Gempar Pembunuhan Sadis di Jakarta, Wibu Dianggap Jadi Penyebab Psikopat. Benarkah?

Pembunuhan sadis di Sawah Besar, Jakarta Pusat gara-gara wibu? | keepo.me

Citra wibu yang dahulu bau bawang kini berubah menjadi sadis?

Aksi pembunuhan keji nan sadis pada APA, bocah berusia 5 tahun yang dilakukan oleh remaja berinisial NF (15) terus menjadi sorotan baik di publik maupun di media sosial. Hal ini tidak lepas dari adanya kecenderungan perilaku psikopat yang diperlihatkan pelaku.

Pelaku sendiri mengaku bila aksi kejinya itu dilakukan karena terinspirasi film-film fiksi bertemakan pembunuhan. Melihat ini, para warganet bahkan mengaitkan kebiasaan pelaku yang juga hobi melakukan cosplay hingga dilabeli sebagai seorang wibu menjadi cikal bakal perilaku psikopat.

Namun, benarkah menjadi seorang Wibu itu bisa membuat kita menjadi psikopat?

1.

Pembunuhan sadis bocah di Jakarta

NF, pelaku pembunuhan sadis di Sawah Besar disebutkan hobi melakukan cosplay dan dikaitkan dengan wibu. | facebook.com

Pembunuhan yang dilakukan oleh NF menjadi sebuah kasus yang menyedot perhatian banyak orang, baik kepolisian hingga masyarakat umum. Bahkan, beberapa praktisi hukum pun dibuat tercengang dengan aksi brutal tersebut.

Bagaimana tidak? NF tega membunuh APA yang tak lain adalah tetangganya sendiri dengan cara yang begitu keji. Dia bahkan meniru beberapa adegan pembunuhan dalam film Slender Man dan Chucky sebagai inspirasinya.

Baca Juga: Geger Video Siswi Dilecehkan di Kelas, Dada Diremas 4 Teman Hingga Tak Berdaya!

Skema pembunuhan itu pun tergolong sangat rapi, NF merencanakan aksi kejinya dengan membuat gambaran yang jelas dalam buku diary-nya.

Bahkan, saat pelaku menyerahkan diri kepada polisi, tak ada raut penyesalan sedikitpun yang muncul dari mimik mukanya.

Dia juga tampak menikmati perannya sebagai pembunuh dengan menyempatkan mengunggah instastory bahwa para polisi yang menangkapnya adalah orang baik.

Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Heru Novianto pun menjelaskan secara rinci bagaimana cara NF menghabisi nyawa APA dengan sangat keji.

“Cara menghilangkan nyawanya yaitu dimasukkan ke dalam bak. Jadi si anak ini diajak ke kamar mandi, kemudian disuruh mengambil mainan yang ada di dalam,” jelasnya seperti dikutip dari Detik.com, Sabtu (7/3).

“Setelah anak itu diangkap, dimasukkan bak baru ditenggelamkan. Sekitar lima menit dia nongol, tenggelamkan lagi, dengan dicolok mulutnya,”

Creppy? Jelas, hal yang sangat tidak normal untuk dilakukan oleh seorang remaja yang masih berusia 15 tahun. Tak heran membuat banyak orang bertanya-tanya, apa yang ada didalam benak gadis belia ini.

Sejumlah warganet pun sempat menyebut bila perilaku NF merupakan dampak dari kebiasaannya yang berlebihan menyukai sesuatu.

Sekedar informasi, NF yang merupakan siswi SMP di salah satu sekolah di Jakarta memiliki hobi sebagai cosplayer, sebuah seni memerankan tokoh-tokoh dalam komik maupun film.

Hal ini juga ditunjukkan dari beberapa unggahannya di media sosial yang kerap mengenakan beragam kostum maupun topeng.

Tak heran, sejumlah isu liar pun bermunculan, dimana NF disebut memiliki rasa psikopat akibat perilakunya ini.

Baca Juga: Update Positif Covid-19, Pemerintah Klaim Sudah 6 WNI Terinfeksi Virus Corona!

2.

Emang beneran wibu itu jahat?

Salah satu unggahan status pelaku dalam instagram pribadinya. | twitter.com

Munculnya stigma dari warganet yang melabeli pelaku pembunuhan sadis di Sawah Besar sebagai wibu psikopat memang terus mengalir deras.

Namun, sebuah pertanyaan muncul, emang bener seorang wibu itu selalu jahat dan selalu memiliki konotasi negatif di dalam lingkungan sosial?

Mari kita telisik lebih dalam menurut definisi wibu atau weeaboo. Berdasarkan dafunda.com, wibu adalah salah satu sebutan bagi para pecinta anime atau juga manga yang berasal dari Jepang yang over fanatik.

Mereka kerap memperlihatkan bagaimana mereka menyukai sebuah hal fiksi dengan menampilkannya di tengah-tengah masyarakat atau pertunjukan cosplay. Hal ini lah yang kadang membuat para wibu terlihat begitu aneh dalam masyarakat.

Baca Juga: Sadis! PSK Tewas Bersimbah Darah di Hotel Yogyakarta, Pembunuh Terekam CCTV

Tapi dalam dunia ‘per-wibu-an’ sendiri, ada beberapa tingkatan yang cukup berbeda-beda bagi seorang wibu lho.

