Anggota Dewan Pembina Gerindra ini Sebut Gabung Jokowi Sama Saja Gali Kubur Sendiri!

Mulyadi
Mulyadi | news.detik.com

Gali kubur sendiri!

Kekalahan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memang tidak serta merta bisa diterima oleh para pendukungnya, hal ini bisa dibuktikan usai Pilpres 2019, Kubu 02 tetap memperjuangkan haknya lewat pengajuan Gugatan Sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi, meski ujung-ujungnya berakhir pahit, semua gugatan kubu 02 ditolak oleh MK.

Menyikapi kenyataan seperti ini, penolakan gugatan yang dilayangkan oleh MK tentu membuat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Kubu 02 yang digawangi beberapa partai otomatis membubarkan diri, bahkan bubarnya partai koalisi ini pun juga dibarengi dengan pernyataan ketua umum Partai Gerindra, Prabowo agar para partai pendukung menentukan nasibnya kedepan masing-masing.

Meski telah resmi bubar, namun ajakan untuk tetap menjadi oposisi juga muncul dari salah satu partai pendukung, sebut saja PKS, pihaknya tetap menginginkan partai koalisi pengusung Prabowo-Sandi tetap solid dan berada sebagai opisisi di pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.

Baca juga : PKS tetap setia sama koalisi Prabowo

Namun, ajakan untuk tetap menjadi oposisi juga ditanggapi beragam oleh Partai Gerindra, lewat Ketua DPP Partai Gerindra, Habiburokhman, menyebutkan jika oposisi sebenarnya tidak ada dalam pemerintahan yang menganut sistem presidensial.

Baca juga : Anggota Gerindra ini sebut tak ada oposisi dalam sistem presidensial

Pendapat Wabin Gerindra

Perbedaan pandangan pasca pilpres tentu sangat menyita perhatian para petinggi partai koalisis yang mengusung Prabowo-Sandi, salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Mulyadi, pihaknya memandang partai yang dimpin oleh Prabowo Subianto itu haruslah tetap menjadi oposisi. Mulyadi bahkan menyebut kalau Gerindra bakal menggali kuburan sendiri jika bergabung ke petahana (Jokowi).

Mulyadi kemudian menjelaskan posisi oposisi di dalam pemerintahan sebenarnya bukan untuk kepentingan elitis belaka, tapi lebih menjadi pion penting dalam pembangunan bangsa, alasannya Gerindra adalah harapan dan tempat tujuan perjuangan bagi Prabowo Subianti, sebab para pendukung 02 dalam Pilpres 2019 kemarin tidak memberikan pengorbanan luar biasa baik materi, hingga tenaga.

Proses bernegara harus berjalan dengan mekanisme yang sehat, maka peranan oposisi menjadi fungsi dalam checks and balances dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan konstitusi. Partai Gerindra harus mengambil peranan itu sebagai bagian pengabdian dengan cara mengawal proses bernegara, kata Mulyadi dalam keterangan tertulis, Kamis (4/7/2019).

Gerindra, kata Mulyadi, harus bersabar dengan menjadi oposisi selama lima tahun ke depan. Dia meminta Gerindra menghormati perjuangan para pendukung militan Prabowo.Jangan pernah mau hanya dibarter dengan posisi jabatan tapi menghancurkan masa depan, kata Mulyadi.

Mulyadi
Mulyadi | news.detik.com
Artikel Lainnya
Mulyadi
Mulyadi | news.detik.com

Mulyadi justru memiliki penilaian sendiri soal ajakan dari koalisis 02 (Jokowi), menurutnya, ajakan itu merupakan cara partai pendukung petahana untuk mematikan masa depan Gerindra.

Keinginan koalisi pendukung pemerintah untuk mengajak bergabung buat saya adalah strategi untuk mengubur masa depan Partai Gerindra di tahun 2024 karena hilangnya kepercayaan pendukung militan Pak Prabowo, Pak Sandi, dan Partai Gerindra, sebut dia.

Meski demikian, Mulyadi tetap mengakui rekonsiliasi antara Prabowo dan Jokowi adalah hal yang utama demi kepentingan bangsa, akan tetapi Mulyadi tidak setuju dengan beberapa alasan terkait rekonsiliasi tersebut.

Jadi jangan beralasan konyol dengan dalih untuk menyelamatkan pendukung 02 yang masih dianggap bermasalah dengan proses hukum, kemudian ada elite yang getol berupaya menggiring Gerindra masuk koalisi pendukung pemerintah tapi tidak sadar elite tersebut sedang menggali kuburan untuk masa depan partai dan aset kader yang punya potensi untuk memiliki peranan penting di negeri ini, ucap dia.

Tags :