7 Ramalan Jayabaya yang Menjadi Kenyataan Ini Bikin Bulu Kuduk Merinding
25 Juni 2021 by ArkatamaApakah hanya kebetulan?
Kerajaan Kediri memang tidak bisa dikesampingkan begitu saja dalam sejarah perjalanan nusantara. Apalagi dengan adanya satu sosok yang begitu melegenda dan dikenang hingga kini. Beliau adalah Prabu Jayabaya.
Kemahsyuran namanya meningkat akibat adanya kitab ramalan yang dibuatnya yang dipercaya ramalan tersebut satu persatu menjadi kenyataan di masa kini. Namanya juga ramalan, banyak yang mempercayainya banyak juga yang tidak. Namun semua berubah ketika ramalan tersebut berangsur-angsur menjadi kenyataan.
Kali ini Keepo sudah menyiapkan 7 ramalan Jayabaya yang sudah menjadi kenyataan. Selanjutnya memang masih ada banyak lagi ramalan jitu Jayabaya. Namun itu menjadi pilihan untuk dipercaya atau tidak. Penasaran ramalan apa saja yang sudah terwujud? Cekidot yuk!
Akan datang bangsa kulit kuning yang melepaskan Indonesia dari kekejaman kulit putih
Masa penjajahan Belanda di Indonesia diketahui mencapai usia 350 tahun. Hal itu tentu sangat membekas bagi bangsa Indonesia. Setelah 350 tahun, datanglah bangsa Jepang yang merebut penjajahan Belanda atas Indonesia.
Hal itu ternyata sudah pernah diprediksikan oleh Jayabaya. Ia mengatakan bahwa akan ada masanya datang kulit kuning yang melepaskan Indonesia dari kekejaman kulit putih. Kulit kuning yang dimaksud adalah orang Jepang, sedangkan kulit putih yang dimaksud adalah orang Belanda. Beneran kejadian kan?
Korupsi semakin merajalela
Korupsi memang seolah-olah menjadi budaya yang sudah menjadi praktik berabad-abad. Sebagai buktinya, korupsi ternyata memang sudah ada sejak zaman kerajaan kuno. Kebayang dong udah berapa lama pelanggaran hukum tersebut dilakukan.
Sebelumnya, Jayabaya sudah pernah meramalkan hal ini akan terjadi. “Akeh janji ora ditetepi, akeh wong nglanggar sumpahe dewe. Akeh menungso mung ngutamakke duwit, lalu kemenungsan, lali kebecikan, lali sanak lali kadang”.
Begitukah bunyi ramalan Jayabaya yang kira-kira artinya banyak orang yang melanggar janji dan sumpahnya sendiri. Orang selalu menempatkan uang sebagai prioritas yang membuatnya lupa akan kebaikan dan kemanusiaan.
Banyak orang mau kaya secara instan
Sudah gak heran terjadi di Indonesia banyak orang yang mau memiliki harta berlimpah namun malas bekerja. Mau kaya dalam sekejap mata. Akhirnya menghalalkan segala cara demi gengsi semata.
Makanya banyak praktik pesugihan di Indonesia, bukan hanya di daerah Jawa. Pesugihan merupakan kegiatan menyembah setan demi kekayaan dengan aneka tumbal sebagai penebusnya. Tentu saja ini termasuk ilmu hitam. Otomatis diharamkan.
Dulu kala Jayabaya pernah berucap “Akeh wong nyambut gawe apik-apik pada krasa isin. Luwih utama ngapusi. Wegah nyambut gawe kepengen kepenak, ngumbar nafsu angkara murka, nggedekake duraka”.
Ramalan tersebut berisi tentang akan ada masanya banyak orang yang bekerja namun merasa malu, akhirnya memilih menipu. Akan ada juga orang yang mau kaya tapi malas bekerja. Akhirnya mereka menghalalkan segala cara satunya dengan metode pesugihan.
