Kisah Tragis Siswa SMK Hilang Selama 9 Tahun Sejak Magang Dulu, Kini Terungkap Penyebabnya

Hingga kini pun status beberapa siswa tersebut masih belum diketahui

Baru-baru ini hilangnya seorang murid kelas 2 SMKN 1 Sanden, Bantul, Yogyakarta selama 9 tahun tengah jadi perbincangan hangat.

Kronologinya bermula pada tahun 2009, wali murid kelas 2 SMKN 1 Sanden dikumpulkan pihak sekolah guna mengikuti sosialisasi rencana praktik kerja lapangan (PKL).

Data Siswa SMK yang dipaksa jadi ABK di Bali | kumparan.com

Pada rencana awal, para siswa kelas 2 akan diberangkatkan ke Pekalongan, Jawa Tengah, selama tiga bulan lamanya. Tapi rencana tersebut diubah pihak sekolah jadi ke Tanjung Benoa, Bali denan alasan Tanjung Benoa adalah pelabuhan internasional.

Saat sosialisasi tersebut, dikenalkanlah Mugiri, yang disebut sebagai guru pembimbing. Anak-anak yang PKL ke Bali dijanjikan mendapatkan uang Rp 4 juta hingga Rp 8 juta.

Orangtua pun setuju rencana tersebut, termasuk membayar Rp 2,25 juta untuk biaya keberangkatan para siswa. Oleh Mugiri, para siswa yang akan PKL diminta mengurus KTP, padahal para siswa masih berusia 16 tahun.

Namun akhirnya pada 2 Maret 2010, Riswanto Hadiyas, ayah salah satu orang siswa SMKN 1 Sanden menerima surat dari PPT Sentra Buana Utama. Surat tersebut menyebut ahwa KM Jimmy Wijaya telah hilang kontak per 6 Februari 2010 pukul 04.00.

Dalam surat tersebut juga dijelaskan bahwa Agiel bekerja di kapal tersebut sejak 27 Fenruari 2010. Setelah menerima surat tersebut, dia segera mendatangi sekolah tanpa memberitahu hilangnya kapal yang ditumpangi anaknya.

Saat dia bertanya, sang kepala sekolah berkata bahwa siswa yang PKL semuanya baik-baik saja.

"Waktu itu dijawab baik-baik saja. Saya tanya kerja di mana anak saya, dan dijawab baik-baik saja. Surat (dari perusahaan) saya banting di meja, begitu baca gemetar," ucapnya dikutip melalui Tribunnews.com.

Riswanto kemudian langsung berangkat ke Bali untuk mencari anaknya. Setelah melalui proses yang rumit akhirnya ia mendapatkan bukti kontrak kerja anaknya selama 6 bulan.

Perusahaan menjelaskan padanya bahwa telah mendapatkan tenaga kerja dari calo tenaga kerja. Perusahaan menerima mereka bekerja karena memiliki KTP, yang ternyata palsu.

Selain itu, perusahaan tidak tahu bahwa mereka adalah siswa yang PKL. Dari puluhan siswa yang berangkat, tiga orang siswa tidak diketahui nasibnya karena kapal yang ditumpanginya hilang.

Riswanto kemudian mendatangi Kementerian Hukum dan HAM bahkan sampai menghubungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian dibuatlah surat tembusan ke Polda Bali dan Polda DIY.

Kepala sekolah dan guru divonis bebas. Adapun Mugiri yang sempat disebut sebagai guru pembimbing adalah seorang calo tenaga kerja, ia dijatuhi hukuman penjara.

Lucia Martini, orangtua dari Ignatius Leyola Andinta Denny Murdani yang juga hilang meyakini bahwa anaknya masih hidup.

"Sebagai seorang ibu, saya percaya dia masih hidup tapi entah di mana. Saya berharap Denny mengetuk pintu rumah," katanya.

"Feeling saya, belum (meninggal), belum pernah bertemu lewat mimpi. Hatiku juga masih tenang dan tidak deg-degan. Kapan waktu Denny akan pulang. Saya masih mengharapkan pulang, ada mukjizat Tuhan. Setiap sembahyang, saya selalu mendoakan," ujarnya.

Lucia Martini menunjukkan sertifikat milik anaknya, Ignatius Leyola Andinta Denny Murdani. Denny hilang kontak saat mengikuti PKL di Bali 9 tahun lalu.
Lucia Martini menunjukkan sertifikat milik anaknya, Ignatius Leyola Andinta Denny Murdani. Denny hilang kontak saat mengikuti PKL di Bali 9 tahun lalu. | www.tribunnews.com
Artikel Lainnya

Kejadian yang sungguh menggetarkan hati, kehilangan sesuatu yang berharga bertahun-tahun terlebih kondisinya tak diketahui tentu menyakitkan bagi para orangtua yang anaknya menghilang 9 tahun lalu. Kini harapannya tentu kasus ini selesai dengan kondisi semua anak yang hilang bisa diketahui orangtuanya masing-masing.

Tags :