Tiru Karakter Video Game, Anak Ini Terjun Bebas dari Ketinggian 15 Meter

Selama lockdown, mereka kecanduan bermain video game Mini World dan World of Peace.
Selama lockdown, mereka kecanduan bermain video game Mini World dan World of Peace. | www.thesun.co.uk

Kedua anak mengalami luka parah dan patah tulang di sekujur tubuh.

Video game adalah salah satu komoditas yang paling banyak dikonsumsi oleh anak-anak. Sebagai platform yang sifatnya cukup menghibur, wajar saja jika banyak anak yang keranjingan bermain video game sampai lupa waktu.

Pelbagai hal yang tidak bisa diterapkan di dunia nyata, seolah menjadi dunia fantasi yang membaur dengan kenyataan dan membius para pemainnya untuk betah berlama-lama di dalamnya.

Di sisi lain, video game pun bisa menjadi sesuatu yang berbahaya bagi anak-anak karena masih polos. Terlebih lagi jika tidak ada bentuk-bentuk pengawasan dari orangtua.

Selama lockdown, mereka kecanduan bermain video game Mini World dan World of Peace.
Kedua anak yang melakukan percobaan berbahaya ini bisa menghabiskan waktu hingga 8 jam sehari untuk bermain video game. | au.news.yahoo.com

Dilansir dari The Sun via Oddity Central, sepasang suami-istri di China menuntut Tencent, sebuah perusahaan raksasa yang bergerak di bidang pengembangan video game.

Baca Juga: Sadis Sekaligus Mengerikan! Remaja 16 Tahun Tega Belah Kepala Ibunya dengan Kapak

Tuntutan itu dilayangkan karena kedua anak pasutri tersebut mengalami luka yang cukup parah setelah keduanya melompat dari atas gedung kediaman mereka untuk mengetahui apakah setelah mati, mereka akan hidup kembali seperti karakter dalam video game.

Selama lockdown, mereka kecanduan bermain video game Mini World dan World of Peace.
Kedua anak melompat dari ketinggian 15 meter sehingga tubuh mereka mengalami luka yang cukup parah. | www.viralpanda.net

Kedua anak tersebut, yang berusia 9 dan 11 tahun, kecanduan bermain video game Mini World dan World of Peace selama lockdown pandemi Covid-19 di China berlangsung.

Orangtua mereka membelikan smartphone, dan mereka berdua bisa menghabiskan waktu hingga 8 jam sehari untuk memainkan kedua video game tersebut di kediaman mereka.

Baca Juga: Kelakuan Pengendara Motor Cari Kutu di Jalan, Bikin Petugas Emosi

Selama lockdown, mereka kecanduan bermain video game Mini World dan World of Peace.
Mini World, salah satu video game yang dimainkan oleh kedua anak yang melompat dari atas gedung. | www.odditycentral.com

Pada tanggal 22 Maret, mereka melakukan percobaan yang menyebabkan luka parah sehingga mereka harus segera dilarikan ke rumah sakit. Kejadian itu bermula dari ajakan sang adik kepada kakaknya.

"Kak, ayo kita lihat apakah kita akan kembali hidup setelah mati seperti di video game," katanya.

Sang kakak pun tidak menolak ajakan adik perempuannya itu.

Baca Juga: Lagi Asyik Nongkrong, Gerombolan Remaja Ini Dikagetkan dengan Penampakan Tuyul

"Dia ingin jadi yang pertama mencoba, tapi tiba-tiba dia merasa takut. Saya menyarankannya untuk menutup mata. Saya pun memegang tangannya dan melompat duluan. Saya tidak ingat apa pun setelah itu," ujar anak laki-laki berusia 11 tahun itu.

"Kami ingin mencoba apakah kami akan hidup kembali seperti dalam Mini World dan World of Peace. Dalam mode kreatif Mini World, pemain tidak akan pernah mati walau jatuh berkali-kali," lanjutnya.

Selama lockdown, mereka kecanduan bermain video game Mini World dan World of Peace.
Nyawa masih terselamatkan, keduanya harus menjalani perawatan rumah sakit selama berminggu-minggu. | www.thesun.co.uk

Shen Haiyong, sang ayah, mengingat bagaimana dia melihat anak perempuannya dalam keadaan luka parah dan matanya mengeluarkan tatapan yang kosong saat dia mendarat di tanah. Kedua anak tersebut dirawat di rumah sakit untuk beberapa minggu dan menjalani pelbagai operasi yang biayanya ditutupi melalui donasi dan pinjaman dari kerabat terdekat mereka.

Baca Juga: Viral Video Salat Menghadap ke Timur di Gresik, Ternyata Aliran Sesat yang Dipimpin Dukun

Banyak tulang mereka yang patah dan sekujur tubuh mereka mengalami luka-luka yang cukup kritis. Orangtua mereka pun menuntut pengembang video game yang disebut belakangan karena telah membuat anak mereka candu sampai mengaburkan batas antara realita dan dunia game.

Namun, Tencent menolak tuntutan tersebut dengan mengeluarkan bantahan yang isinya menyatakan bahwa video game itu didesain oleh perusahaan lain, dan mereka hanya membeli hak distribusinya.

Artikel Lainnya

Sementara itu, sang kakak mengatakan kepada media bahwa dirinya telah sadar soal perbedaan dunia nyata dan video game.

"Segala yang ada di dalam video game ini adalah kebohongan. Orang tidak bisa kembali hidup setelah mati. Kita hanya punya satu nyawa, dan kita harus benar-benar menghargainya," tutupnya.

Tags :