Mengapa Motivasi Mudah Pupus dari Benak Kita? Berikut Kata Ahli!

Motivasi
Ilustrasi termotivasi karena keberhasilan orang lain | Keepo.me

Hari ini semangat membara, besoknya udah melempem~

Beberapa pekan lalu, masyarakat Indonesia sempat dihebohkan oleh kabar diterimanya Maudy Ayunda di dua universitas ternama dunia, Harvard dan Stanford. Setelah mengalami dilemma berkepanjangan, Maudy Ayunda kini sudah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Stanford University.

Kisah membanggakan dari selebritis Indonesia ini telah lama diikuti oleh warganet. Saat pertama kali Maudy mengunggah kabar gembira tersebut di instagramnya, warganet pun langsung sibuk menciptakan dilemmanya sendiri dan berbincang tentang kesuksesan Maudy Ayunda.

Kita yang menjadi penonton dari keberhasilan tersebut pun tidak sedikit pula yang merasa termotivasi. Namun sayangnya inspirasi dan motivasi itu hanya hidup sejenak saja di benak kita. Setelahnya, kita pun memilih untuk mencukupkan diri dengan apa yang kita miliki dan ‘terasa’ terjangkau oleh tangan kita saja.

Motivasi
Kabar diterimanya Maudy Ayunda di Harvard dan Stanford menjadi motivasi bagi masyarakat Indonesia | Keepo.me

Mengenai motivasi yang begitu cepat luntur dari pikiran dan hati kita, ternyata hal ini disadari oleh banyak orang. Inilah sebabnya mengapa banyak impian jangka panjang yang tidak tercapai dan mayoritas dari kita hanya terjebak dalam keseharian yang tidak membawa kita ke mana pun.

Jangan patah arang, ada kok ternyata cara-cara untuk tetap termotivasi dalam meraih impian jangka panjang yang tampaknya besar dan ‘mustahil’.

Seorang professor dari University of Virginia, Thomas Bateman, meneliti para ilmuwan yang bekerja seumur hidup di balik proyek SETI (the Search for Extra-Terrestrial Intelligence). Mereka bekerja hampir seumur hidupnya mencari sesuatu yang mungkin saja tidak benar-benar ada.

Lalu, apa yang memotivasi mereka untuk terus mencari?

Dari penelitian yang dilakukan oleh Bateman, motivasi yang dimiliki oleh para ilmuwan SETI tersebut dapat dibagi menjadi 4 kategori: kemungkinan di masa depan, kemungkinan kejayaan individual, gratifikasi jangka pendek dan pengalaman dalam menjalani prosesnya.

Dalam dua kategori pertama yakni kemungkinan di masa depan dan kemungkinan kejayaan individual, para ilmuwan menyatakan bahwa impian mereka tentang apa yang akan didapat dan dinikmati oleh generasi penerus mereka adalah hal yang membuat mereka terus termotivasi.

Saat membayangkan masa depan yang lebih cerah, dan bahwa mereka berkontribusi pula dalam mewujudkannya, hal itu membuat mereka terus termotivasi. Selain itu, pencapaian dan kejayaan individual menjadi motivasi yang juga bertahan di benak para ilmuwan.

Dua kategori kedua, ilmuwan merasa termotivasi karena mereka mencintai proses yang mereka jalankan. Saat menerima gratifikasi seperti memecahkan satu per satu persoalan yang mereka hadapi setiap hari, hingga pujian yang mereka dapatkan atas proyek yang sedang dijalankan, menjadi motivasi besar bagi mereka.

Sebagai seorang ilmuwan yang merupakan pembelajar sejati, mereka juga termotivasi karena proses dan pengalaman yang mereka dapat sehari-hari menambah pengetahuan. Pengetahuan ini sudah membuat mereka merasa terpenuhi dan terus termotivasi.

Artikel Lainnya

Lalu bagaimana dengan kita? Coba pikirkan keempat kategori motivasi tersebut dan impian jangka panjang kita. Lalu pilihlah motivasi seperti apa yang paling cocok untuk diri kita dan tanamkan dalam diri. Buat peta yang jelas dan rigid untuk menuju mimpi besar tersebut.

Kita juga bisa kok menjadi berprestasi layaknya Maudy Ayunda. Selama kita bisa terus menjaga diri berada di jalur yang tepat menuju impian kita dan menanamkan motivasi tersebut di dada kita.

Tags :