Disembah Sejak 1974, Pengeran Philip Meninggal Suku di Vanuatu Bingung Pilih "Dewa" Pengganti
22 April 2021 by Christie Stephanie KalangieSuku di Vanuatu berduka dan bingung pilih "Dewa" pengganti saat tahu Pangeran Philip meninggal
Pertama dikunjungi pada tahun 1974, warga desa terpencil di Pasifik Selatan langsung meyakini Duke of Edinburgh, Pangeran Philip sebagai Tuhan. Mereka pun “menyembah”-nya secara religius.
Menyusul kepergiannya akhir pekan lalu, hingga kini warga Desa Yakel di salah satu pulau Vanuatu, Tanna masih bingung menentukan pengganti.
Masih bingung mencari pengganti Pangeran Philip
Beberapa dekade menghormati Philip yang meninggal di Kastil Windsor, Sabtu (10/04/2021) di usia 99 tahun, warga saat ini masih menunggu fatwa para tetua untuk menentukan siapa pengganti pemimpin spiritual mereka.
Selama bertahun-tahun, penduduk di Desa Yaohnanen dan Yakel, Pulau Tanna, menjadikan Duke of Edinburgh sebagai dewa.
Jiwa Pangeran Philip masing terombang-ambing mencari hunian baru
Kepala Desa Yakel, Albi, mengaku tidak tahu bagaimana kematian Pangeran Philip akan berdampak pada kegiatan keagamaan mereka.
Mereka yakin arwah sang bangsawan saat ini tengah terombang-ambing dan mencari tempat hunian baru.
Banyak pihak luar yakin bahwa putra Philip, Pangeran Charles, ataupun dua cucunya, Pangeran William dan Pangeran Harry, akan menjadi "dewa".
Namun, Albi mengaku tidak tahu siapa yang bakal sesungguhnya menggantikan Philip.
"Jiwa Pangeran Philip memang sudah meninggalkan tubuhnya. Namun, masih terlalu dini untuk mengatakan ke mana dia akan berlabuh," ucap Albi.
Banyak tetua desa percaya, Charles yang bergelar Prince of Wales (Putra Mahkota Kerajaan Inggris) akan menggantikan ayahnya, karena ia sudah mendapatkan gelar Mal Menaringmanu dalam kunjungan ke Port Vila, ibu kota Vanuatu, pada 2018.
Para pemimpin suku menyatakan, mereka sudah mengirimkan pesan kepada kerajaan setelah Philip meninggal, tanpa menjabarkan isinya.
Meyakini Pangeran Philip sebagai roh berkulit pucat
Gerakan pemujaan Pangeran Philip diyakini dimulai pada akhir tahun 1970-an setelah kunjungan Duke of Edinburgh ke Vanuatu pada tahun 1974, kala itu masih bernama Hebrides Baru.
Pejabat Inggris yang kemudian menyelidiki fenomena tersebut menyimpulkan keyakinan warga dipicu legenda kuno tentang kembalinya seorang putra Tanna yang berkulit pucat.
Saat mengetahui Philip yang berdarah Yunani tidak lahir di Inggris, Prancis atau Amerika Serikat, mereka memutuskan bahwa Duke pastilah berasal dari Tanna.
Para pemujanya percaya bahwa Philip berasal dari Tanna dan menikahi perempuan paling kuat di dunia, dan kembali membawa uang banyak.
Para antropolog mengatakan gerakan pemujaan merupakan cara warga desa di pulau vulkanik yang subur tersebut untuk menemukan hubungan spiritual dengan dunia luar.
Kisah suku lain yang juga mengagungkan Pangeran Philip
Di desa lain sempat pula tercatat adanya gerakan John Frum, kultus serupa yang berasal dari kemunculan orang asing berkulit pucat di tahun 1930-an.
Seperti warga Suku Yaohnanen di pulau Tanna, Vanuatu yang sangat terpukul dengan berita kematian Pangeran Philip telah memulai proses berkabung dengan ritual yang bisa berlangsung selama berminggu-minggu.
Penduduk pulau tengah terlelap ketika dunia dikejutkan kabar kematian Duke of Edinburgh pada Jumat malam waktu Inggris. Warga Vanuatu sendiri baru mengetahuinya keesokan paginya.
Mereka tidak mengetahui kabar duka itu sampai seorang wanita dari resor terdekat memberitahu salah seorang warga pada Sabtu sore.
Kesedihan pun menyelimuti seisi desa. Warga baik perempuan maupun laki-laki berurai air mata dan hanya bisa saling menghibur.
Sambil memegang foto yang menunjukkan momen pertemuan warga dengan Philip, Kepala Desa Yapa mengaku telah memberi ucapan duka untuk Ratu.
"Tahun 2007 kami dibawa ke Inggris, hubungan warga Pulau Tanna dan orang Inggris sangat erat. Kami mengirimkan pesan belasungkawa kepada Keluarga kerajaan dan rakyat Inggris."
Meski dikenal akan reputasi politiknya yang kurang baik, Philip begitu dipuja oleh penduduk setempat.