bisa dihindari sehingga ia tidak sampai ada tendensi berlebih kepada Jokowi dan kubunya.