Pertama, ada yang namanya Otaku. Penggemar dalam level ini biasanya tidak menunjukkan kefanatikannya secara berlebihan. Kebanyakan mereka hanya akan menyalurkan rasa sukanya pada suatu hal dengan mengkoleksi miniatur, buku manga, atau CD game saja.

Lalu ada Nijicon, kelompok fans berat manga ini berada pada tingkatan yang lebih ekstrim dibandingkan dengan Otaku. Bagaimana tidak, mereka bisa menciptakan fantasi animenya dalam dunia nyata.

Bahkan tak sedikit, seorang wibu yang sudah dalam tahap Nijicon, bisa menikahi karakter kesukaannya sendiri di dunia nyata.

Yang terakhir ada Hikikomori atau juga dikenal sebagai NEET. Level kecintaan dan fanatismenya mungkin sudah melebihi dua level tadi, dimana seseorang yang sudah menjadi Hikikomori akan melupakan kehidupan dunia nyatanya dan beralih penuh pada fantasi anime.

Orang yang sudah berada dalam tahap Hikikomori ini akan memaksakan seluruh fantasi animenya menjadi sebuah kenyataan dan tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya.

Melihat hal ini, konteks wibu sebagai sebuah kejahatan karena memicu tindakan psikopat sepertinya tidak terlalu benar.

Karena beberapa karakter wibu nyatanya masih dianggap normal oleh banyak orang. Beberapa warganet yang mengaku wibu pun cukup kecewa dengan adanya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh NF.

Seperti warganet bernama @widsassatyo, dia merasa labelling psikopat pada kelompok wibu sudah terlalu berlebihan.

“Wibu tuh udah kena stereotip macem2. Mulai bau bawang sampe pedophile. SKrg malah ketambahan stigma psikopat. Belom lg kalo pak wapres kita atau MUI ikut angkat bicara haramkan anime. Stop it. Anime is just an entertainment. Watching them don’t make you a killer. Period,”

Para wibu sendiri juga saat ini mencoba tetap tenang dan tidak terpancing terkait banyaknya isu dan stigma yang menyudutkan mereka.

Toh, melakukan justifikasi dan generalisasi dalam kasus pembunuhan ini pada suatu kelompok tertentu bukanlah solusi dan malah bisa memperkeruh suasana.

3.

Wibu dan psikopat adalah hal yang berbeda

Catatan tangan NF yang ditemukan polisi usai melakukan olah TKP pembunuhan di Sawah Besar. | megapolitan.kompas.com

Sementara itu, aksi NF jelas-jelas mengarah pada perbuatan psikopat. Caranya yang begitu sadis, dingin saat menyerahkan diri ke polisi, dan sudah memiliki skema yang begitu matang dalam melancarkan aksi pembunuhan.

Namun, apa benar remaja berusia 15 tahun ini sudah benar-benar menjadi seorang psikopat seperti tokoh jahat Joker dalam DC Universe?

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), psikopat merupakan sebuah gangguan mental yang berada di bawah Antisocial Personality Disorders (ASPD).

Setiap aksi seorang psikopat biasanya identik dengan hal-hal yang berbau manipulatif dan menipu. Pengidap gangguan mental ini juga biasanya sering melakukan hal-hal yang terhubung dengan kekerasan.

Sampai sini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tak ada dasar menjadi seorang wibu membuat NF menjadi pembunuh dan psikopat. Jelas, ini berasal dari diri dan kepribadian pelaku, bukan kebiasaannya.

Sejumlah bukti yang diamankan polisi berupa gambar dan diary penuh kekerasan yang ditulis oleh NF juga menunjukkan adanya kelainan mental lain.

Apalagi mengetahui NF malah terlihat senang ketika dirinya berhasil membunuh seorang anak hingga akhirnya mendapatkan perhatian banyak orang.

Dilihat dari kacamata psikologis, maka ada kemungkinan besar bila NF juga mengalami gangguan mental Narsistik.

Seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (24/1/2018), seorang psikoterapis asal Miami, Whitney Hawkins menyatakan bila seorang yang mengalami narsistik tidak khawatir dengan pandangan orang lain terhadap dirinya.

Bahkan, para narsistik siap bermuka tembok dan tidak merasakan penyesalan ketika melakukan sebuah kesalahan.

“Orang-orang ini tidak khawatir dan juga tak memiliki pandangan lain atas apa yang mereka lakukan. Artinya, mereka tidak merasakan rasa bersalah atau penyesalan terhadap yang mereka lakukan,”

Sekali lagi, teori psikologis terkait gangguan mental ini cukup membuktikan bahwa wibu bukanlah pemicu seorang melakukan kejahatan.

Malah dengan menggunakan kedok sebagai wibu, NF mencoba menyembunyikan dan memanipulasi pandangan orang tentang dirinya.

Fakta ini seharusnya sudah cukup untuk menghentikan warganet mengaitkan wibu dengan aksi psikopat yang dilakukan oleh NF dalam melancarkan aksi pembunuhan sadisnya di Sawah Besar.

Artikel Lainnya

Tak ada yang salah menjadi seorang wibu, yang salah adalah ketika kita malah mencari kambing hitam atas perbuatan jahat seseorang yang itu dilakukan oleh dirinya sendiri.

Jadi berhentilah kita menyalahkan sebuah kelompok tertentu dan melakukan generalisasi pada orang-orang yang memiliki kesamaan dengan pelaku. Karena, belum tentu setiap orang memiliki sisi jahat yang sama.

Tags :