Kaisar Rangga : Sejak PD 2, Negara Baru Wajib Sowan Dulu ke Sunda Empire!
23 Januari 2020 by refa dewaNegara yang baru merdeka, mereka sowan ke Sunda Empire!
Menjamurnya kerajaan-kerajaan fiktif di tanah air memang cukup membuat risau masyarakat, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Salah satunya seperti fenomena kemunculan Sunda Empire yang digagas pertama kali oleh Rangga Sasana, pria yang sekaligus menjabat sebagai kasiar dari Sunda Empire.
Lewat saluran Indonesia Lawyers Club (ILC) di YouTube, Selasa (21/1/2020), Kaisar Rangga sapaan akrabnya menjelaskan terkait Sunda Empire, baginya Sunda Empire dengan kerajaan lain, contoh seperti Keraton Agung Sejagat (KAS) di Purwokerto adalah dua entitas yang berbeda, hemat kata, Rangga tidak mau Sunda Empire disamakan dengan KAS yang kabarnya sang raja telah diciduk oleh pihak kepolisian.
Lebih lanjut menurut sang kaisar, sebenarnya dalam tubuh Keraton Agung Sejagat ada beberapa paham yang salah, bahkan kaisar setuju jika akhirnya sang raja, Totok Santoso tinggal di hotel prodeo (dipenjara).
Kalau saudara Totok tadi menyebut tentang adanya dek, saya tidak tahu tentang adanya dek, ujar Rangga Sasana.
Jadi apa yang saya nilai diposisi saudara Totok dengan Keraton Agungnya itu adalah sudah menyalahi aturan di luar sistem Sunda Empire, jadi harus dihukum, tambah Rangga.
Baca juga : Kaisar Sunda Empire Klaim Bisa Hentikan Perang Nuklir!
Kesalahan lain menurut Rangga dari KAS adalah saat menabiskan kerajaan, pihak KAS tidak meminta izin terlebih dahulu kepada Sunda Empire.
Sunda Empire telah menegaskan setelah perang dunia kedua, tidak ada satupun negara atau pemerintahan yang didirikan tanpa izin Sunda Empire, tambah Rangga Sasana.
Tak hanya itu saja, dalam acara yang dihadiri beberapa tokoh seperti mantan Menpora, Roy Suryo dan Budayawan Jawa Barat Dedi Mulyadi, Kaisar Rangga secara terang-terangan berseloroh jika Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations, itu sebenarnya didirikan di Bandung.
Mendengar pernyataan tersebut, tanpa menunggu lama Roy Suryo pun tertawa terbahak-bahak tiada henti.
Bahkan sang kaisar menyebut jika nantinya sang pemimpin dunia atau yang disebut Deris Seventeen yang diklaim adalah petinggi Vatikan, Paus Paulus, akan dilengserkan dan diganti oleh Sunda Empire pada Selasa (21/1/2020).
Siapa itu Deris Seventeen? itu adalah Vatikan, Paus Paulus pada hari ini yang masih menjabat, kata Rangga.
Namun, kepimpinnan Paus Paulus akan berakhir sehingga Sunda Empire lah yang akan menggantikannya, lanjutnya
Baca juga : Pernyataan Kontroversial Petinggi Sunda Empire, Sebut PBB dan Pentagon Lahir di Bandung
Pada tanggal 15 Agustus 2020 berakhir tugasnya, maka kami menyiapkan sebagai Dinasti Padjajaran untuk kembali menarik apa yang menjadi tugas daripada tatanan bumi saat itu, jelas Rangga.
PBB lahir di Bandung, Pentagon lahir di Bandung, perlu tahu sejarah Indonesia nanti.
Kalau misalkan tadi Mas Roy Suryo mengatakan Isola tadi itu salah, memang betul Isola itu Internasional Soldier Leader itu lahirnya NATO di sana Bandung, PBB di Bandung lahirnya, jelas Rangga.
Enggak, jawab Roy Suryo.
Berarti itu belum mengenal sejarah, balas Rangga.
Mendengar perkataan seperti itu kepada Roy, Roy malah menimpali dengan kembali tertawa terbahak-bahak.
Hahhahahahahaaha, tawa Roy Suryo.
Dengar, imbau Rangga.
Kacau ini halu ini, jawab Roy Suryo.
Tanggapan Dedi Mulyadi
Selesai urusan dengna Roy, tak lupa budayawan Sunda, Dedi Mulyadi juga menyebut keberadaan Sunda Empire pada dasarnya hanyalah fenomena psikologi sosial, meski dalam acara tersebut, Dedi lantas mengakui kalau dirinya baru pertama kali mendengar nama tersebut.
Saya baru mendengar yang namanya Sunda Empire, karena bagi orang Sunda kerajaan itu tidak dikenal ucap Dedi
Orang Sunda lebih mengenal Kerajaan Padjadjaran, Tarumanegara, kemudian Sumedang Larang, lanjutnya.
Menurut Dedi, kerajaan-kerajaan masa lampau yang barusan disebutnya itu lebih valid karena secara historis memiliki catatan yang baik dan memiliki tujuan yang baik.
Orientasi pada kekayaan tidak terlalu tinggi, malah hampir tidak ada, ucap Dedi.
Tapi orientasinya membangun peradaban hidup dalam kesetaraan yang dibangun dalam semangat silih asah, silih asih, dan silih asuh, imbuhnya.
Bahkan lanjut Dedi, kerajaan-kerajaan kuno di Sunda malah memberikan warisan kepada masyarakat Sunda modern.
Sebenarnya kan kebanyakan orang yang terobsesi terhadap masa lalu itu tidak memahami sejarah secara utuh, jelas Dedi.