Peradaban akan berubah
Jayabaya memang sudah berpulang berabad-abad yang lalu. Dia tidak akan pernah merasakan peradaban modern yang sekarang ini kita rasakan. Namun setidaknya peradaban seperti sekarang sudah pernah diramalkan olehnya.
“Mbesuk yen ana kreta mlak tanpa jara, tanah jawa kalungan wesi, prahu mlaku ing duwur awang-awang, kali ilang kedunge, pasar ilang kumandange”.
Hal tersebut benar-benar terjadi. Akan ada masa ketika ada kereta berjalan tanpa adanya kuda (mobil), tanah Jawa dikalungi besi (rel kereta api), ada perahu yang berjalan di angkasa (pesawat terbang), sungai hilang sumbernya (kekeringan), dan hilang kumandang pasar (berganti dengan pasar-pasar modern atau online).
Maraknya seks bebas
Yaah di zaman sekarang, semua sudah serba kebalikan dengan zaman sebelumnya. Apa yang awalnya menjadi tabu, sekarang sudah menjadi hal yang harap dimaklumi. Alih-alih anggapan perkembangan zaman, semua hal yang menyangkut pelanggaran norma sering ditimpali dengan ungkapan “maklumin aja”.
Hal ini juga berlaku dengan perilaku seks bebas yang sudah “dimaklumi” oleh orang-orang sekarang. Zaman dulu kalau pegangan tangan aja takut hamil, sekarang seks bebas malah gak takut hamil. Padahal dulu Jayabaya sudah meramalkan hal ini lho.
“Wong wadon ilang kawirangane, wong lanang ilang prawirane”. Perempuan-perempuan kehilangan rasa malunya dan para lelaki yang juga hilang kehormatannya. Yah, kalau dikaitkan dengan zaman sekarang rasanya ramalan Jayabaya tersebut memang menyangkut perilaku seks bebas.
Pendidikan dikomersialisasi
Akses pendidikan yang “belum gratis” bagi siapapun memang masih menjadi sebuah permasalahan besar bagi bangsa ini. Pasalnya, pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tanpa terkecuali. Namun kenyataannya tidak seperti itu.
Pendidikan beserta mutunya harus ditukar dengan jumlah pundi-pundi rupiah yang setimpal. Gak heran, kalau bicara soal pendidikan maka akan menghulu pada satu titik yaitu pekerjaan sebagai tempat “balik modal”.
Jayabaya pernah mengeluarkan ramalannya yaitu “akeh wong ngedol ilmu” yang artinya banyak orang yang menjual ilmunya. Gak heran kalau pendidikan sekarang ini menjadi ladang bisnis bagi siapapun yang bersangkutan.
Ramalan Notonogoro
Indonesia memang sudah beberapa kali dipimpin oleh presiden yang berbeda. Mulai dari Soekarno hingga Jokowi saat ini. Masing-masing mereka memang memiliki gaya sendiri dalam memimpin bangsa Indonesia ini. Ternyata ada satu ramalan Jayabaya yang legendaris yaitu mengenai pemimpin bangsa Indonesia adalah Notonogoro (menata negara).
Hal ini bisa dikatakan sudah terjadi di tiga pemimpin bangsa Indonesia. Sebut saja SoekarNO, SoeharTO dan Susilo Bambang YudhoyoNO. Ketiga pemimpin tersebut dipercayai sebagai salah satu bukti ramalan Jayabaya yang sudah terjadi di Indonesia.
Nah, itulah tadi 7 ramalan Jayabaya yang sudah menjadi kenyataan di Indonesia. Kemahsyuran ramalan Jayabaya memang terdengar hingga ke pelosok negeri.
Namun, masih banyak ramalan Jayabaya yang lainnya. Tetapi ramalan hanya bersifat prediksi alias belum pasti. Jangan terlalu dijadikan sebagai pedoman hidup, selama kita masih memiliki Tuhan.