Corona Versi Alvi Ananta: Comunitas Rondo Merana. Segitunya Banget sih Mau Tenar?
03 Maret 2020 by Ade WismoyoUdah aji mumpung, nggak bersimpati, tambah merendahkan status janda, lantas faedahnya apa?
"Corona, virus dari China
Comunitas rondo merana
Corona, merambah dunia
Komunitas janda yang membuat resah
Para istri yang sering ditinggal kerja
Padahal Suaminya di luar berkencan dengan Corona"
Barisan lirik di atas adalah bagian refrain dari lagu Corona yang lagi anget-angetnya dipergunjingkan orang-orang. Lagu ini terdengar ‘sexy’ karena memuat dua kata kunci yang menarik perhatian yaitu Corona dan janda. Bagaimana nggak menarik? Siapa sih yang nggak tahu Corona, virus yang sekarang lagi ganas-ganasnya mewabah di Tiongkok dan menyebar di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia!
Mendengar kata Corona aja rasanya udah ngeri-ngeri sedap karena banyak banget informasi soal virus ini yang berseliweran di media sosial tanpa diketahui benar atau salahnya. Bukannya mencerahkan, kebanyakan malah bikin masyarakat tambah panik. Tapi bagi sebagian orang, kemunculan Corona justru dijadikan aji mumpung buat kepentingan mereka. Corona menjadi diksi baru yang dianggap ‘sexy’ buat jadi judul video Youtube atau bahkan judul lagu dangdut.
Segala cara dilakukan segelintir kaum aji mumpung-ers biar ‘Corona’ jadi menu yang menggiurkan untuk dihidangkan pada khalayak yang lagi ngulik-nguliknya sama virus Corona. Para aji mumpung-ers ini akan membungkus konten mereka se-ciamik mungkin biar orang-orang berbisik dalam hati, "wah ada apa lagi nih?"
Produk Aji Mumpung Virus Corona
Lagu yang liriknya saya tulis di atas adalah salah satu ‘produk’ ke-booming-an Corona yang dikemas secara cerdik namun sayangnya kurang mendidik. Kenapa?
Kalau kata warganet sih, lagu ini nggak punya simpati. Selain terkesan menari di atas ketakutan orang terhadap virus COVID-19, isi lagu ini juga dinilai menghina para janda.
“Ya ampun nggak ada simpatinya sama para korban wabah, malah bikin lagu begituan,” tulis salah seorang warganet.
“Gue janda dan gue nggak suka ye denger lagu ente,” tulis warganet lain.
Baca Juga: Niat Mempekerjakan Malah Kena Apes, Deretan Artis Ini Pernah Kena Tipu Asisten Sendiri
Dilansir dari Detik.com, Keluarga Migran Indonesia (KAMI) Banyuwangi resmi melayangkan somasi untuk pedangdut Alvi Ananta selaku penyanyi lagu Corona dan juga produsen serta pencipta lagu. Perwakilan KAMI menyebut lagu tersebut melukai perasaan banyak pihak termasuk para tenaga kerja migran yang bekerja di negara endemik Corona.
“Alangkah baiknya dihapus. Karena lagu itu sangat menyakiti para tenaga kerja migran Indonesia, khususnya Banyuwangi,” ucap Ahmad Kholik, ketua KAMI Banyuwangi dikutip dari Detik.com.
Saya juga sepakat sama komentar para warganet. Selain tak bersimpati pada orang-orang yang terkena virus, lagu ini memakai kata Corona sebagai judul tanpa memperhatikan korelasi dengan isi lagunya. Kata Corona bahkan dibuat akronim dari Comunitas Rondo Merana atau komunitas janda merana. Kalimat-kalimat dalam lagu ini pun bisa dibilang sangat merendahkan status janda karena menggeneralisasi semua janda kerjaannya menggoda suami orang. Jelas salah besar sist!
Janda-janda yang saya kenal justru mereka yang sedang berjuang mencari nafkah demi menyambung hidupnya dan anak-anak yang dicintai. Eh ini malah seenak jidat menganalogikan janda dengan virus Corona yang merebak dimana-mana dan bikin resah. Anda salah besar, wahai mbak Alvi beserta produser dan pencipta lagu ini. Istilah ‘pelakor’ kayaknya lebih sesuai dengan sosok yang dimaksud dalam lagu itu, tapi gimana ya, dalam kondisi seperti sekarang ini ‘Corona’ is even sexier than ‘Pelakor’!
Ya kalau memang mau bikin lagu berdasarkan inspirasi virus Corona ya buatlah secara baik dengan memperhatikan sisi etisnya. Kalau judulnya Corona ya liriknya buat aja misalnya tentang asal muasalnya, cara mencegah atau cara menangani virus ini. Kan bagus tuh, lagunya bisa mengedukasi masyarakat syukur-syukur bisa membantu menghambat penyebaran virus.
Apa kabar lagu ini? Informasi yang ditulis aja cuma ‘virus dari Cina’, selain terkesan rasis, kayaknya nggak ada nilai lebih deh dari informasi yang satu ini.
