5 Sutradara Perempuan Indonesia yang Filmnya Harus Kamu Tonton
17 Maret 2019 by LukyaniAda sutradara favoritmu?
Industri film tanah air dekade belakangan mulai kembali menggeliat. Awalnya ditandai dengan munculnya film Ada Apa Dengan Cinta pada tahun 2004. Penonton Indonesia kembali percaya dengan karya-karya para sineas tanah air. Setelah AADC sukses, diikuti dengan berbagai film yang juga berkualitas.
Hingga kini, Indonesia mencatat sejumlah film dalam negeri yang mampu meraup jutaan penonton dalam kurun waktu tayangnya. Dan dari sekian film tersebut, ada yang sutradaranya adalah seorang perempuan. Para sutradara perempuan ini membuktikan bahwa dari tangan mereka, bisa juga dihasilkan film bagus dan lebih menyentuh secara emosi.
Mouly Surya
Film berjudul Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak meraih kesuksesan besar di Indonesia bahkan di kancah internasional. Berbagai penghargaan bergengsi pun disabet oleh film yang tayang pada akhir 2017 ini.
Kesuksesan Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak tentunya tidak lepas dari “tangan dingin” sang sutradara, Mouly Surya. Mouly mendapat banyak pujian atas karyanya yang berani berbicara tentang sulitnya perempuan memperoleh keadilan di dunia patriarki ini.
Film tersebut bukanlah film pertama Mouly. Sebelumnya Mouly menyutradari beberapa film, yakni Fiksi dan Yang Tidak Dibicarakan ketika Membicarakan Cinta. Kedua film ini tidak kalah keren! Kalau kamu terkagum-kagum dengan sosok Mouly Surya, kamu pun wajib menonton kedua film tersebut.
Upi Avianto
Upi Avianto adalah sutradara perempuan Indonesia yang juga dikenal sebagai penulis skenario. Karya-karya Upi banyak terkenal di tahun 2000an. Upi pertama kali didapuk menjadi sutradara untuk film 30 Hari Mencari Cinta di tahun 2004.
Beberapa karya Upi Avianto yang wajib kamu tonton adalah My Stupid Boss!, Realita Cinta dan Rock’n Roll, Radit dan Jani, 30 Hari Mencari Cinta, Belenggu, My Generation, dan Laundry.
Djenar Maesa Ayu
Jika membicarakan karya feminis Indonesia, nama Djenar Maesa Ayu pasti akan disebut. Djenar tidak hanya menulis novel dan cerpen, ia pun menyutradarai sejumlah film. Meski belum banyak, karya-karya Djenar sudah dikenal luas di kancah internasional.
Beberapa karya Djenar yang wajib ditonton adalah Mereka Bilang Saya Monyet!, Nay, dan Hush. Djenar dalam karya-karyanya, baik film maupun karya sastra, selalu membicarakan seksualitas secara terbuka. Beberapa pihak mengkritik karya karya Djenar, namun tidak sedikit pula yang mendukungnya dan menyebut Djenar membawa “gaya baru” dalam membicarakan seksualitas.
Nia Dinata
Nia Dinata adalah sosok sutradara perempuan yang sudah sangat populer. Nama Nia Dinata mulai dikenal luas setelah ia sukses menyutradari film Arisan!. Tidak tanggung-tanggung, film pertama Nia Dinata ini langsung menggondol Piala Citra 2004 sebagai Film Cerita Panjang Terbaik.
Nia Dinata dikenal dengan karya-karya yang berani menyinggung persoalan homoseksual dan poligami. Beberapa karya Nia Dinata yang bisa kalian tonton adalah Arisan!, Berbagi Suami, Janji Joni, Ca Bau Kan, Quickie Express, Arisan!2, dan Ini Kisah Tiga Dara.
Kamila Andini
Nama Kamila Andini mungkin belum sepopuler sutradara-sutradara lain yang sudah disebutkan. Namun karya dari perempuan kelahiran 6 Mei 1986 ini tidak perlu lagi diragukan kualitasnya. Kamila pertama kali menyutradarai film berjudul Rahasia Dibalik Cita Rasa di tahun 2002.
Kamila Andini melejit setelah ia menyutradarai film Sekala Niskala (2017). Kamila tidak hanya menyutradarai, tetapi juga menulis skenario untuk Sekala Niskala. Sebelum rilis di Indonesia, Sekala Niskala sudah tampil di beberapa festival film internasional, seperti Busan International Film Festival dan Toronto International Film Festival.
Beberapa karya Kamila Andini selain Sekala Niskala adalah Sendiri Diana Sendiri dan The Mirror Never Lies. Wajib banget kamu tonton!
Film-film tersebut membuktikan bahwa perempuan pun harus mempunyai kesempatan berkarya seluas-luasnya, sebagaimana laki-laki. Sudah bukan jamannya lagi mendiskreditkan karya-karya perempuan. Kualitasnya sudah terbukti luar biasa kan? Sudah dicatat semua film-filmnya?