Luhut Beri Amplop Kiai Zubair Dianggap Beli Suara, GP Ansor: Awas Kualat!
04 April 2019 by Titis HaryoGara-gara salam tempel nih!
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan ramai menjadi perbincangan setelah video kunjungannya pada ulama sepuh asal Bangkalan, Kiai Zubair Muntasor viral di media sosial.
Dalam video tersebut, Luhut terlihat memberikan sebuah amplop putih pada Kiai Zubair yang diduga sebagai cara ‘membeli suara’. Namun, isu miring ini langsung dibantah oleh Ketua GP Ansor Kabupaten Malang.
Lalu, apa maksud Luhut beri amplop ya?
Tradisi sejak dulu
Dilansir dari VIVA, Selasa (2/4), Ketua GP Ansor Kabupaten Malang, Husnul Hakim Syadad menganggap aksi salam tempel yang dilakukan oleh Luhut adalah hal yang biasa.
Hal ini tida lepas dari tradisi sungkeman yang sudah ada sejak dahulu ketika seorang santri melakukan kunjungannya pada ulama sepuh.
“Tradisi sungkem ketika sowan ke Kiai itu sudah ada sejak dulu. Bukan hanya ketika jelang Pilpres,” ucap Husnul.
Tidak hanya amplop
Husnul juga menyebutkan tradisi sungkeman juga tidak melulu soal amplop saja. Namun, bisa berupa hasil pertanian.
Tradisi ini pun dianggap sebagai usaha menitipkan perjuangan pada para kiai yang dianggap berpengaruh.
“Hal ini diniatkan para santri atau masyarakat umum untuk titip kepada kiai dalam perjuangan. Kadang bukan hanya amplop yang diberikan. Tapi ada juga yag membawa hasil pertanian seperti pisang, padi, ayam, dan lainnya. Sudah tradisi itu,” jelasnya.
Jangan dipolitisasi
Husnul juga meminta pada semua pihak jangan mempolitisasi situasi ini hanya untuk kepentingan pribadi.
Dirinya juga menyebut jika Luhut begitu dekat dengan Kiai Zubair dan hanya ingin membantu memberikan perawatan saat melakukan kunjungan.
“Yang jelas itu adalah tradisi santri kepada kiainya di Jawa Timur. Jangan dimaknai uang politik,” ucap Husnul
“Apa yang dilakukan Pak Luhut itu, hanya sekeda sedikit memberi kepada kiai,” jelasnya.
Harap jangan ada fitnah pada kiai
Husnul pun meminta agar semua pihak jangan sampai membuat keriuhan atau bahkan sampai memfitnah kiai dengan cerita sogokan menerima amplop.
Karena para kiai sama sekali tidak pernah minta dikunjungi dan fitnah seperti ini sangat menyakitkan.
“Dari itu, tolong jangan sakiti kiai kami, dengan memfitnah kiai menerima sogokan atau menerima amplop,” ucapnya.
“Karena para kiai juga tidak pernah minta untuk dikunjungi. Jika memfitnah kiai, awas kualat. Santri di Jawa Timur jelas tidak terima jika kiainya disakiti apalgi difitnah,” tegas Husnul.
Jelang pemilu seperti ini memang setiap kunjungan akan bisa memberikan citra tertentu dan dihubungkan dengan unsur-unsur politik.
Namun, semua pihak harus bisa menahan diri agar tidak menimbulkan fitnah dan memperkeruh suasana.
Jadi jangan sampai isu seperti ini membuat perpecahan jelang pemilu yang akan diadakan 17 April mendatang ya!