Viral Jasa Jual Beli Ketombe 1 Kilo Dihargai Rp 65 Ribu, Ternyata Begini Faktanya!

Viral Jasa Jual Beli Ketombe 1 Kilo Dihargai Rp 65 Ribu, Ternyata Begini Faktanya!
Viral Jasa Jual Beli Ketombe 1 Kilo Dihargai Rp 65 Ribu, Ternyata Begini Faktanya! | www.instagram.com

Penjelasan kabar viral jasa jual beli ketombe

Baru-baru ini dunia maya dihebohkan oleh sebuah kiriman akun Facebook bernama Khoirul Anam. Dalam kiriman tersebut tampak sebuah lapak yang bertuliskan "Jual Beli Ketombe". Bahkan dalam kirimannya juga disebutkan bahwa lapak tersebut akan membeli ketombe dengan harga Rp 65 ribu untuk setiap kilonya.

Kiriman tersebut akhirnya mengungdang banyak tanggapan dari netizen. Namun siapa yang menyangkan, kiriman tersebut memang sudah diatur oleh Khoirul Anam (25) sebelumnya. Dia memang sengaja melakukan hal itu sebagai hiburan. Tujuannya agar dia bisa bertemu dengan sosok idolanya, yaitu Entis Sutisna alias Sule.

Viral Jasa Jual Beli Ketombe 1 Kilo Dihargai Rp 65 Ribu, Ternyata Begini Faktanya!
Viral Jasa Jual Beli Ketombe | blue.kumparan.com

Selain jasa jual beli ketombe yang saat ini tengah viral, Khoirul juga pernah menghebohkan netizen dengan beberapa posting-an lain, seperti tongsis 20 meter dan jasa melupakan mantan.

"Gubug yang jasa jual ketombe itu dekat rumah saya di Magelang. Foto itu saya upload cuma hiburan sama parodi saja," ujar sang pembuat konten, Khoirul Anam (25) saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (12/10/2019).

Baca juga: Menyedihkan, Nenek ini Terpaksa Jual 3 Buah Sendok Agar Bisa Makan

Alhasil, kirimannya di Facebook itu mendapatkan banyak tanggapan dari netizen yang membuatnya sampai kewalahan untuk membalasnya.

"Pesan masuk banyak baget, 1000-an lebih," lanjut Anam.

Viral Jasa Jual Beli Ketombe 1 Kilo Dihargai Rp 65 Ribu, Ternyata Begini Faktanya!
Viral Jasa Jual Beli Ketombe 1 Kilo Dihargai Rp 65 Ribu, Ternyata Begini Faktanya! | blue.kumparan.com

Anam mengaku bahwa pembuatan konten tersebut sebagai bukti bahwa dirinya mampu membuat konten hiburan dengan modal ponsel saja.

Baca juga: Wanita ini Mampu Mainkan Lagu EDM Hanya Bermodalkan Keyboard

"Saya cuma mau buktiin, walaupun saya dari pelosok dan modal hape, tapi tetep bisa berkarya. Ya, alasan konsep saya foto, karena alat yang saya punya cuma hape. Intinya pengin buat hiburan dengan foto," jelas Anam

Baca juga: Seorang Perempuan Jadi Buronan Polisi Setelah Joget di Kandang Singa

Fenomena viral ini bahkan mendapatkan tanggapan Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono. Menurutnya, fenomena tersebut merupakan bagian dari upaya konsumsi simbolik.

Artinya, komoditas yang dijual merupakan komodifikasi dari sebuah citra untuk menarik perhatian atau simpati. Lebih lanjut Drajat menjelaskan bahwa konsumsi simbolik sendiri lebih menunjukkan sisi pencitraannya.

"Konsumsi simbolik itu pola konsumsi yang lebih mementingkan kemasannya atau pencitraannya (image) dibandingkan fungsi barangnya," kata Drajat kepada Kompas.com, Sabtu (13/10/2019).

Ia memberikan contoh lain ketika seseorang membeli handphone atau gawai mahal. Menurut Drajat, seseorang yang membeli handphone mahal biasanya bertujuan agar diakui sebagai orang kaya, bukan untuk memanfaatkan fitur dari handphone itu sendiri.

Baca juga: Setelah Cium Bau Busuk di Toilet, Siswi SMA Ini Alami Koma dan Meninggal Dunia

"Jadi handphone sebagai simbol, bukan barang pakai," kata Drajat.

Dosen Sosiologi UNS itu menyebutkan bahwa fenomena seperti itu merupakan ciri dari era digital saat ini. Dia menambahkan bahwa era digital kebenaran akan dikalahkan oleh ketertarikan.

"Penekankan konsumsinya pun bukan pada pemenuhan kebutuhan tetapi pada pemenuhan hasrat atau keinginan. Konsumsi sebagai selera. Eksistensi dan viralitas (ketersebaran luas) menjadi targetnya," ujar Drajat.

Artikel Lainnya

Lebih lanjut Drajat juga mengungkapkan bagaimana cara untuk menghadapi fenomena tersebut, yakni dengan memperbanyak penyebaran berita positif. Hal itu perlu dilakukan agar berita yang hanya mengejar viral tertutupi oleh berita-berita yang lebih mengedepankan fakta dan bermanfaat.

"Ya itu zamannya. Menghadapinya ya dengan counter image. Membuat sebaran berita yang bersifat kebenaran keadilan dan kemanfaatan," tutup Drajat.

Tags :