Baca Juga: Ingin Dinotice, Seorang Fans Ancam Culik dan Perkosa Syifa Hadju
Nggak belajar dari kasus mereka-mereka ini sih
Baik penyanyi, produser, maupun pencipta lagu ini harusnya belajar dari kasus-kasus yang mirip-mirip dengan tindakan mereka yang dilakuakan oleh aji mumpung-ers lainnya. Sebut saja si Saaih Halilintar (anak keenam dari kesebelasan Gen Halilintar) yang waktu itu pernah bikin kesel warganet karena membuat judul vlog yang bombastis dengan mencomot kata Corona di dalamnya.
Saat itu Saaih mengunggah video berjudul ‘2 Orang Kena Virus Corona!! Ada 1 Orang Mau Bvnvh DIr! Depan Mata!! *S3ReM*’ yang jelas sangat provokatif. Lebih ngeselinnya lagi, ternyata vlog tersebut bermuatan promosi sebuah aplikasi yang ujung-ujungnya berdampak keuntungan finansial bagi si Saaih ini. Hujatan warganet pun nggak bisa ditangkal lagi, semua hujatan itu terwakilkan dalam pernyataan yang ditulis oleh Youtuber Victor Samuel, bunyinya kurang lebih begini:
“Kamu mengambil keuntungan dari sakitnya orang lain, untuk sebuah konten? Kamu gila,”
Baca Juga: Dihujat Karena Dinilai Tak Hargai Korban, Video Klip Lagu Corona Dihapus dari Youtube
Selain Saaih Halilintar, ada juga DJ Dinar Candy yang mengunggah foto saat ia memakai kantong plastik sebagai masker penangkal virus Corona. Dalam foto itu Dinar membungkus seluruh bagian kepalanya dengan kantong plastik hingga keluarlah nyinyiran para warganet. Dalam unggahan lain ia juga tampak berfoto memakai masker dari sebuah bra. Niat hati ingin membuat konten lucu di Instagram, Dinar malah dihujat hingga disumpahi akan terkena virus Corona.
Public figure lain yang juga bermain api dengan virus Corona adalah komika Coki Pardede. Ia menuliskan sebuah dark joke di akun Twitternya yang menjadikan virus Corona sebagai bahan candaan hingga dinilai tak bersimpati pada orang-orang yang terserang virus ini.
"Gong Xi Fa Cai !! Apakah di tiongkok pas angpao dibuka isinya Virus Corona?" tulis Coki Pardede di akun Twitter miliknya @pardedereza.
Cuitannya itu langsung dihujani hujatan dari para warganet. Salah satu respons terhadap dark jokes itu yang paling mewakili kekesalan warganet adalah balasan yang ditulis oleh Ernest Prakasa. Ia menyebut sang komika sedang mencari sensasi dengan menuliskan kata-kata nirsimpati.
“A dark joke is still a joke. Kalo dark doang tapi kaga ada lucunya, menurut gw sih jatohnya cuma cari sensasi,” tulis Ernest Prakasa.
Kalau ini sih jelas cari sensasinya ya, alih-alih ngucapin selamat hari Imlek, komika yang satu ini malah membuat joke yang mungkin sangat lucu bagi dirinya tapi ternyata nggak lucu sama sekali bagi orang-orang yang membaca. Apalagi disampaikan di situasi yang mencekam karena banyak orang ketakutan akan terjangkit virus Corona.
Baca Juga: Dewi Sanca Telanjang Bulat Bersama Pria di Dalam Bathtub, Netizen: Kehabisan Stok Harga Diri
Ulah aji mumpung-ers bikin pusing
Dihujatnya para public figure yang jadi aji mumpung-ers dalam hebohnya wabah Corona di Indonesia merupakan bukti bahwa sebagian masyarakat masih sadar kalau penyakit bukanlah bahan candaan. Selain sebagai peringatan karena virus Corona bisa mengancam siapa saja, sisi kemanusiaan juga jadi hal yang cukup krusial. Hanya demi konten yang berbuah popularitas, kepuasan, hingga materi, segelintir orang, entah sadar atau tidak, kehilangan rasa simpati dan empati terhadap sesama.
Ada-ada saja ya kelakuan orang-orang di negeri +62 ini, gara-gara tindakan dari beberapa orang yang aji mumpung, fokus kita pada virus Corona jadi agak buyar. Sial juga sih bagi mereka, niat mau dapat untung eh malah buntung kena semprot warganet.
Yuk lah, tinggalkan mereka-mereka ini, dan kembali waspada terhadap kesehatan lingkungan sambil terus menjaga daya tahan tubuh serta kebersihan diri sendiri. Cara-cara itu lah yang paling bisa kita lakukan agar tetap terhindar dari serangan virus Corona. Selain membentengi diri dari virus Corona, kita juga harus pandai-pandai bertahan di tengah society yang mulai luntur rasa kemanusiaannya.
Di era serba konten ini, rasa kemanusiaan pun bisa dengan mudah digadai demi keuntungan pribadi. Ya mending kalau digadai, masih bisa ditebus suatu saat nanti. Lah kalau udah diobral, jangankan rasa kemanusiaan, bahkan nyawa manusia bisa jadi nggak ada harganya, persis seperti ungkapan Aming saat mengomentari hebohnya virus Corona di Indonesia, yang bunyinya begini,
“Di sini nyawa murah ya, yang mahal ya otak dan nalar. O iya, adab juga!”